"Kamu bisa menjadi penjahat dalam cerita orang lain."
.
.
.
.
👑👑Perlahan, bangkai pun akan tercium baunya. Serapat apapun rahasia, perlahan akan terkuak sendirinya.
"Tenangkan diri mu, nanti Abang jelasin semuanya."
Kamar yang semula menegangkan itu berubah tenang. Semakin sunyi tanpa adanya suara. Hanya deru nafas Saga yang nampak lebih berat.
Entah apa yang ia pikirkan. Namun mendengar beberapa kalimat Bastian, dirinya mulai terasa berat. Kacau, terkejut dengan faktanya.
Bastian mengatakan, Galen sering mengalami hal yang sama. Dibawa mereka masuk kedalam lorong itu. Mengingat dirinya diberi tahu akan menjadi wadah. Itu berati, Galen pernah akan menjadi wadah.
Ia pikir, lorong itu hanya mimpi aneh biasa. Namun ternyata ingin menarik dirinya pergi.
"Sudah? Atau besok aja?" Tanya Bastian memastikan. Dirinya tau sudah tidak bisa bungkam terlalu banyak. Kondisi Saga memang mengkhawatirkan.
"Udah." Balas Saga tenang. Menatap pria yang kini duduk ditepi ranjang. Sedangkan dia bersandar pada kepala ranjang. Ada Tobi yang memilih duduk dikursi dekat jendela.
Bastian menarik nafas dalam. Menatap mata pekat yang kini nampak meredup itu. "Abang mu, Galen. Setelah sadar dari koma dia memang aneh. Selain tempramen, dia juga sering mimpi buruk. Bangun ditengah malam dalam kondisi demam tinggi."
"Waktu itu Abang masih dimasa pengasingan. Jarang kesini, tapi Abang tinggal di asrama. Satu sekolah sama Galen." Ia diam sejenak. Menerawang jauh pada masa itu. "Galen cerita ke Abang. Dari Ayah mu yang ikut sakte itu, sampai siapa keluarga aslinya."
"Atmadja?" Tanya Saga memastikan. Bastian hanya mengangguk pelan.
"Orang bilang mereka keluarga Monster. Padahal, bukan." Bastian tersenyum tipis dengan anggapan gila semua orang. "Bagi Abang bukan."
"Jadi, Lo tau Bang siapa mereka?" Saga menggeleng tak percaya dengan diamnya Bastian.
"Abang cuma tau apa yang dimaksud monster sama semua orang. Tapi Abang gak tau siapa mereka." Ia memang tidak tau apa yang Saga maksud. Dia faham, Saga mulai mencari mereka. Salah satu keluarga nya.
"Abang nggak ngerti arti keluarga kamu. Alasan kenapa kalian beda. Tapi Abang tau sedikit." Ia tatapan lelaki muda itu dengan dalam. "Kata Galen, kalian punya anugerah."
"Mungkin gak akan logis, tapi memang ada. Kamu sendiri yang alami itu." Saga mengangguk pelan. Sudah tidak ada lagi pikiran logisnya.
"Ada inti dalam diri kalian. Kekuatan yang tidak semua orang miliki. Ciri khasnya, mata kalian berwana hitam pekat. Tapi akan berubah saat kekuatan itu muncul. Juga, keturunan Atmadja."
Bastian tersenyum tipis melihat Saga yang kini diam mematung. Mencerna segalanya dengan rasa terkejut sendiri.
"Galen dapat kekuatan itu dari kecil. Sebelum Bunda kamu meninggal. Abang enggak tau itu. Cuma, Bunda kamu selalu bilang. Titip semua anak Bunda ke Abang. Apalagi Raga."
"Setelah Bunda kamu meninggal, Galen belum bisa mengendalikan itu. Dia sering mimpi diteror mereka. Dibawa ke lorong itu. Tapi Abang dikasih tau cara supaya selalu bawa Abang kamu pulang, kalau sudah masuk kesana. Sama yang Abang lakuin ke kamu tadi."
"Setiap itu terjadi, kekuatannya meluap. Matanya berubah merah kayak kamu. Badannya panas mendidih."
"Tapi kan ada Gala?" Lirih Saga tak mengerti. Dikatakan jiwa yang tidak utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIDYMO [Raga 2] || END✓
Mystery / Thriller[Book 2 || Kathréftis]✓ 5 tahun lebih Saga ditinggalkan. Dia masih menanti mereka untuk pulang. Tidak pernah dia membenci lautan. Namun dia selalu memohon untuk memulangkan. "Laut, bawa mereka pulang. Walaupun raga tanpa jiwanya." Nyatanya semua ya...