1. Nama ku?

175 11 3
                                    

Hanibal merasakan apa itu kehampaan mutlak dimana dia tidak bisa merasakan apapun, ya apapun. Hanibal tidak tahu sudah berapa lama dia dalam kondisi kehampaan itu.

Dalam kehampaan ini, waktu seolah berhenti. Tidak ada suara, tidak ada cahaya, tidak ada sentuhan. Tidak ada apa-apa. Pikirannya mencoba mencari pegangan, sesuatu yang nyata untuk digenggam, namun hanya menemui kegelapan tanpa batas.

Sesekali, seperti kilatan di kejauhan, memori-memori masa lalu muncul. Wajah-wajah tanpa nama, suara-suara tanpa sumber, perasaan-perasaan yang tak bisa ia definisikan. Namun secepat mereka muncul, secepat itu pula mereka lenyap, meninggalkan Hanibal kembali dalam kehampaan total.

Momen kehampaan itu berakhir saat Haninal sudah bisa melihat lagi, namun dia tidak bisa melihat tubuhnya, 'eh? dimana ini? bagaiman aku ada di kantor? Kemana seluruh tubuhku? Tapi ruangan ini ada meja, rak, sepertinya piala? jendela yang luas namun hanya terlihat cahaya putih, dan. Apakah itu komputer? Tapi bisa di bilang ini mirip dengan kantor kerja. Dan kenapa ini terasa familiar?' pikir Hanibal yang melihat sekitar karena terasa familiar.

"Akhirnya aku menemukanmu, Hanibal Indriawan." Suara yang sangat menggema yang entah dari mana asalnya, membuat Hanibal merasa merinding, jadi dia melihat ke seluruh ruangan, tapi tidak ada siapapun di ruangan itu kecuali dirinya sendiri.

Tapi saat dia melihat lagi ke arah kursi lagi dia menyadari ada seseorang atau mungkin mahluk duduk di kursi tersebut.

Sosok itu berbentuk manusia, tapi tubuhnya seperti langit malam. Warnanya hitam, dipenuhi titik-titik cahaya seperti bintang dan kumpulan cahaya warna-warni mirip galaksi. Wajahnya dibentuk oleh garis-garis putih terang yang bisa berubah ekspresi. Saat bergerak, [bintang] dan [galaksi] di tubuhnya ikut bergeser.

"Tenang saja kau aman disini..." Mahluk itu berbicara dengan garis melengkung di bibir, menunjukan ekspresi yang tersenyum.

"..." Hanibal masih bingung dengan kejadian yang aneh ini. Hanibal ingin bertanya siapa dia, namun tidak ada suara yang keluar, karena tidak ada mulut.

"Saya tahu anda mungkin memiliki banyak pertanyaan, namun yang paling utama adalah 'Dimana ini' atau 'Siapa kamu' itulah yang kau pikirkan saat ini kan?"

Hanibal terkejut ternyata dia bisa tahu isi kepalanya.

"Oh ya maaf atas ketidak sopananku, nama saya Fohlian, kebanyakan orang akan menganggap saya dewa, namun mereka salah."

"Sebenarnya aku adalah Obsever. Dan tugas ku adalah untuk mengawasi dunia agar tidak terjadi keretakan dimensi, tabrakan aliran waktu, mengeliminasi anomali, dan hal-hal yang bisa mengacaukan keseimbangan." Katanya

"Lalu kau sekarang berada di domainku, dan ruangan ini terasa familiar bagimu kan? Itu karena aku mengambil salah satu gambaran yang ada di dalam ingatanmu." Hanibal merasa melakukan anggukan tapi dia tidak mengangguk, hanya perasaannya.

"Dan juga kamu bisa melakukan telepati, jika kau bingun bagaimana caranya, tinggal pikirkan saja apa yang ingin kau katakan." Setelah mendengar penjelasan itu Hanibal mencobanya.

'umm... Halo apakah kau bisa mendengarku?' tanya Hanibal.

"Keras dan Jelas. Ya sepertinya kau langsung paham, nah sekarang sesi tanya jawab. Kau bisa menanyakan apapun padaku, selama masih dalam wawasanku."

'Baiklah pertanyaan pertama bagaimana aku bisa ada disini?'

"Kau mati dalam kecelakaan yang seharusnya belum terjadi, akibat kelalaian ku menjaga celah. Menyebabkan pesepeda itu tidak bisa melihat truk yang melaju kencang. Dan kau seharusnya sudah tahu kelanjutannya." Katanya membuat Hanibal merasa sakit kepala untuk beberapa saat.

Veteran Soldier Went To Another World And Became A [Ruler]Where stories live. Discover now