29.~❤️~

4.5K 517 20
                                    

Vote dulu sebelum baca
____________________________

Yahoo!!

Ada yang kangen sama cerita Levi si bungsu kesayangan tidak? Aku kangen nulis cerita ini tapi dari awal Agustus gak sempet karena ada kesibukan dirl ditambah kehabisan ide. Gomenne🤗

____________________________

Levi sedang sibuk didandani oleh kedua maidnya. Dengan pakaian serba hitam dari ujung rambut sampai ujung kaki untuk memperingati hari kematian kakeknya dari pihak Papa Gerald. Levi terlihat antusias saat kedua maid itu menceritakan tentang kakeknya.

Kedua maid itu memang terbilang senior dan mereka menghabiskan masa mudanya bekerja di mansion keluarga Rajendra.

Levi tertawa kecil ketika mendengar cerita tentang kenakalan kakak sulungnya, Dean. Apalagi kedua maid itu mengatakan bahwa Dean yang paling nakal di antara kakaknya yang lain.

Tapi mereka melupakan Levi yang asli, yang sangat nakal melebihi Dean. Mereka terpesona melihat kelucuan Levi yang sekarang sampai melupakan kenakalan Levi yang asli.

Tak lama suara pintu terbuka mengalihkan atensi ketiganya. Mereka melihat Sylvia yang berpenampilan anggun mengenakan dress hitam lengan panjang.

Levi langsung berlari kecil menghampiri Sylvia dan berdiri tepat di depan sang mama. Si bungsu mendongak sambil memamerkan senyum manisnya.

"Mama cantik sekali" puji Levi.

Sylvia seketika terkekeh pelan lalu mengusap sayang puncak kepala Levi. Semakin hari putranya ini malah semakin menggemaskan di matanya. Mungkin juga di mata semua orang.

Apalagi readers 🤭🤫

"Sayang sudah siap?" tanya Sylvia sambil meraih jari mungil si bungsu.

Levi pun mengangguk sampai poninya ikut bergerak naik turun. "Iya. Aku tampan kan Mama?"

"Iya, anak Mama satu ini paling tampan dan menggemaskan"

Levi yang mendengar pujian dari sang mama langsung tersipu. Kedua pipinya menyemburkan rona merah yang membuatnya semakin menggemaskan.

Setelahnya, Sylvia mengajak Levi untuk turun dan berkumpul bersama anggota keluarga yang lain. Mereka juga sudah siap dengan pakaian serba hitam mereka. Mobil juga sudah terparkir rapi di halaman rumah. Siap membawa keluarga itu ke pemakaman keluarga Rajendra.

Jarak antara mansion dan pemakaman cukup jauh membuat Levi sangat bosan. Si kecil pun mulai merengek. Entah kenapa akhir-akhir ini si bungsu suka merengek. Apalagi jika keinginannya tidak terpenuhi pasti akan menangis kencang seperti saat di kebun binatang waktu itu. Tapi Gerald dan Sylvia memaklumi tingkah sang anak karena semua saudara bersikap seperti itu saat usia mereka sama dengan Levi.


"Kenapa, Sayang?"

Bibir mungil Levi mengerucut. "Kapan sampainya? Levi sangat bosan" keluhnya.

"Sebentar lagi sampai, Sayang"

Levi mendengus. Jika saja Aaron duduk di sampingnya, dia pasti tidak akan merasa bosan. Sayang sekali Aaron sedang kemah sekolah dengan teman-temannya, jadi kakaknya itu tidak bisa ikut bersama memperingati hari kematian kakek mereka.

"Levi ingin pindah mobil bersama Kak Laskar dan Kak Zeeval?" tawar Gerald yang tau jika putranya merasa bosan karena tidak ada yang mengajaknya bercanda seperti Aaron. Mungkin saja jika bersama kedua kakaknya yang lain Levi jadi lebih ceria dan mulai semangat lagi.

Dan benar sjaa dugaan Gerald. Setelah mendengar tawaran dari papanya, kedua mata bulat Levi berbinar senang dan dia mulai tersenyum. Bahkan dia terlihat antusias ingin berpindah mobil bersama kedua kakaknya yang berada dalam mobil di belakangnya.

Gerald menyuruh sopir pribadinya untuk menepikan mobil di bahu jalan. Saat mobil benar-benar terhenti Levi dengan semangat turun dari mobil dan berlari menuju mobil yang dikendarai kedua kakaknya yang ikut berhenti di bahu jalan.

"Kakak!"

"Loh, kenapa kesini?" tanya Zeeval yang langsung menyambut kedatangan si kecil. Dia keluar dari mobil lalu menggendong si bungsu ala koala.

"Levi ingin satu mobil dengan kalian. Jaga dia baik-baik " peringat Gerald.

Zeeval pun mengangguk, lalu membawa Levi masuk ke dalam mobil yang dia naiki. Duduk di pangkuan Zeeval, Levi disambut clubitan gemas di kedua pipinya dari kakak tertuanya.

Levi berteriak kesakitan dan protes lalu menepis tangan Laskar dari pipinya. Levi langsung memeluk Zeeval dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang kakak agar kedua pipinya tidak dicubit kakak tertuanya itu.

Perjalanan yang mereka tempuh selama dua jam akhirnya selesai. Kedua mobil mewah itu mulai memasuki gerbang yang terbuka otomatis. Levi yang merasa baru pertama datang pun takjub melihat keindahan pemakaman tersebut yang dipenuhi bunga seperti taman yang biasa menjadi tempatnya bermain.

Keluarga kecil itu turun dari mobil dan berjalan bersama menuju makam Tuan besar Rajendra. Seorang pastor sudah berdiri di samping makam tersebut untuk membantu memandu doa.

Kini, semuanya sudah berdiri rapi di depan makam yang nisannya cukup besar dan berwarna silver. Bertuliskan:

Rest In Peace
Chaillen Arga Rajendra

Pastor mulai membacakan doa. Gerald dan keluarga menunduk sambil kedua tangan mereka terkepal di depan dada. Semua orang terlihat serius memanjatkan doa kecuali Levi yang curi-curi pandang ke kanan dan ke kiri.

Kening Levi tiba-tiba mengerut kala ekor matanya menangkap bayangan seorang anak kecil yang tingginya sama dengannya. Anak itu berdiri di dekat Gerald sambil menunduk dan kedua tangannya terkepal di depan dada.

Levi tidak bisa melihat dengan jelas wajah anak itu karena terhalang oleh Gerald. Dia juga tidak berani mendongak untuk melihatnya.

Sesi berdoa telah usai. Kini satu persatu keluarga tersebut meletakkan bunga Tulip putih di atas makam Chaillen. Setelahnya mereka berjalan kembali ke arah mobil. Namun, Levi masih sibuk melihat ke segala arah seperti mencari sesuatu.

Zeeval yang melihat si bungsu kebingungan berbalik arah dan menghampiri si bungsu. "Ada apa?"

Levi melihat Zeeval. Tanpa ingin memberitahu apa yang dia lihat, Levi hanya menggeleng lalu menyusul Laskar yang sudah masuk ke dalam mobil.

Zeeval merasa aneh. Seperti si bungsu sedang menyembunyikan sesuatu. Namun, Zeeval tidak ingin bertanya lebih jauh.

Siapa anak kecil itu ya?_ Levi

Kedua mobil tersebut melaju meninggalkan area pemakaman. Sesosok anak kecil muncul di dekat gerbang makam.

"Apa Levi melihatku? Tapi itu tidak mungkin. Lalu apa yang dia cari?"

Sosok yang Levi lihat adalah Dean. Makam Dean juga ada di sana, tapi Dean berkeliaran di dalam mansion. Dean juga ikut memeringati hari kematian kakeknya. Beberapa saat sosok Dean menghilang.

Sedangkan Levi masih memikirkan anak kecil yang dia lihat di pemakaman tadi. Dia merasa tidak asing dengan postur tersebut. Namun, dia juga tidak yakin mereka pernah bertemu. Siapa sebenarnya anak kecil itu. Pikir Levi.


















Gomenne
Tbc
See you next chapter 😘

KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang