Part 16

2.6K 154 4
                                    

Vincent menahan sakit akibat gerakan tangan James, sang klien. Dia merintih dan bermandikan keringat. Jari-jari pria itu terus menggesek bagian dalam dirinya. Dalam beberapa menit, Vincent mencapai klimaks, membuatnya mendesah saat air maninya muncrat dari alat kelaminnya.

Vincent tersengal-sengal dan terisak. Dia sama sekali merasa tak nyaman, ingin penderitaan ini segera berakhir, tapi mereka baru saja mulai. James terkekeh saat menarik jarinya keluar dari Vincent.

James merasa sangat tergoda saat melihat tubuh Vincent yang terengah-engah penuh luka itu. Keinginannya untuk bercinta dengannya semakin tinggi setelah memandangi Vincent yang menungging membelakanginya. Dia kemudian melepas celananya dan memasukkan alat kelaminnya ke dalam Vincent, membuat napasnya tercekat.

"Kau memang lebih cocok jadi pelacur," kata James sambil perlahan memajukan tubuhnya, berusaha menahan diri untuk mulai bersetubuh dengannya. Vincent merasakan napas James sangat dekat dengannya saat dia akhirnya menggesek kemaluannya di dalam dirinya.

"A-ah ... ahh ..." desah Vincent sambil gemetar. Tubuhnya memanas saat dia merasakan alat kelamin James yang menggempurnya di dalam. Pikirannya mulai kosong. James lalu mendorong kemaluannya lebih cepat lagi, membuatnya menggila. Dia mengerang sangat keras saat merasakan sensasi intens semakin menjalar di dalam dirinya.

"Mmh... ahh... ah!" Vincent tak dapat menahan nalurinya untuk mendesah dan mengerang lebih keras. Tubuh mereka berdua memanas seiring dengan James yang perlahan menambah kecepatan di dalam dirinya. Dia memohon untuk melakukannya lebih lembut tapi James mengabaikannya.

James terus bergerak lebih kuat sambil menjaga kecepatannya. Vincent terus memohon dan mengerang sambil tersengal-sengal. Hawa di antara keduanya kini sangat panas.

"T-tunggu... ahh... s-sebentar..." kata Vincent merasa sesak di bagian bawahnya. Namun James justru merasakan kenikmatan pada dirinya dan tak bisa menahannya lagi. Dia mulai mendesah pelan setiap kali mendorong bagian intimnya ke dalam Vincent. Gerakannya menjadi semakin cepat setiap detiknya.

Vincent tersentak saat James mencengkeram pinggulnya dan memaksanya untuk menggoyangkannya. Karenanya gesekan kemaluan James di dalam dirinya semakin intens, menyebabkan dirinya mengeluarkan lebih banyak desahan. Tubuh keduanya kini berkeringat dan terengah-engah.

"Ahh... a-ah! T-tolong... mmh... pelan-pelan..." kata Vincent, tersentak saat kecepatan gerakan James meningkat. Namun James tak peduli karena dia tak dapat menahan hasratnya lagi. Gerakan pinggul Vincent maju mundur di bawah cengkeraman James, menyesuaikan kecepatan satu sama lain. Vincent terus mengerang dan tersengal-sengal seiring dengan panasnya situasi itu.

James mulai mendorong alat kelaminnya begitu keras untuk mencapai klimaks. Dia mengerang pelan sementara pegangannya di pinggul Vincent semakin erat. Keduanya kini hampir mencapai puncak.

"Ahh... mmh! Ah...! A-aku mau... ahh... k-keluar..." Vincent mulai kehilangan kendali karena sensasi yang diberikan James. Dia menyamai kecepatan James saat merasa dirinya semakin dekat dengan klimaks.

Vincent nyaris mencapai puncak dan bersiap untuk menyemburkan cairannya. James menggesek kemaluannya di dalam Vincent saat menyadari bahwa klimaksnya juga hampir tiba. Keduanya berada di ujung pelepasan dan saling mendorong tubuh ke satu sama lain untuk mencapainya.

"A-ah... mmh... ah! Ahh!" Vincent  mengeluarkan desahan terakhirnya sebelum akhirnya mencapai klimaksnya. James mengeluarkan erangan terakhir saat akhirnya memuncratkan air mani. Mereka lalu terengah-engah dan berkeringat setelah pelepasan.

***

Ruangan itu kini sunyi. Tubuh Vincent tergeletak kelelahan di lantai setelah mereka beberapa kali bersetubuh. James berdiri dan menutup ritsleting celananya, lalu merapikan rambutnya. Dia menatap Vincent. Ekspresinya dingin saat mengambil gelas yang berisi alkohol, menyesapnya lalu menghela napas.

"Ini bayaranmu." James merogoh dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang tunai, kemudian melemparnya begitu saja ke tubuh Vincent yang gemetar.

James lalu menyeringai ketika melihat Vincent yang tak berdaya. Dia berdiri di dekatnya, menatapnya dengan tangan di saku. “Lain kali aku akan kembali untuk memakai tubuh jalangmu sebagai tempat pelepasanku.”

Kemudian James keluar meninggalkan Vincent sendirian di ruangan itu, yang hampir kehilangan kesadaran. Lehernya merah karena bekas gigitan James dan sekujur badannya memar. Dia tak sanggup bangun, tapi dia berusaha duduk dan melihat uang yang ada di sekitarnya.

Dia memandanginya sejenak dan air mata lalu melapisi matanya. Dia kemudian membaringkan tubuhnya kembali ke lantai dan menatap ke atap ruangan itu, membiarkan air matanya jatuh. Suara isakan pun keluar dari bibirnya.

Vincent mengulurkan tangan dan merasakan sesuatu yang basah di dahinya. Jari-jarinya merah karena darah saat dia melihat tangannya. Dia tak cukup kuat untuk berdiri, tapi dia berusaha untuk bangkit, membuatnya meringis dan terhuyung-huyung.

Vincent benar-benar tenggelam dalam situasi menyedihkan itu. Pikirannya kosong dan hatinya mati rasa. Dia maju selangkah dengan gemetar, lalu selangkah lagi. Kaki Vincent tiba-tiba kehilangan keseimbangan hingga membuatnya terjatuh ke lantai. Dia merintih lagi dan mencoba bangun tapi gagal. Tubuhnya terlalu lelah dan kesakitan.

Dia tersentak dan memejamkan mata saat rasa pusing mulai menguasai kepalanya. Pandangannya mulai kabur. Dia tak punya pilihan selain tergeletak lemas di lantai yang dingin sementara air matanya terus mengalir. Tubuhnya terbaring di sana, tak bergerak.

Tiba-tiba pintu terbuka dan suara panik yang nyaring memenuhi ruangan itu. "Vincent! Kau di mana?! Vincent?"

Vincent masih bisa mengenali pemilik suara itu sebelum akhirnya dia kehilangan kesadaran sepenuhnya.

Donomie.

***

Prey to the SnakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang