Part 13

2.8K 145 0
                                    

"Sekarang akan kujelaskan pada kalian. Eksperimenku adalah obat khusus yang mengandung afrodisiak, stimulan, obat penenang, serta halusinogen. Aku menamainya 'flame'. Dan seperti yang sudah kubilang, Vincent akan membantuku mendemonstrasikan efek obatnya," katanya, tersenyum dingin.

Mata Vincent membelalak ngeri saat mendengar kata-kata Leon. Iris hijau Leon berkilau mengerikan saat menatap Vincent intens, seolah-olah dia hanyalah tikus lab. Vincent bisa merasakan napas Leon di kulitnya, membuatnya merinding.

Salah satu orang suruhan Leon menyerahkan sebotol kecil cairan padanya. Itu adalah 'flame'. Cairannya bening dan cukup kental.

"Aku akan memberinya dalam dosis yang sangat besar," kata Leon sambil membuka tutup botol obat khusus itu. Dia kemudian menarik mouth gag dari Vincent dan langsung menyogok cairan bening itu ke mulutnya dengan paksa. Kemudian dia memasang mouth gag-nya lagi.

Cairan itu mengalir ke tenggorokan Vincent dan dia mulai merasakan sensasi hangat yang menyebar ke seluruh tubuhnya, semakin panas setiap detiknya. Jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Napasnya pun mulai terengah-engah.

Vincent menggeliat tak nyaman saat obat itu menyebar ke seluruh tubuhnya. Dia bisa merasakan sensasi terbakar yang mengalir melalui pembuluh darahnya. Dia ingin menjerit, tapi tertahan mouth gag di mulutnya.

Seringai Leon melebar saat melihat efek obat itu pada Vincent. Dia terus memandangi Vincent yang merintih. Rona kemerahan menyebar di kulitnya seiring dengan suhu tubuhnya yang terus meningkat.

Salah satu bawahan Leon angkat bicara. "Bos, karena efek obatnya sudah mulai bekerja, bagaimana jika kita melepaskan ikatannya dan bersenang senang?"

Leon berpikir sejenak, lalu menyeringai dan menyetujuinya. "Tadinya aku hanya ingin melihat efeknya, tapi tak ada salahnya untuk bersenang-senang dengannya."

Para bawahan Leon melepaskan body restraint yang mengikat Vincent. Meskipun mulutnya masih disumpal, sekarang dia bisa bergerak dengan bebas. Mereka lalu mendorong Vincent, mencoba membuatnya merangkak melewati panggung. Salah satunya pun menjambak rambutnya hingga jatuh ke lantai. Vincent mencoba melawan, tapi dia tak mampu berbuat banyak di bawah pengaruh obat-obatan.

Dengan terpaksa Vincent mulai merangkak seperti anjing, mengundang gelak tawa mencemooh. Bawahan Leon yang lain lalu mengambil tali dan menjepitkannya ke choker Vincent. Dengan keras orang itu menarik talinya, membuat leher Vincent tertarik ke belakang. Dia merintih kesakitan saat mereka bersorak mengejeknya. Bahkan ada yang menendangnya, membuatnya terjatuh kehilangan keseimbangan.

Sementara itu Leon turun ke panggung untuk mengurus keperluan pembukaan The Lair. "Kau, cepat buka klubnya supaya pelanggan bisa masuk! Kita akan beri mereka pertunjukan kecil untuk dinikmati dengan minuman keras."

Orang itu mengangguk lalu berjalan ke pintu depan dan membukanya sehingga orang-orang bisa masuk. Staf yang bekerja di klub itu mulai menyiapkan berbagai jenis alkohol. Para pengunjung The Lair pun terkejut melihat Vincent yang merangkak di panggung.

Mereka ternganga, berbisik-bisik dan tertawa. Salah satu dari mereka memanggil Leon dan bertanya, "Apa dia sedang dalam pengaruh obat-obatan?" Dan Leon hanya tertawa pelan.

Sementara itu para bawahan Leon membawa Vincent menuju tiang, menariknya dengan posisi merangkak. Semua pelanggan di sana menyaksikan dan bertanya-tanya apa yang akan mereka lakukan padanya. Mereka lalu memaksa Vincent berdiri.

"Sekarang ayo tunjukkan pada penonton betapa hebatnya kau menari, Vincent," kata Leon sambil memperhatikan dari bawah panggung. Dia menyeringai, menyaksikan Vincent dipermalukan.

"Ayo cepat naik ke tiang itu!" tuntut salah satu bawahan Leon sambil menarik tali pengikatnya dengan keras. Vincent merintih kesakitan, kakinya gemetar saat melihat ke arah penonton, terlihat ketakutan dan kebingungan. Kakinya gemetar dan badannya lemas karena efek obat-obatan. Dia pun terpaksa memanjat tiang.

Para meneriakkan kata-kata penyemangat maupun ejekan. Ada juga yang bersiul nakal. Bawahan Leon, yang senang dengan reaksi para penonton, memecut punggung Vincent, membuatnya berteriak kaget dan kesakitan. Mereka semua tertawa meledek. Vincent merintih pelan saat terus memanjat tiang itu.

"Ayo saatnya menari!" Mereka terus terkekeh saat menarik tali pengikat Vincent hingga membuatnya berputar-putar di tiang. Tubuhnya yang masih di bawah pengaruh obat-obatan membuatnya sulit berpikir jernih.

"Ayo menarilah dan berputar lebih cepat!" kata anak buah Leon lalu memecut Vincent keras di bahu, punggung, paha, dan dadanya. Setiap kali dia melayangkan cambuk ke Vincent, terdengar jeritan kesakitan.

"Bukankah dia penari yang luar biasa? Berikan tepuk tangan untuk penari tiang terbaik kami, Vincent!" seru Leon dengan mikorofon. Para penonton terbelalak kaget saat melihat Vincent dicambuk, tapi kemudian mereka bersorak dan bertepuk tangan.

Vincent tiba-tiba kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan keras. Dia gemetar dan menangis karena rasa sakit dan tekanan dialaminya. Efek obat-obatan di tubuhnya membuatnya pusing.

"Bawa dia ke kamar khusus. Sudah ada klien yang membayar untuk bermain dengannya," kata Leon.

Anak buahnya pun mengangguk dan menariknya turun dari panggung hingga tiba di depan pintu. Dia membukanya dan menendang Vincent masuk ke dalam ruangan khusus untuk klien. Di sana sudah ada seorang pria yang memerhatikan Vincent. Bawahan Leon kemudian menyerahkan tali pengikatnya padanya.

"Selamat bersenang-senang, Tuan," katanya sambil tertawa lalu meninggalkan ruangan, menyisakan Vincent dengan pria itu yang kini mendekatinya.

"Leon bilang kau barang bagus, ya? Kurasa dia benar karena mantan bos mafia ini sekarang jadi pelacurku. Menarik sekali." Pria itu menyeringai dan memiringkan kepala. Dia lalu memegang dagu Vincent, memaksanya untuk menatapnya.

"Kuharap kau bisa menghiburku lebih baik dari tarian eksotismu di panggung, manis."

***

Jika kamu menikmati ceritanya, jangan lupa untuk memberi vote.

Seperti biasa kritik, saran, atau pertanyaan bisa ditulis di kolom komentar.

Prey to the SnakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang