08. Istana Megah

126 89 237
                                    

"Apa yang dilakukan oleh kalian disini, wahai para penyusup?" tanya salah satu dari mereka.
"Maaf kami salah jalan-" sebelum Nila dapat menyelesaikan kalimatnya, Oranye menutup mulutnya terlebih dahulu.

"Kami sungguh minta maaf telah mengganggu kedamaian kalian, kami mungkin bisa disebut sebagai seorang petualangan yang sedang mencari Pulau Anantara. Apakah salah satu dari kalian ada yang tahu?" Hijau menjawab lebih baik.

Mendengar nama "Pulau Anantara" disebut, para warna-warna gelap itu pun mulai berbisik-bisik bagaikan kerumunan lebah.

"Tidak ada salah satu dari kami yang tahu! Tapi aku bisa mengantarkan kalian pada Sang Raja yang pasti tahu akan hal ini," warna gelap yang tadi kembali menjawab.

Apa yang kalian harapkan dari para warna pemula yang menyebut diri mereka seorang petualang ini? Mereka tidak banyak berpikir dan hanya mengikuti permintaan warna itu.

"Namaku Kelabu. Aku ingin tahu, bagaimana kalian bisa sampai disini? Melewati portal? Tapi portal itu telah kami sembunyikan dan juga telah kami buat sedemikian rupa agar portal hanya dibuka saat jam-jam tertentu yang dimana mustahil sekali kalian masih terjaga di jam ini kecuali jika pendengaran kalian cukup tajam." Ia melontarkan banyak pertanyaan dengan mata tajamnya yang melirik ke arah mereka.

"Ya! Kita memang melewati portal itu dan teman kami memang kebetulan memiliki pendengaran yang tajam haha," Hijau menjawab dengan canggung.

Kelabu kembali menempatkan pandangannya ke depan dan mendengus kan napasnya kasar. "Naif."
"Maaf?" tanya Hijau.
"Kita sudah sampai disini." Kelabu mengisyaratkan mereka agar melihat apa yang berada tepat di depan mereka.

Sebuah istana besar dan tua dengan estetika nya yang masih terjaga, berdiri gagah di depan mereka. Terlihat para prajurit kerajaan yang membungkuk saat mereka mulai melangkahkan kaki ke pintu masuk istana.

"Hei kau! Bawa mereka ke kamar tamu, aku akan memberitahukan Raja mengenai ini terlebih dahulu," Kelabu berbicara dengan sisa pelayan yang masih bertugas di jam ini.

"Baik tuan." Pelayan membungkuk dan membawa warna-warna terang ini ke kamar tamu, tepatnya di lantai atas.

Sang pelayan membukakan pintu kamar itu untuk mereka, memperlihatkan sebuah kamar yang sangat luas. Kamar ini bahkan sebesar ruang makan di asrama mereka.

"Beristirahatlah kalian terlebih dahulu, kalian akan menemui Raja esok pagi." Pelayan menutup pintu kamar, meninggalkan para petualang yang masih mencerna rentetan kejadian yang menimpa mereka.

Lain halnya dengan Merah, ia langsung mengambil tempat dan berbaring nyaman.
"Ikuti saja alurnya kawan," celetuk Merah yang langsung dibalas oleh helaan napas Oranye.

Oranye berpikir, kenapa petualangan ini merambat kemana-mana? Terasa baru sepersekian detik yang lalu mereka mendarat di kawasan antah berantah ini.

Sekarang mereka harus tidur dan bertemu dengan seseorang yang mereka sebut "Raja" itu esok paginya. Benar kata Merah, ikuti saja alurnya.

***

Hiruk Pikuk WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang