05.~❤️~

19.9K 1.3K 22
                                    

Vote dulu sebelum baca ☺️

_____________________________

"Levi?"

"Namamu Leviandra Danuan Rajendra, jika seseorang bertanya padamu katakan pada mereka kamu adalah anak bungsu keluarga Rajendra"

"Kamu mengerti, Son?" tanya Gerald yang diangguki oleh Aiden.

Kini mereka berada di kantor Gerald. Mereka sudah berada di ruang kerja Gerald. Sedangkan posisi Sylvia di perusahaan adalah sekertaris pribadi Gerald. Memang pasangan yang serasi.

Gerald menurunkan Aiden di sofa yang terdapat di ruang kerjanya. Dia memberikan beberapa lembar kertas juga pensil warna untuk menemani Aiden bermain.

"Main disini ya, Papa sama Mama kerja dulu disana, tidak jauh dari Levi kan?" ucap Sylvia dengan lembut.

Aiden mengangguk dan mulai bermain dengan pensil warna di depannya. Sedangkan Gerald dan Sylvia akan memulai pekerjaan mereka masing-masing. Karna sempat mengurus Aiden terlebih dahulu jadwal meeting pun di batalkan.

Aiden sibuk dengan kertas-kertas polos di depannya. Dia mencoret-coret dengan asal kertas tersebut. Lama bermain sendiri Aiden mulai bosan. Dia melihat ke arah Gerald dan Sylvia yang sibuk dengan komputer mereka.

Aiden perlahan berjalan menuju meja Gerald. Dia sedikit berjinjit karena meja itu lebih tinggi darinya. "Papa" panggilnya pelan.

Atensi Gerald dan Sylvia tertuju pada Aiden. "Kenapa, Sayang?"

"Bosan" Aiden terlihat murung saat mengatakan itu. Memang dia sedikit bosan bermain sendiri. "Aku boleh naik keleta yang di sana?" tanyanya sambil menunjuk segala arah. "Yang wuss...wuss" ucap Aiden sambil menirukan kereta yang dia maksud.

Kereta yang Aiden maksud adalah roller coaster yang menjadi daya tarik sebuah mall yang mereka lewati dalam perjalanan ke perusahaan.

Mall itu salah satu mall terbesar di kota. Gerald dan keluarganya juga sering berbelanja ke sana.

"Namanya roller coaster, kamu kan sering naik itu" ucap Sylvia.

Aiden menoleh menatap Sylvia. "Jadi kalo sudah sering naik itu tidak boleh naik lagi?" tanya Aiden dengan raut wajah sedih. Sepertinya dia salah mengasumsikan perkataan Sylvia.

"Tentu saja boleh, kenapa tidak?" sahut Gerald. Tangannya terulur untuk mengusap kepala Aiden.

Sylvia tersenyum lalu mengangguk. Tanda dirinya mengizinkan Aiden menaiki roller coaster tersebut.

"Tapi tidak boleh sendirian ya?"

"Aku bermain sama siapa?"

Gerald mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Tak lama tiga pria berbadan kekar memakai setelan jas warna hitam masuk ke dalam ruangan Gerald.

"Ya, Tuan"

"Bermain bersama mereka ya, Son?"

Aiden menatap horor ketiga pria berotot itu . Dia takut dengan wajah mereka yang garang. Aiden menggeleng ribut seraya berlari sembunyi di balik meja kerja Gerald.

Sylvia terkekeh lalu menghampiri Aiden. "Tidak apa-apa, Sayang. Mereka tidak jahat"

Aiden masih menggeleng ribut. Dia tidak ingin bermain bersama pria menyeramkan seperti mereka.

Namun, sedetik kemudian sikap Aiden berubah saat salah satu bodyguard menyogoknya dengan lima permen lolipop.

Aiden langsung berlari ke arah ketiga bodyguard itu dan mengambil kelima permen sekaligus. "Manis?" tanyanya polos.

KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang