Part 7

3.2K 190 3
                                    

Vincent terus memberontak di bawah Donomie, mencoba memukulnya dan mendorongnya menjauh, tapi pria itu menertawakan usahanya.

"Hahaha! Kamu bahkan tak punya tenaga untuk melawanku, anjing kecil. Kau terlalu lemah sebagai mantan bos mafia, dan kau bukan siapa-siapa lagi karena North Vipers sekarang milikku. Sama seperti dirimu. Kau milikku."

Donomie lalu berusaha melepas celana Vincent, membuatnya berusaha melepaskan tangannya darinya.

"Berhenti menarik celanaku!" serunya marah. Dia benci betapa lemah dirinya saat mencoba melawan Donomie yang berusaha melepas celananya. Dia tak mau pria bajingan itu menelanjanginya.

Donomie hanya terkekeh melihat reaksi Vincent yang agresif. "Apa kau takut, sayang?"

Dengan mudah dia menarik celana Vincent, membuat tubuhnya kini terekspos sepenuhnya. Jari-jarinya lalu meraba paha Vincent dan menahannya, membuat jantungnya berdebar kencang.

"Tidak... tidak...! Jangan sentuh aku!" Dia berusaha melepas cengkeraman Donomie di pergelangan tangannya, tapi justru hal itu membuat Donomie semakin menahannya lebih kuat ke tempat tidur.

"Anjing kecil yang tak tahu diri. Aku sudah memberimu makan dan tempat tinggal. Aku majikanmu sekarang dan begitulah kenyataannya," ucapnya dingin saat jari-jarinya terus menelusuri paha Vincent.

Rasa takut Vincent meluap saat Donomie masih menahannya di kasur dan terus meraba-raba tubuhnya yang gemetar. Dia memejamkan mata, berusaha menghiraukan kepanikannya, tapi sia-sia. Tenaga Donomie lebih besar darinya dan dia tak sanggup melawan bajingan itu.

Donomie kini berbisik ke telinga Vincent. Embusan napasnya terasa hangat. "Sekarang aku memilikimu. Jadi kenapa kau tak menurut saja padaku, hm? Dengan begitu aku tak perlu menyakitimu."

Jari-jarinya sekarang menelusuri pipinya dengan lembut meski sentuhannya terasa dingin, lalu bergerak menuju dadanya. Wajah Vincent memerah karena merasa terhina saat jari-jari Donomie kini turun ke bawah, membuat tubuhnya merinding. Donomie tertawa pelan saat menyadarinya.

"Apa kau menikmatinya, anjing kecil? Apa kau senang jadi peliharaanku?" gumamnya ke telinga Vincent dengan pelan. Sentuhannya semakin intens saat Vincent berusaha menahan erangan.

"T-tidak! Berhenti! Mmhh!" ucap Vincent mencoba protes, tapi sia-sia.

Donomie lebih kuat darinya dan tangannya masih meraba tubuhnya. Dia kini semakin gemetar saat sentuhan Donomie semakin intens. Pria itu mendekatkan bibirnya ke perutnya, mengecup kulitnya. Vincent mencoba memberhentikannya, tapi tubuhnya justru merasa nikmat.

Vincent mengerang saat bibir Donomie menyapu permukaan kulitnya. Tangannya perlahan membelai pahanya lagi. Tubuh Vincent mulai menghangat dan pipinya memanas karena sentuhannya. Bibir Donomie kini mencium lembut lehernya, bahunya, dan dadanya. Dia memejamkan mata saat lidah Donomie perlahan menjilati kulitnya yang gemetar.

"Mmmh..." erangnya, merasa tak berdaya. Napasnya memberat dan tak teratur setiap Donomie mencium dan menjilati tubuhnya. "T-tunggu... kumohon jangan lakukan ini..."

Donomie hanya terkekeh pelan. Jari-jarinya kemudian merayap ke bawah saat bibirnya terus mencium kulit Vincent dengan penuh gairah. Tangannya akhirnya mencapai bagian yang dia inginkan. Vincent terkesiap kaget. Tubuhnya tersentak.

"Mmmh...!" erang Vincent lagi, menggeliat dan meronta di bawah Donomie.

Donomie tersenyum licik melihat betapa lemasnya Vincent. Jari-jarinya mengelus bagian intimnya dengan intens. Ciuman di lehernya semakin dalam saat menghisap kulitnya, menyisakan bekas kemerahan.

"Mmmh... kumohon jangan..." Kata-kata Vincent yang lemah keluar bersama erangan pelan. Tubuhnya gemetar dan memanas saat Donomie terus menyentuhnya tanpa ragu. Rasanya terlalu hina dan memalukan, tapi dia sangat lemas untuk menghentikannya.

Donomie tertawa pelan lalu mengecup leher Vincent dengan lembut. Tangannya masih membelai bagian paling sensitifnya. Air mata Vincent mulai mengalir penuh emosi saat Donomie terus menyentuhnya. Dia benci betapa lemah dirinya, seperti anjing ketakutan yang tak mampu melakukan apa pun.

Donomie mulai mengecup perut bawahnya sementara tangannya membelai pinggangnya dengan lembut. Vincent merasakan lidah Donomie perlahan menjilat semakin ke bawah. Sekujur tubuh Vincent semakin gemetar. Dia mengerang dan terengah-engah. Tangannya memegang lengan Donomie dengan kuat. Kukunya menusuk kulitnya, tapi Donomie hanya tertawa kecil dan terus mengecup perutnya.

Kini lidah Donomie mendarat di area intim Vincent, membuatnya tersentak. Tubuhnya semakin gemetar. Tangannya menggenggam erat lengan Donomie, kewalahan mengatasi sensasi nikmat yang dia rasakan. Dia menggigit bibirnya, menahan desahan.

"Apa kau menikmatinya, anjing kecil?" goda Donomie lalu menggeram pelan, terus memainkan lidahnya di area sensitif Vincent.

"Ahhh! Hmm..." Vincent tak sanggup menahan desahannya lebih lama. Dia terus mengerang dan mendesah, tak sanggup mengatakan apapun, kewalahan karena sensasi nikmat yang diberikan Donomie padanya meski dia enggan mengakuinya.

"Anjing pintar," gumamnya saat mendengar desahan Vincent.

Jari-jarinya kerap meraba area vital yang lain. Vincent mencoba bicara, tapi tak ada kata-kata yang keluar, seolah-olah dia terjebak di antara kenikmatan dan penghinaan, dan dia tak sanggup berbuat apa-apa. "Kau suka kalau aku membuatmu merasa nikmat, hm?"

"T-tidak... tolong h-hentikan..." Vincent berhasil mengatakan sesuatu. Dia memalingkan wajahnya. Napasnya tak karuan dan matanya berkaca-kaca. Suaranya gemetar saat memohon, tapi tak dapat dipungkiri kalau dia juga mulai menikmatinya.

"Tak apa-apa, sayang. Tenanglah," bisik Donomie sambil memainkan lidahnya, menelusuri bagian sensitifnya yang lain.

Napas Vincent tercekat saat lidah Donomie menyentuh bagian tengah pahanya. Dia tak bisa menahannya lagi. Suara desahan kini lolos dari bibirnya dan dia kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Tangan Donomie terus mengusap bagian intim Vincent yang satunya, menikmati reaksinya dan seberapa berkuasa dirinya.

"Ahhh... ahh... mmh..." desah Vincent. Tubuhnya menggeliat karena kenikmatan, tak bisa menahannya lagi. Dia merasa sangat terhina sekarang, tak percaya jika dia mulai menikmatinya.

***

Jika kamu menikmati ceritanya, jangan lupa untuk memberi vote.

Seperti biasa kritik, saran, atau pertanyaan bisa ditulis di kolom komentar.

Prey to the SnakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang