Pertemuan

381 35 1
                                    

Sebelum menemui dokter nefrologi, Biru terlebih dahulu menemui dokter anak untuk mendapatkan surat rujukan dari dokter Kevin, pria itu mengatakan agar Adeeva tidak perlu khawatir, karena Biru akan ditangani oleh dokter yang tepat.

Tapi dokter Kevin tidak tahu, betapa tidak inginnya Adeeva menemui dokter nefrologi itu, hanya saja demi kebaikan Biru, Adeeva pun terpaksa melakukannya.

"Sudah selesai, Di?" tanya Vino saat Adeeva keluar dari ruang dokter Kevin.

"Biru harus menemui dokter nefrologi."

"Nefrologi?" tanya Vino belum mengerti.

"Ya, ini dokter subspesialis yang menangani pasien ginjal."

"Oh, begitu? Ya sudah, sini biar aku daftarkan lagi, kamu tunggu saja di nefrologi nanti aku menyusul kesana." Vino meraih surat rujukan dari tangan Adeeva dan segera menuju ruang pendaftaran.

Meski masih enggan, Adeeva pun menuju ruang tunggu poli nefrologi, dia papan nama yang terpajang di depan ruang nefrologi dengan dada bergemuruh, tertera nama Dr. dr. Adrian M P, M.Sc, Sp.A (K).

"Dokter Adrian MP." Biru membaca papan nama. "MP nya apa ya, Bun? Malam pertama?" tanyanya sambil tertawa.

"Kamu tahu apa dengan kata itu?" Ibunya balik bertanya tanpa menunjukkan keterkejutannya.

"Biru tidak tahu, Biru hanya pernah mendengar ketika guru-guru sedang mengobrol lalu ada yang bertanya, 'bagaimana malam pertamanya, sakit ngga'? Tapi Biru tidak tahu maksudnya apa."

"Biru menguping?" Adeeva mencoba menggali lagi dari putranya, mengapa Biru bisa mendengar pembicaraan orang dewasa.

"Bukan, Bun, Biru hanya sedang lewat  di belakang ruang guru sehabis dari koperasi, lalu mendengar guru mengatakan hal itu, mereka bicaranya tidak berbisik tentu saja Biru dengar, memang artinya apa sih, Bun?"

Adeeva hanya menarik napas mendengar penjelasan Biru, tampaknya dia telah tidak sengaja mencuri dengar pembicaraan guru-gurunya, tapi Adeeva tidak bisa menyalahkan Biru yang tidak sengaja mendengar ataupun guru tersebut yang membahas hal dewasa, karena itu ruang guru dan mereka mungkin tidak menyadari anak muridnya secara tidak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Malam pertama itu sesuatu yang dilakukan oleh orang dewasa setelah menikah, sekarang belum saatnya Biru mengetahui hal itu, tapi jika sudah besar nanti pasti Biru akan mengerti, tapi tentu nama dokter itu bukan singkatan dari malam pertama tapi Meshach Pradipto."

"Bunda kok tahu, emang Bunda kenal."

Adeeva terdiam sejenak, dia lupa memberitahu nama lengkap Adrian.

"Bunda hanya tahu namanya saja, dari Tante Freya."

"Di, ini pendaftarannya." Vino muncul dengan surat rujukan beserta lembar pendaftaran dan antrian lalu menyerahkannya pada Adeeva, dan saat dia duduk untuk mengantri, dia pun membaca papan nama yang tertera disana. "Dokter Adrian?" tanyanya terkejut. "Jangan katakan..."

"Itu benar." Adeeva menyahut.

"Jadi karena ini kau memintaku menemanimu?"

"Benar sekali."

Vino bingung harus mengatakan apa, tapi dia tahu, tentu Adeeva sebenarnya tak ingin menemui pria ini, karena itu dia meminta Vino menemani.

Satu persatu pasien yang mendapat antrian lebih dulu dari Biru menemui dokter tersebut, karena tadi Biru harus menemui dokter anak terlebih dahulu, dia pun mendapat antrian terakhir.

Kemudian tibalah giliran Biru, Adeeva dan Vino menemaninya masuk ke ruang nefrologi itu, jantung Adeeva berdebar kencang dan darahnya bergemuruh saat dia untuk pertama kali bertemu kembali dengan pria itu setelah 12 tahun dan menyadari betapa miripnya Biru dengan dokter Adrian.

Badai dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang