15. Kilas Balik (II)

141 79 305
                                    

Kini telah ada dua orang di dalam kapsul terbang itu. Mereka beranjak turun ketika telah sampai di pinggir hutan.

"Itu mobilnya!" Biru berlari ke arah mobil karavan yang teronggok bisu di sana. Tetapi tetap saja, tidak ada petunjuk yang bisa mempertemukannya pada warna-warna yang lain.

"Aku rasa kita terpaksa harus menelusuri hutan ini secara manual," usul Jingga.

Biru menghela napasnya, segera putar badan lantas duduk kembali pada kursi kemudi. Persis saat ia menghidupkan mesin kapsul dan beranjak menerbangkannya, ia teringat sesuatu.

"Oh, iya!" Biru dengan telaten mengambil tas ranselnya, mengeluarkan sebuah gawai.
Saat gawai itu dihidupkan, muncul setitik warna oranye di sana. 'Terima kasih, Oranye,' batinnya.

"Benda apa itu?" Jingga mendekatkan dirinya pada Biru, penasaran.

"Ini adalah gawai yang aku sambungkan pada GPS di tas ransel masing-masing para warna, tapi sepertinya hanya Oranye yang membawa tas itu. Ayo kita segera ke sana!" jelas Biru.

Suasana hatinya membaik dan ia bisa dengan aman mengemudikan kapsul itu, membawanya ke arah titik bewarna Oranye pada gawai.

***

Mereka akhirnya terhenti di depan sebuah gua.
"Kita masuk ke dalam?" Biru ragu-ragu bertanya.
Jingga mengangguk, masuk lebih dulu ke dalam gua, disusul oleh Biru.

Gua itu tidak seburuk yang dipikirkan, malahan indah. Kristal-kristal di dalam gua memantulkan cahaya cantik berwarna biru.

"Titik ini terhenti di sini, tapi gua ini lengang, tidak ada siapapun." Ia lagi-lagi kehilangan jejak teman-temannya.

Jingga menangkap sesuatu dengan penglihatannya. "Siapa yang meninggalkan tas ranselnya di sini? Tas ini penuh dengan makanan dan minuman, sepertinya belum basi."

Tas ransel? Mendengar itu, Biru dengan cepat menghampiri Jingga.
"Oh, astaga! Bagaimana ia bisa meninggalkan tas ranselnya? Sekarang kita harus apa?" keluh Biru.

"Tenanglah, mungkin kamu mau memperhatikan gua ini dulu? Lalu menemukan jalan keluarnya? Kita punya banyak persediaan makanan di sini, aku tahu kamu jenius!" Jingga menyemangati Biru yang terlihat lesu itu.

"Baiklah ...," dengus Biru.

Biru juga dengan Jingga tinggal di gua itu untuk beberapa hari, memperhatikan gua, bahkan mempelajarinya.

Ternyata, selama ini mereka salah tangkap. Gua itu bersinar bukan karena adanya kristal, tetapi dikarenakan adanya spesies serangga Arachnocampa Luminosa atau yang lebih dikenal sebagai Glow Worm.

Glow Worm adalah larva dari serangga. Nantinya, larva ini akan berubah menjadi kepompong dan akhirnya menjadi serangga dewasa.

Larva serangga dapat memproduksi cahaya berwarna biru dari tubuhnya. Hewan yang memiliki kemampuan serupa, disebut dengan hewan bioluminescence.

Sebelum genap dua minggu berada di sana, Biru terlihat sedang mengutak-atik kapsulnya sampai larut malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum genap dua minggu berada di sana, Biru terlihat sedang mengutak-atik kapsulnya sampai larut malam.

Tes! Suara itu terdengar oleh Biru, tidak perlu pikir panjang, Biru langsung menghampiri sumber suara. Saat ia akhirnya tahu dari mana suara itu berasal, tergesa-gesa ia membangunkan Jingga.

Setelah Jingga bangun, dua warna itu saling menatap portal yang ada di depan mereka.

"Kita masuk ke dalam?" Biru mempertanyakan pertanyaan yang sama saat menemukan gua ini sebelumnya.

Seperti biasa, Jingga dengan berani melangkah ke dalam portal itu lebih duku, tetapi langkahnya terhenti sejenak. "Bagaimana dengan kapsul mu? Itu terlalu besar untuk masuk ke dalam portal, kamu yakin akan meninggalkannya di gua?"

"Tidak perlu ditinggalkan." Biru mengeluarkan remote control dari sakunya. Ketika salah satu tombol pada remote control ditekan, kapsul itu berubah menjadi sekecil kepalan tangan. Mudah saja memasukkannya ke dalam tas.

"Kamu memang jenius, anak muda." Jingga melanjutkan langkahnya, begitupun dengan Biru.

***

Berbeda dengan warna-warna lain, portal membawa Biru dan Jingga langsung ke taman belakang istana.

Cara kerja portal itu adalah dengan membawa siapa saja yang masuk ke dalamnya pada lokasi di mana orang terakhir yang menggunakan portal itu berada, yang juga masih di dalam wilayah Netral Gelap itu.

"Di mana ini?" Jingga menganalisis sekitarnya, melihat kiri dan kanan.

Biru ikut melihat-lihat juga. "Itu teman-temanku!" teriak Biru saat ia melihat Kuning, Nila, dan juga Merah.

"Bagaimana jika kita mengikuti mereka secara diam-diam? Mereka sendiri juga terlihat sedang mengendap-endap." Jingga menyikut Biru untuk memelankan suaranya.

Biru setuju dengan usul Jingga, mereka berdua pun mengikuti warna-warna itu diam-diam. Sampai di mana Biru tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Teman-temannya disergap oleh warna-warna gelap, ingin sekali ia menolong. Tetapi, gerakan Biru langsung ditahan oleh Jingga. "Jangan nekat, mari kita perhatikan dulu apa yang akan mereka lakukan pada teman-temanmu."

Biru dan Jingga melihat bahwa mereka telah dibawa ke ruang yang terlihat gelap juga terlihat pengap. Ketika warna-warna gelap itu pergi, mereka berdua kembali menghampiri warna-warna yang disergap itu, diam-diam.

Sudah berkali-kali mereka berdua mencoba untuk membangunkan warna-warna itu, tetapi tidak kunjung berhasil.

Waktu di mana mereka sudah mulai sadar, warna-warna gelap itu malah terdengar datang ke arah mereka sehingga Biru juga Jingga harus bersembunyi di antara lorong-lorong istana.

Mereka berdua berusaha menguping pembicaraan itu. Merasa waktu telah tepat, mereka melakukan penyelamatan lantas berakhir di tengah hutan ini. Sedang menceritakan kembali kepada warna-warna yang telah berhasil mereka selamatkan.

***

Hiruk Pikuk WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang