Part 25

3K 129 2
                                    

"Apa kau siap, sayang? Siap merasakan semua yang ada pada diriku?" tukas Donomie pelan saat memperhatikan punggung Vincent yang berkeringat di hadapannya. Napasnya memburu dan bersemangat.

"A-aku siap... ahh..." erang Vincent, masih terengah-engah karena kini begitu terangsang dengan gagasan Donomie yang menyetubuhinya.

"My good boy," bisik Donomie, suaranya bergetar karena nafsu. Dengan lembut dia memposisikan Vincent yang berlutut untuk membuka pahanya. Luapan gairah pun segera menyapu dirinya ketika dia menjilat bibir setelah melepas pakaiannya. "Kau tak tahu seberapa lama aku menginginkan ini."

Tubuh Vincent menghangat ketika membenamkan kepalanya ke bantal, masih dengan pinggul yang terangkat. Dia melenguh begitu Donomie menggesek alat kelaminnya ke bokongnya. "Aah... b-berhenti menggodaku..."

"Rupanya kau tak sabaran, ya? Jangan khawatir, sayang, aku akan membuatmu merasa sangat nikmat," gumam Donomie, semakin nafsu mendengar rengekan Vincent yang putus asa. Dengan lembut dia mendorong kemaluannya masuk ke dalam Vincent.

"A-aah! Aahh... mmhh..." Napas Vincent tersentak saat merasakan tubuh Donomie menekan bokongnya lalu memenuhi dirinya. Pinggulnya maju mundur di bawah genggaman Donomie. "Ahh... ahh... aahh... ahhh... y-ya Tuhan..."

Donomie mengeluarkan erangan pelan. Napasnya semakin berat karena desahan Vincent dan gesekan kemaluannya yang masuk lebih dalam. Tubuhnya dipenuhi kenikmatan begitu alat kelaminnya menggesek keluar masuk. Dia masih memegang erat pinggul Vincent, meremasnya. "Hmm, sayang... kau terasa hangat dan ketat di dalam... enak sekali..."

"Ahh... ahhn... mmhh..." Vincent mengerang dan mendesah. Kenikmatan membara di sekujur tubuhnya yang gemetar, mengaduk-aduk perutnya yang terasa penuh karena Donomie.

"Kau menerimaku dengan sangat baik, sayang..." ucap Donomie penuh keringat. Pinggulnya bergerak sedikit cepat untuk menggempur Vincent. Dia gemetar dan bergairah saat melihat tubuh sensual Vincent dan mendengar desahannya. Mau tak mau dia mengusap kulit lembutnya dengan sedikit tergesa-gesa. "Apa kau menginginkan diriku lebih banyak?"

Vincent memerah dan terangsang karena sentuhan Donomie. Dengan lemah dia pun mengangguk seraya mencengkeram seprai. Napasnya tercekat begitu Donomie mengganti posisinya menjadi lebih dekat dan membenturkan kemaluannya lebih keras ke dalam dirinya. "A-ahn.. a-ah... astaga... D-Donomie... aahh..."

"Ahh... kau kekasihku yang sangat imut... hanya milikku..." ucap Donomie parau. Jantungnya berdebar-debar karena hasrat untuk memiliki Vincent sepenuhnya. "Teruslah mendesah untukku, sayang... keluarkan suara manismu untukku..."

Vincent terengah-engah sambil terus mendesah, merasakan Donomie menggesek kemaluannya semakin dalam. Tubuhnya merinding mendengar kalimat Donomie yang posesif. Dia meracau saat Donomie terus mengempur dirinya di dalam. "Ahhn... aku m-milikmu... mmhh..."

"Bagus sekali. Kau milikku, manisku... ayo katakan lagi... ah..." Donomie mengerang dan menghantam Vincent dengan kemaluannya lebih cepat. Suhu di antara mereka semakin membara dan panas.

"A-ahn... aku kekasihmu... ahhnn... dan hanya milikmu..." Kata-kata Vincent menghilang, terganti dan dipenuhi erangan dan rintihan yang semakin keras.

Donomie mengerang dan mendorong dirinya lebih kuat ke dalam Vincent, terengah-engah serta berkeringat saat membenturkan alat kelaminnya ke bagian paling sensitif Vincent. "Ahh... sepertinya aku menemukan sesuatu..."

Vincent tersentak karena rasa panas dan kenikmatan yang tiba-tiba menjalar pada dirinya. Dia menggigit bantal untuk menahan desahan tapi tak sanggup karena sensasi yang diberikan Donomie. "Ahhh... ahhh... a-astaga... ahnn..."

"Hmm... apa kau menyukainya, sayang?" tukas Donomie sambil mendorong dirinya masuk lebih dalam. Dia semakin terangsang saat mendengar desahan Vincent.

"Y-ya... aku m-menyukainya... ya Tuhan... kumohon... lagi... aahh..." erang Vincent di sela-sela napasnya. Ucapannya tak terdengar jelas dan meleleh menjadi rintihan.

"Ya... hmm... apapun untukmu..." Donomie tersengal-sengal dan tercekat saat menghentakkan kemaluannya lebih keras dan lebih dalam. Gerakannya kini semakin cepat. Jari-jarinya mencengkeram tangan Vincent. "Ah... ah... aku akan memberimu apapun yang kau mau, sayang..."

"Ahnn... D-Donomie... aahh... mmhh..." desah Vincent putus asa karena hentakan yang diberikan Donomie di dalam dirinya. Dia tak mampu berbuat apa pun selain mengerang dan meneriakkan namanya. "A-aku... ahh.... ahh... mau keluar... ahhn..."

"Ayo, sayang... keluarkan untukku..." Donomie mengerang dan terengah-engah ketika melihat Vincent hendak mencapai puncaknya.

"A-ahn... k-keluar... ahh! Ahhh... a-ahn! Aaahn..." rintih Vincent begitu kenikmatan membanjiri tubuhnya. Jantungnya berdebar kencang dan tubuhnya gemetar, terbakar oleh sensasi nikmat akibat orgasme yang kini mengucur dari kemaluannya.

Dalam satu hentakan terakhir, Donomie mengerang saat pelepasannya menyembur keluar. Vincent menghela napas pendek ketika merasakan cairan Donomie memenuhi dirinya. Tubuhnya yang panas dan penuh keringat masih sedikit gemetar.

Donomie mencondongkan tubuhnya ke Vincent yang lembab akibat keringat dan memeluknya, lalu mengecup kepalanya. "Kerja bagus, sayang. Kau melakukannya dengan sangat baik."

Vincent sedikit merinding karena sentuhan Donomie. Tubuhnya kini terasa lemas setelah menghela napas. Matanya hampir separuh tertutup. "Aku sangat lelah..."

"Tidurlah. Biar aku yang akan membersihkanmu," bisik Donomie pelan. Tangannya membelai rambut Vincent lalu membantunya berbaring dengan nyaman di tempat tidur.

"Oke..." gumam Vincent lirih. Dia mulai terlelap karena kelelahan yang menguasai dirinya. Tubuhnya masih sedikit gemetar saat Donomie terus mengusap kepalanya dengan pelan.

Saat Vincent tertidur, Donomie perlahan bangkit dan mengambil beberapa kain lap. Dengan lembut dia menyeka keringat dan cairan tubuh yang ada pada Vincent dan berhati-hati agar tak membangunkannya.

Begitu Donomie selesai, dia mengganti seprai dan membersihkan dirinya sendiri lalu naik ke tempat tidur. Kini dia berbaring di samping Vincent dan memeluknya. Perasaan hangat sekaligus posesif memenuhi hatinya begitu memandangi Vincent yang terlelap.

"Milikku," bisik Donomie pelan, kemudian membelai rambut Vincent sebelum akhirnya memejamkan mata dan membiarkan rasa kantuk menyergap dirinya. Keduanya pun tidur sambil berpelukan, beristirahat setelah melakukan hal yang intim dan penuh gairah malam itu.

FIN

Prey to the SnakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang