01.~💔~

29.6K 1.4K 20
                                    

Vote dulu sebelum baca ☺️

________________________________

Praaannkk

Suara keras itu mengundang kedatangan seorang wanita muda berwajah garang. Kedua matanya terbelalak tatkala melihat pecahan bunga yang berserakan di lantai. Wanita itu menatap tajam seorang anak kecil yang meringkuk di sudut ruangan yang dia yakini anak itulah pelakunya.

"DASAR ANAK KURANG AJAR! SUDAH KUBILANG JANGAN MENYENTUH BENDA APAPUN DI RUMAH INI! APA KAMU TULI?!" bentak wanita itu dengan suara yang sangat keras.

Si anak hanya menggeleng-geleng ribut. Anak itu tidak berani menatap wanita yang berdiri di seberangnya itu. Tubuhnya terasa berat walau hanya bergerak sedikit. Kata maaf sekalipun tak dapat keluar dari bibirnya. Hanya isakan tangis yang terdengar pilu.

Namun, bukannya melembut melihat seorang anak menangis ketakutan, wanita itu justru mendekati si anak dengan amarah yang membuncah. Dia menarik tangan si anak dengan keras sampai pergelangan tangan anak itu memerah.

"KAMU HANYA MENYUSAHKANKU SAJA!!"

Wanita itu menyeret si anak melewati pecahan vas yang ada di lantai. Membuat kedua kaki anak itu terluka. Darah mengalir dari sana, namun wanita itu tetap tidak perduli meski anak itu meringis kesakitan.

Wanita muda itu membawa si anak ke suatu ruangan sempit. Disana terdapat pintu yang entah ada apa di balik pintu tersebut. Ketika pintu terbuka, anak kecil itu berteriak-teriak tidak jelas dan mencoba melepaskan cengkeraman di tangannya. Berusaha untuk kabur dari sana.

Namun, dia hanyalah anak kecil yang tidak memiliki banyak kekuatan. Ditambah kedua kakinya yang terluka dan hampir membiru.

Wanita muda itu dengan kasar menghempaskan tubuh kecil itu ke dalam ruangan gelap dan sempit. Lalu cepat-cepat mengunci pintunya dari luar.

Anak itu ketakutan. Dengan langkah terseok dia mendekati pintu dan memukul-mukulnya. Berharap pintu itu segera terbuka. Namun, sampai kedua tangan mungilnya berdarah, pintunya tak kunjung terbuka. Dia hanya bisa menangis dan memeluk kedua lututnya.

"Mam....mam....ma..." ucap anak kecil itu tidak jelas.

Aiden, nama anak itu. Dia adalah seorang anak yang berusia sepuluh tahun. Tinggal bersama kedua orang tuanya di apartemen lantai lima. Aiden memilik keterbelakangan mental yang membuat dirinya sulit untuk berbicara dan sulit memahami perkataan orang lain. Kedua orang tuanya pun tidak menerima keberadaan Aiden.

Di sisi lain, wanita muda garang yang tak lain adalah mama Aiden sedang membersihkan pecahan vas itu. Sambil mengomel dan terus merutuki Aiden.

Seorang ibu takkan pernah merutuki anaknya sendiri sekalipun anaknya membuat kesalahan besar.

"Kenapa?" tanya seorang pria yang berbaju lusuh serba hitam berdiri di ambang pintu.

"Lihat perbuatannya! Dia memecahkan vas kesayanganku! Entah apa lagi yang akan dia pecahkan"

Pria itu berjalan ke arah sofa dan menghempaskan tubuhnya di sana. Dia menyamankan diri lalu menghisap rokoknya kembali.

"Mau bagaimana lagi, jika kita mengusirnya siapa lagi yang akan mengasihani kita? Hm?" ucap pria itu dengan santai.

Wanita itu berpikir. Benar juga perkataan suaminya itu. Jika tidak ada Aiden, maka tetangga-tetangganya tidak akan mengirimi mereka makanan ataupun memberi uang. Tapi anak itu sungguh menyebalkan. Pikir wanita muda itu. Namun, tiba-tiba dia mendapat ide.

KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang