Hari Menangis Sehari

693 60 14
                                    

"HUAAAA... HIKS HIKS, MAU BALONNNNN!"

"kemarin kemarin kan udah sayang"

"mau balon lagiii... HUAAAAA"

"jisung kan disuruh milih mau kapal kapalan apa balon. Jisung pilihnya kapal. Yaudah jangan nangis ya nak"

"gamauuu...gamauuuu...hiks hiks hiks"

"nih minum susu dulu. Kasian susunya dianggurin daritadi"

"gamau! Mau balon! Hiks hiks... Huaaaa"

"biarin aja, biarin. Nangis aja terus. Udah mas gausah di bujuk bujuk gitu"

"...."

"HUAAAA!"

"Jisung. Denger ibu ya. Janji harus ditepati. Kan perjanjian setiap kondangan cuma boleh beli satu mainan. Gaboleh lebih"

"mau balonnnn.... Balon upin ipin huaaaa"

"nah, kalo mau balon ya beli balon aja tadi aturan. Gausah beli kapal kapalan. Pilih salah satu. Jangan maruk. Ibu ga suka"

Masih dengan kapas pembersih wajah di tangannya, renjun menghampiri sang anak yang berada tak jauh dari meja riasnya. Di ranjang tidurnya itu jisung menangis tersedu sedu di pelukan sang ayah, membuat siang terik ini semakin terasa menyengat berkat rengekkan dan tangisan dari bocah 4 tahun itu. Kini setelah ia memberikan peringatan tegas kepada sang anak, jisungnya itu pun berangsur tenang. Terserahlah, walau harus dengan mata mendelik dan nada ketusnya, yang penting ia berhasil membuat anak sematawayangnya tak berani berulah banyak.

Helaan napas selanjutnya keluar dari hidung bangir itu. Kini ia kembali memakukan wajah penuh polesannya pada cermin di hadapannya. Dengan cekatan ia berusaha menyudahi acara bebersih wajah letihnya dengan segera, karena demi apapun ia sudah benar benar ingin segera bergabung dengan suami dan anaknya itu di atas ranjang mereka untuk segera mengistirahatkan badannya.

"mas... Gantiin baju jisung tolong"

"gamauuu"

"ganti dulu sini sama bapak bajunya biar jisung ga kepanasan"

"gamau!!"

"jisung"

Sang anak kembali diam tak berkutik begitu melihat wajah garangnya yang dipantulkan oleh cermin besar itu. Ibu beranak satu itu tak butuh waktu lama untuk berkutat di hadapan perkakas kecantikannya, yang membuatnya bergegas ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan kembali secepat mungkin setelah mendengar kembali rengekkan sang anak.

"jisung sayang. Udah ya nangisnya. Nanti kena marah ibu lagi lho"

"huaaa... Gamauuu... Gamau! Gamau! Gamau!"

"jisung ngantuk ya? Sini bapak bukain dulu bajunya, abis itu jisung tidur sambil minum susu ya?"

"hiks... Gamauuuu~ mau baloooon!"

"ga ada balon nak. Jisung kan tadi udah janji beli satu mainan aja. Jadi balonnya ga ada ya. Jisung yang sabar ya nak"

"hiks...hikss...hikss.. Gamau pak. Mau balon"

"satu..."

"hikss, hikss... Hiksss"

"teriak mau balon lagi ibu masukin panti kamu ya. Biarin gapunya ibu bapak lagi"

"hiks..hiks..hmmmm...huaa...hiks hiks"

"dua..."

"hikss... Hmmppp, buahhh! Gabisa berenti nangisnya buuu!"

"yaudah sini ibu gendong"

Walau masih dengan wajah garang, naluri seorang ibu tidak membiarkan renjun tega melihat wajah penuh peluh lengkap dengan lelehan air mata dan ingus dimana mana itu tersiksa. Ia pun langsung mengambil sang anak dari gendongan suaminya. Memberikan dekapan terbaik yang ia punya dan menimang bayi 4 tahunnya sembari menina bobokan buntalan itu.

Daily Dose of Adek Jisung || (NOREN FEAT WHO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang