Part 6

3.3K 190 0
                                    

Donomie perlahan mencekik Vincent, membuatnya hampir tak bisa bernapas. Pandangan Vincent mulai kabur, tapi dia berhasil mengatakan sesuatu.

"S-sialan kau!" ucapnya lalu terbatuk. Donomie terkejut, tapi dia lalu tertawa lebih keras.

"Anjing nakal. Rupanya kau masih bisa seberani itu, ya?" Dia tersenyum mengejek, mengencangkan cengkeramannya di leher Vincent, lalu menantangnya, "Coba lawan aku, anjing kecil."

"B-brengsek!" Vincent tercekat, mulai panik saat kesulitan bernapas.

Donomie tertawa, tampak terhibur dengan usaha Vincent melawannya. "Sekarang katakan padaku. Kenapa kau begitu lemah dan menyedihkan? Apa kini kau tak bisa membela dirimu sendiri, hm?"

Vincent mulai merasa pusing. Penglihatannya mengabur saat dia meronta di bawah Donomie. Dia mulai melemah saat jari-jari Donomie meremas lehernya semakin erat. Pria itu begitu kuat dan berkuasa terhadapnya. Air matanya berlinang saat dia meronta dan terbatuk, masih kesulitan bernapas.

Namun tiba-tiba cengkeraman Donomie melemah. Jari-jarinya masih melingkari leher Vincent, tapi dia tak mencekiknya lagi. Dia berhenti tertawa. Nada suaranya jadi lebih serius dan dingin.

"Dengarkan aku baik-baik, anjing tolol," katanya. Terlihat kilat kemarahan di matanya saat dia menatap Vincent. "Sekarang kau milikku, dan kau harus patuh padaku. Kalau tidak kau kuhukum. Aku takkan berbelas kasihan lagi padamu kalau kau nakal. Apa kau paham?"

"Ayo minta maaf," perintah Donomie, nada suaranya masih dingin.

Vincent merasa takut sekaligus terhina. Tubuhnya gemetar, sadar jika dia tak punya pilihan. Dengan tergagap, dia berkata, "M-maafkan aku, daddy."

"Bagus," kata Donomie. "Sekarang tidurlah. Kau harus jadi anjing penurut. Aku akan mengecek keadaanmu lagi nanti, jadi sebaiknya kau sudah tidur saat aku kembali."

"Baik, daddy," balas Vincent pelan saat menatapnya.

Donomie mengangguk puas. Nada suaranya melembut saat berkata, "Good boy. Selamat tidur."

Tangannya lalu memasangkan kalung anjing di leher Vincent yang tersambung dengan tali ke tempat tidur. Dia tersenyum saat menutup pintu dan menguncinya, meninggalkannya sendirian.

Sepertinya Donomie akan menemui para bos mafia tadi untuk melakukan pertemuan penting. Itu artinya secara tak langsung dia memberikan Vincent kesempatan untuk kabur. Dia bangkit dari kasur, mencari cara untuk keluar dari kamar itu.

Jika Donomie sadar kalau dia melarikan diri dia pasti akan disiksa tanpa ampun. Namun dia tak bisa terjebak bersama psikopat itu selamanya, jadi dia harus segera kabur demi dirinya sendiri.

Vincent memandangi ruangan itu. Hanya ada tempat tidur dan meja nakas. Bagaimana dia kabur dari tempat ini? Dia butuh rencana, tapi pertama-tama dia harus memutus tali pengikat yang tersambung ke kalung anjingnya tanpa ketahuan. Dia harus berhasil. Kalau tidak dia akan tertangkap dan dihukum lagi.

Dia tak yakin apakah dia akan berhasil, tapi dia harus mencobanya. Dia mulai mengumpulkan tenaganya dan mempersiapkan diri untuk menarik tali pengikat itu terlepas dari tempat tidur. Ada sensasi terbakar di telapak tangannya saat terus menarik, dan pengaitnya pun perlahan berubah posisi.

Dia mulai melemah saat kehabisan tenaga, tapi dia tak boleh menyerah. Sedikit lagi dia akan berhasil. Dalam tarikan terakhir dengan sisa tenaganya, tali pengikat itu akhirnya terlepas dari pengaitnya. Dia terengah-engah. Tubuhnya gemetar karena lelah.

Namun tiba-tiba terdengar langkah kaki yang menuju kamar itu. Vincent panik. Dia harus pergi dari sini, tapi dia terlalu lelah dan kakinya lemas untuk melangkah. Jadi dia merangkak ke bawah tempat tidur. Dia mulai takut dan cemas saat bersembunyi dan menunggu apa yang terjadi selanjutnya. Pintu itu akhirnya terbuka dan terdengar suara Donomie.

"Apa kau tidur?" tanyanya saat memasuki kamar, menyadari kalau Vincent tak ada di sana. Dia lalu melihat pengait tali pengikatnya yang bengkok. "Nakal sekali. Berani-beraninya dia membangkang."

Vincent memejamkan mata. Tubuhnya gemetar saat bersembunyi seperti tikus yang ketakutan. Detak jantungnya berpacu saat langkah kaki Donomie mulai mendekat. Sepatunya terlihat saat dia mendekati tempat tidur. Kemudian dia berlutut dan menengok ke bawah tempat tidur, menyeringai kejam.

"Anjing bodoh. Apa kau mau melarikan diri?" Dia tertawa mengejek, tampak terhibur dengan usaha Vincent untuk kabur. Tangannya terulur ke bawah, meraih dan menariknya keluar dari kolong tempat tidur.

Vincent merasakan jari-jari Donomie mencengkeram lengannya saat menariknya dan membawanya ke tempat tidur. Seringainya semakin lebar saat dia menatap Vincent.

"Kau mau aku merantaimu dan mengurungmu di kandang?" ancamnya dingin. Namun matanya berkilat, terhibur saat melihat reaksi Vincent.

Vincent marah dan frustrasi saat diancam Donomie, tapi dia sangat lemah, bahkan tak cukup kuat untuk bicara. Tiba-tiba Donomie mencekik lehernya, menempatkan jari-jarinya di sana.

"Kelihatannya kau ingin protes, ya?" tanyanya.

Vincent terkesiap dan terbatuk saat berusaha untuk bicara. "A-aku... membencimu!"

"Hahaha! Tapi sayangnya kau butuh aku karena kini kau sangat lemah, anjing bodoh." Donomie tertawa, tampak senang, tapi sesaat kemudian dia menggeram. Suaranya terdengar berat saat dia mendekat dan berbisik ke telinga Vincent. "Silakan saja kalau kau mau protes atau melawanku, tapi ingat... I own you."

Vincent terkejut saat Donomie menarik bajunya dan merobeknya tanpa aba-aba. Pipinya terbakar karena malu saat dia meronta, mencoba menarik kembali bajunya dari Donomie, tapi dia sudah melemparnya ke lantai. "A-apa yang kau lakukan?! Menjauh dariku!"

Vincent berseru dan mendorong Donomie menjauh, tapi dia dengan mudah menahannya. Luapan amarah membuncah di dadanya saat Donomie menertawakannya dengan nada mengejek. "Kau takut aku menelanjangimu, ya, anjing kecil?"

Vincent mencoba meninjunya, tapi Donomie segera menangkisnya dan menahan kepalan tangannya. Jari-jarinya kini menekan pergelangan tangan Vincent dengan kuat.

"Kau bahkan tak sanggup melawanku," olok Donomie sambil tersenyum.

Wajah Vincent memerah, terbakar amarah dan perasaan terhina saat Donomie merendahkannya. Dia mencoba melepaskan diri dan menggeliat keluar di bawah Donomie, tapi pria itu sangat berat. Bobot tubuhnya menahannya di tempat, membuatnya tak bisa bergerak.

"Minggir kau, dasar brengsek! Lepaskan aku!"

***

Prey to the SnakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang