22.~❤️~

6.7K 744 12
                                    

Vote dulu sebelum baca ☺️
_____________________________

Ding dong Ding dong

Suara jam telah menunjukkan tengah malam. Levi tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Dia duduk di tengah-tengah ranjang di antara Gerald dan Sylvia. Menoleh ke kanan dan ke kiri mencari boneka beruang yang masih menjadi kesukaannya.

Perlahan Levi turun dari ranjang tanpa membangunkan Gerald dan Sylvia. Si bungsu berjalan sempoyongan menuju pintu kamar. Karena kedua matanya belum terbuka sempurna, Levi menabrak pintu tersebut pelan.

"Ung..." lenguh Levi merasakan dahinya berdenyut. "Aku aus" monolognya.

Tangan mungilnya yang bebas terangkat memegang kenop pintu kamar dan membukanya. Levi melihat ke kanan dan ke kiri. Lorong di depan kamarnya sangat sepi dan sedikit gelap. Namun, Levi dapat melihat beberapa orang yang berdiri di ujung lorong.

Levi berjalan menghampiri mereka tanpa rasa takut. Dia menarik-narik baju salah satu dari mereka. "Aku aus" katanya tanpa melihat siapa yang berdiri di hadapannya.

Atensi mereka tertuju pada si bungsu yang merengek meminta diantar ke dapur. Akhirnya yang ditarik pun pasrah mengikuti langkah kecil Levi menuju dapur.

"Aku mau susu" ucap Levi sambil mencari susu di dalam lemari pendingin. Jika di mansion, susu kotak sudah tersedia di meja makan agar Levi dapat mengambilnya kapan pun dia mau. Namun, sekarang tidak ada satu kotak susu di meja bahkan lemari pendingin.

Levi menunduk sedih. Tanpa peringatan kedua air matanya jatuh. Seseorang yang melihat Levi menangis, panik dan ingin menenangkannya. Tapi sebelum dia meraih pundak si kecil, Sylvia datang dengan terburu-buru.

"Levi," panggil Sylvia. Suaranya sedikit bergetar karena sungguh dia khawatir tiba-tiba Levi tidak berada di sampingnya.

Levi mendongak mendapati seorang wanita cantik yang memakai piyama berdiri di depannya. Tangisannya tidak dapat dia tahan lagi. Levi menangis tersedu-sedu sambil memeluk melingkarkan kedua tangannya di pinggang Sylvia dan menyembunyikan wajahnya di perut mamanya itu.

"Atu aus ma-mau su-susu" ucap Levi tidak jelas namun dapat dimengerti oleh Sylvia dengan baik.

Sylvia mengusap puncak kepala Levi dengan lembut. "Susunya kan sudah habis, terakhir kali Levi minum sebelum tidur"

"A-api atu mau lagi"

Sylvia tersenyum. Dia hanya mengusap-usap punggung kecil Levi tanpa mengatakan apapun.

"Apa yang kalian lakukan tengah malam seperti ini?" tanya Gerald yang tiba-tiba muncul.

Sylvia menoleh. Dia tersenyum mendapati sang suami yang menyusul mereka ke dapur. "Levi ingin minum susu, tapi tidak ada susu cadangan di sini"

"Oh sayangnya Papa ingin minum susu, hm?" Gerald berjalan mendekat dan menggendong Levi seperti koala. Levi yang sebenarnya masih mengantuk langsung tertidur pulas dalam gendongan Gerald.

"Dia kembali tidur?"

Sylvia mengangguk setelah melihat wajah damai Levi. Kedua orang dewasa itu terkekeh pelan karena gemas melihat putra mereka.

Kegemasan seorang anak yang berusia sepuluh tahun dengan mental anak berusia lima tahun.

Gerald, Sylvia dan Levi kembali ke kamar mereka lalu melanjutkan tidur sebelum besok harus bangun lebih pagi untuk perjalanan pulang.

"Dia semakin berat" ucap Gerald.

Sylvia mengangguk mengiyakan ucapan Gerald. "Iya, aku juga sudah tidak kuat menggendongnya"

KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang