1. Taruhan

5K 326 20
                                    

Rina menatap kagum interior rumah Beno, dia sedang di rumah Beno, dia akan mengerjakan tugas dari guru bersama Beno di sini, karena mereka berdua satu kelompok. Tetapi rumah sebesar ini, kok sepi ya.

"Kau tinggal sendiri di rumah sebesar ini, ya, Ben?" tanya Rina lalu duduk di sofa.

"Tidak, aku tinggal bersama nenek dan kakekku, mereka sedang keluar jalan-jalan kalau sore hari begini, para pembantu juga libur hari ini."

Gadis yang memakai seragam putih abu-abu itu hanya ber oh ria.

"Kau mau minum apa?" tanya Beno.

"Apa aja deh, yang penting dingin," ucap Rina pada kekasihnya ini, lalu mengeluarkan buku pelajarannya.

"Ya sudah, tunggu ya."

"Iya."

Senangnya bisa mengerjakan tugas dengam kekasih sendiri, Beno juga pintar dalam hal pelajaran, beruntungnya dia bisa jadi kekasih Beno.

Tak lama Beno kembali dengan dengan dua gelas minuman di tangannya.

"Minum dulu, Rin, pasti kau haus," ucap Beno.

Rina mengangguk lalu meneguk habis minuman itu, dia benar-benar haus, hari ini cuacanya panas sekali.

"Kita akan membuat apa nih untuk tugas kali ini?" tanya Rina.

"Bagaimana kalau tentang sejarah Gunung Padang, kita bisa ke sana besok, besok kan hari minggu."

"Bagus juga idenya, tapi pasti banyak yang membuat tentang Gunung Padang," ucap Rina yang mulai gelisah, tubuhnya terasa panas dingin.

"Tidak apa-apa, presentasinya pasti beda kok. Kau kenapa, Rin?"

Rina menggeleng. "Tidak tahu nih, Ben, badanku panas sekali, apa karena cuacanya, ya?"

"Panas bagaimana? Rumah kan pakai AC, Rin,"

"Sssh... tidak tahu nih, rasanya panas dan geli...." Rina bergerak gelisah, mengusap-ngusap tubuhnya dan itu membuatnya enakan, tidak terlalu panas.

Melihat Rina, Beno menyeringai. 'Berhasil.' batinnya.

Beno mendekat dan menggendong Rina bridal style, lalu membawa Rina ke kamarnya. Beno mengunci pintu dan meletakkan Rina di ranjangnya, Beno menindih badan Rina dan menatap Rina, mata Rina tampak sayu.

"Kau mau apa, Ben?" tanya Rina, Beno tersenyum dan mengusap leher Rina membuat Rina mendesah.

"Membantumu, Sayang... kau tidak mau kepanasan, 'kan?"

"Engh... i-iya, Ben, tolong aku, ini sangat menyiksaku," erang Rina.

Beno mencium bibir Rina tapi langsung didorong oleh gadis itu.

"Kau mau apa?" tanya Rina menatap Beno takut.

"Aku akan menolongmu, kau diam saja oke? Dan nikmati," ucap Beno dengan suara serak.

"Tidak, Ben, ini salah, lepaskan ak–mmmppthh."

Bibir Rina dibungkam oleh bibir Beno, tangan Rina berusaha mendorong Beno, tetapi tidak berhasil, dan kenapa ciuman Beno terasa nikmat dan meredakan rasa panas di tubuhnya.

Rina menitikkan air mata saat sesuatu menerobos pusat tubuhnya, itu terasa sangat sakit sekali, Rina mencengkeram punggung telanjang Beno. Kenapa dia tidak sadar bahwa dirinya dan Beno sudah sama-sama telanjang, sentuhan Beno membuatnya terbuai, saat Beno menyentuh kulitnya saja dia sudah merasa nikmat. Benar-benar aneh.

"Be-Beno sa-sakit...," lirih Rina.

"Tahanlah, ugh...."

Beno mencium bibir Rina, melumatnya habis, lama mendiamkan miliknya di dalam milik Rina, dia mulai menggerakkannya perlahan, Rina meringis dan mendesah, dia menangis. Ingin sekali berhenti, tetapi tubuhnya tidak bisa menolak.

Balanced Hate and Love ⭕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang