"Jarak yang paling jauh adalah perasaan yang sudah tak lagi saling mencintai. Selagi mereka masih mencintaimu, tidak peduli meski kini kalian sudah terpisah, ini tetap lah persahabatan. Apalagi mereka membuktikan betapa sucinya persahabatan kalian."
Jerella tersenyum dan mengangguk setuju akan itu. Pengorbanan mereka kepadanya sangat lah luar biasa. Dan hanya mereka yang selalu ada dalam mendukungnya, hingga akhirnya ia berada di titik ini.
Victor meraba pergelangan tangan Jerella hingga akhirnya menggenggam telapak tangan gadis itu dengan erat. Tatapan mereka juga semakin melekat.
"Tersenyumlah. Mereka berjuang agar kau bisa ada di titik ini. Sekarang mereka pasti lebih senang daripada dirimu." Victor lalu menatap ke depan, pada lautan yang super luas itu.
"DAN AKU BERJANJI, AKU AKAN MEMBAHAGIAKAN JERELLA! KARENA SEKARANG DIA ADALAH SEPARUH NAFASKU. HIDUPKU. DAN CINTAKU."
Jerella menatapnya haru. Reaksinya saat melihat Victor berteriak begitu kepada para temannya yang bahkan tak dia lihat, membuatnya tidak bisa lagi berkata-kata. Satu hal yang ia pegang, ia tidak menyesal telah jatuh cinta kepada pria itu sejak awal. Dan tidak percaya akan dicintainya sedalam ini.
Victor lalu memandang Jerella dengan senyuman sebelum akhirnya mengecup punggung tangan gadis itu dengan mesra tanpa melepas tatapannya.
"Aku mencintaimu."
Jerella tersenyum sipu.
Victor mendecak kecil. "Aku tahu tadi itu terdengar sedikit lebay, tapi sekarang aku akui aku memang selebay itu. Aku bahkan tidak tahu caranya berhenti merindukanmu meski sudah bertemu seharian."
Jerella terkekeh senang.
"Aku serius. Dan jika boleh jujur, aku sedikit membencimu."
"Apa?" Jerella terkejut.
"Ya, aku benci setiap kali aku mengatakan aku mencintaimu, kau belum pernah menjawabnya lagi." Pria itu mendecak. "Apa seharusnya tidak kukatakan saja?"
Victor menatap hal lain berlagak merajuk.
"Aku mencintaimu juga," ujar Jerella.
"Apa?" Victor kembali menoleh. "Dirimu bicara apa barusan?"
"Aku mencintaimu."
"Tidak terdengar. Apa? Sekali lagi."
Jerella memutar bola matanya. "Aku tahu kau mendengarnya. Kau hanya ingin aku mengatakannya terus menerus!"
Victor terkekeh. "Bagaimana lagi, aku senang mendengarnya. Dan sesuatu yang kusuka selalu kuulang-ulang."
Jerella terpaksa menahan senyumnya.
Pria itu lalu melepas genggaman tangannya dan menggantinya dengan rangkulan pinggang yang posessive.
"Kita pulang sekarang?"
Sebenarnya mereka datang ke pantai karena Jerella ingin pamit kepada kedua temannya sebelum mereka akan pergi ke Korea esok. Mereka sungguh akan mencari keluarga Jerella yang sekaligus menemui keluarga Victor di sana. Sesuai dengan ide pria itu di awal.
"Prince bisa kesal jika kita pergi terlalu lama," lanjutnya yang diangguki Jerella.
.....
Mempersingkat waktu, kini Jerella dan keluarga Victor telah sampai di Korea. Dia datang ke sana tanpa memberi kabar lebih dulu kepada keluarganya. Mungkin ingin membalas dendam, melakukan hal yang sama seperti saat ibunya datang ke rumah hari itu tanpa ia ketahui. Dan memberinya hadiah lewat kedatangannya ini.
Mobil yang menjemput mereka di bandara kini mulai memasuki halaman rumah besar itu. Akhirnya Victor bisa melihat kehidupan yang terjadi di sini setelah cukup lama tak pernah datang. Dan lagi, kali ini ia datang dengan gadis yang sudah ia yakini akan ia persembahkan hidupnya untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerella
Fanfiction[Completed]. ... Victor menyadari, jika dia telah jatuh cinta pada pengasuh putranya sendiri. Namanya Jerella. Gadis baik dengan pola pikirnya yang dewasa, karena itu dalam sesaat Victor mampu terkagum kepadanya. Namun ketika satu persatu rahasia te...