Extra Part 3

1.4K 87 1
                                    

Vincent perlahan terbangun. Tanpa sadar dia mengulurkan tangan, berharap bisa merasakan kehangatan tubuh Donomie, tapi tak ada siapapun di sana. Dia tiba-tiba teringat bahwa pria itu pergi menemani anak-anak didikannya mengikuti lomba renang, padahal hari ini hari ulang tahunnya.

Vincent menarik napas dalam-dalam. Dia bertekad akan memberikan kejutan untuk Donomie di hari spesialnya. Dia pun bangkit dari tempat tidur dan meregangkan tubuhnya, lalu berpikir. Kira-kira apa yang bisa dia lakukan untuk membuat ulang tahun Donomie berkesan?

"Mungkin aku bisa memasak spaghetti bolognese favoritnya untuk makan malam," gumamnya pelan. Dia mulai mondar-mandir, mencoba memikirkan ide kejutan. "Dan nonton film kesukaannya di bioskop, tapi itu belum cukup. Aku butuh sesuatu yang membuatnya benar-benar merasa dicintai."

Karena takut kehabisan waktu, Vincent memutuskan untuk membuat kue ulang tahun Donomie terlebih dahulu. Dia tahu bahwa pria itu suka yang manis-manis. Dengan cekatan dia mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan dan mulai membuat kue dengan hati-hati demi memastikan hasilnya sempurna.

Saat kuenya selesai dipanggang di oven, Vincent melihat jam dan menyadari bahwa dia harus membeli cincin tunangan dan menjemput Donomie di stasiun. "Syukurlah, kuenya sudah jadi. Aku masih punya waktu untuk beli cincinnya sebelum ke stasiun."

Vincent mengambil kunci mobil dan meninggalkan apartemen, lalu menuju toko perhiasan demi membeli cincin untuk pacarnya. Begitu sampai, jantungnya berdebar kencang saat melihat berbagai cincin di etalase. Setelah menimbang dengan cermat, dia pun memilih dua cincin emas dengan ukiran di dalamnya.

Setelah selesai melakukan pembayaran, dia bergegas meninggalkan toko dan pergi menuju stasiun untuk menjemput Donomie. Setibanya di sana, dia menunggu pacarnya dengan sedikit cemas.

Akhirnya setelah beberapa saat, Vincent bisa melihat Donomie muncul di kerumunan, ditemani sekelompok anak-anak. Mereka semua tampak senang meskipun lelah setelah mengikuti kompetisi renang.

Mata Donomie berbinar. Dia tersenyum lebar ketika melihat Vincent yang menunggunya. Dia pun menoleh pada anak-anak didiknya.
"Baiklah, anak-anak. Kalian semua sudah bekerja keras hari ini, jadi istirahatlah, oke?"

Anak-anak itu mengangguk dan mengucapkan selamat tinggal. Donomie tersenyum hangat dan melambaikan tangan pada mereka. Setelah mereka pergi, Donomie menengok ke arah Vincent. Senyumnya melebar saat melihat penampilannya.

"Kau terlihat manis, sayang," katanya sambil menggodanya. "Apa kau sangat rindu padaku sampai datang untuk menjemputku, hm?"

Vincent memutar matanya mendengar ledekan Donomie, tapi pipinya merona karena dibilang manis. "Aku hanya ingin menjemputmu. Memangnya kenapa?"

Donomie menyeringai melihat wajah Vincent yang tersipu. "Sebenarnya, aku suka kalau kau menjemputku. Rasanya seolah-olah aku pangeran kerajaan."

"Yang benar saja," kata Vincent terdengar jengkel. "Kau terlalu menyebalkan untuk disebut pangeran."

"Kau kejam sekali, sayang," ucap Donomie dramatis. Dia memegang dadanya dan berpura-pura terluka. "Kau menghancurkan hati mungilku dengan kata-katamu yang setajam pisau. Bagaimana bisa kau begitu tega pada pacarmu yang sangat tampan ini?"

Donomie terus bertingkah seperti pangeran tak berdaya saat Vincent menariknya keluar dari stasiun. Dia meletakkan punggung tangannya di dahi secara dramatis, pura-pura pingsan. “Kau memang tak punya hati padaku."

Vincent mencoba memasang ekspresi datar pada sikap Donomie yang konyol itu, tapi dia tak bisa menahan senyumannya. "Diamlah. Apa kau tak tahu kalau orang lain melihat ke arahmu?"

Namun Donomie masih terus bertingkah seperti aktor drama saat mereka berada di luar stasiun. Tanpa sadar tiba-tiba Vincent menciumnya, membuatnya terdiam sejenak. Matanya terbelalak kaget dan berkedip beberapa kali. Untuk sesaat, dia tak mampu berkata-kata.

Prey to the SnakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang