"Ma," panggil Alben.
Rina berdeham sambil menata barang.
"Badan aku masih bau, Ma. Soalnya tadi mandinya buru-buru," keluh Alben.
Rina menyimpan barang yang sedang dia tata, lalu mengendus kepala Alben. Benar, masih bau.
"Ya sudah, mandi gih, yang lamaaa biar wangi."
Alben menggeleng. "Mau mandi di kolam renang, ayo, Ma kita ke kolam renang," rengek Alben.
Rins menghela napas, ternyata ini hanya akal bulus Alben yang ingin renang. "Ya udah yuk."
"Mama udah selesai emang beberesnya?" tanya Alben.
"Iya, udah, Sayang."
Alben berjingkrak senang. Rina masih merenung memikirkan Zifa sampai di kolam renang pun hanya Alben yang berenang, dia tidak ikut. Dia merasa memang keterlaluan sekali mengerjai Zifa jika hal itu benar-benar terjadi. Mana alasan Zifa sama seperti dirinya bahwa suaminya meninggal. Tapi, Rina mengingat wanita paruh baya yang dia temui saat pertama kali melihat Zifa, itu mertua Zifa. Mungkin memang benar suami Zifa meninggal.
Namun jika dipikir lagi, Zifa banyak sekali berubah, apalagi sahabatnya itu bisa-bisanya menikah di usia kuliah dan mengubur cita-citanya. Padahal Zifa tipe orang yang mengejar cita-citanya mati-matian, fokus pada masa depan. Atau... apakah Zifa terpaksa menikah ya? Huft ... Rina pusing memikirkannya, besok dia harus menemui Zifa deh agar tidak penasaran.
😶🌫️😶🌫️😶🌫️
"Jadi, bisa kau jelaskan kenapa saat kelas 2 SMA kau berubah drastis padaku?" tanya wanita di hadapan Rina, siapa lagi jika bukan Zifa.
Rina masih belum mau menunjukkan jika dia sudah tahu semuanya, dia ingin Zifa bercerita sendiri, dia rindu Zifa yang hanya bercerita padanya saja. "Kau masih berpura-pura tidak tahu? Kau! Aku melihat sendiri kau membunuh ayahku! Aku melihat sendiri kau memegang pisau berlumuran darah di hadapan ayahku yang tergeletak di lantai bersimbah darah dan ibuku malah menyuruhmu pergi dan melindungimu!"
"Apa?" Zifa tampak bingung sekaligus mengingat sesuatu.
"Kau ingat sekarang?" tanya Rina ketus.
"Kau melihat kejadian itu?"
"Ya."
"Kau tidak melihat semuanya, kan?"
'Iya, aku tidak melihat semuanya sampai aku salah paham padamu,' batin Rina agak sedih.
"Maksudmu?" tanya Rina balik.
"Ada alasan lain aku membunuh ayahmu!" ucap Zifa terlihat emosi.
"Kau mau mendengar ceritaku?" tanya Zifa.
"Ceritakan, aku ingin mendengar ceritanya langsung darimu."
Zifa menceritakan semua kejadian dulu yang pernah disalah pahami oleh Rina. Memang ya, salah paham dan kurang komunikasi itu bisa menghancurkan sebuah hubungan, mau itu persahabatan maupun percintaan.
Zifa mengusap air matanya setelah selesai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dulu.
"Coba saja dari dulu kau bicara tentang hal ini padaku, pasti aku akan menjelaskannya dan kau tidak membenciku begitu saja," ucap Zifa.
"Aku masih tidak percaya," ujar Rina membuat Zifa kesal.
"Kau! Aku sudah menceritakan semuanya! Jika kau masih tidak percaya kau bisa tanya sendiri pada ibumu! Dia itu bukan ayah kandungmu! Aku memang membunuhnya! Tapi aku membunuhnya untuk melindungi ibumu!" cerocos Zifa kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balanced Hate and Love ⭕
RomanceZenoraf ⭕ 🔗🔗🔒🔗🔗 "Beno, tunggu." "Kenapa? Aku buru-buru." "Aku sudah tahu, aku hanya dijadikan bahan taruhan, 'kan?" "Ck, iya, iya, baguslah kalau kau sudah tahu, jadi aku tidak ribet untuk menjelaskannya. Sudah kan itu saja? Aku sedang buru-bur...