Pulang

210 15 4
                                    

"Jadilah seperti laut, menyimpan semua rasa sakitnya begitu dalam. Namun begitu kuat menenggelamkan."
.
.
.
.
👑👑

Biru jernihnya lautan, bersama indahnya langit yang begitu memikat. Ombaknya begitu tenang. Membawa sapuan lembut pada tepinya.

Surai legam yang bergerak halus mengikuti sapuan angin. Manik sehitam malam yang memandang damai laut dihadapannya. Maju putihnya begitu kontras dengan kulitnya yang pucat.

Satu sosok dengan baju yang hampir mirip datang. Berdiri sejajar, menatap wajah yang begitu damai itu. Ia lalu beralih pada gemuruh ombak kecil didepannya. Merasakan kakinya yang tersapu lembut.

"Terimakasih Tuhan, dan laut dia sudah kembali. Tolong jangan bawa dia lagi."

"Dek," panggilnya lembut. Sosok itu menoleh perlahan. Menatap dirinya bertanya. Manik gelap yang memantulkan dirinya sendiri.

"Terimakasih, makasih udah kembali."

Sosok itu menggeleng kecil. Tersenyum manis nan memabukkan. "Raga nggak pernah pergi. Raga cuma disini kok."

Sagara, ia bersyukur untuk hidupnya. Segala rasa sakit yang sejak lama dia derita. Kini, membawa pada satu titik.

Begitupun sosok adiknya. Ragama, pemuda yang begitu pandai menyimpan gelapnya. Sekuat apa dirinya hingga mampu sejauh ini.

Saga menatap uluran tangan Raga. Sedikit bingung, lalu menerimanya. Menggenggam dengan erat, enggan ke hilangan kembali.

Senyum manis yang membawa jiwanya seolah tertarik. Menuju sosok yang begitu menawan penuh misteri itu. Adiknya sendiri.

"Ayo main air, sebelum Kak Rega datang."

Saga terkekeh, menggeleng kecil. Tentang saudaranya itu, yang ternyata sangat posesif. Ia sendiri pun merasakannya.

Raga menarik tangan Saga. Menerjang ombak kecil yang menyapu kakinya. Keduanya berlari-lari kecil. Tertawa merasa begitu bahagia. Senyum lepas tanpa adanya beban yang selama ini mereka bawa.

Satu jiwa yang begitu saling mengikat. Relung kosong yang kembali terisi.

"Abang!"

Saga tertawa puas melihat wajah adiknya itu. Ia dengan jahil menciprati air. Membuat sedikit basah baju Raga.

"Nanti Kakak marah!" Wajahnya merengut kesal. Bibir merah tipisnya mengerucut lucu.

Saga gemas melihatnya. "Gak akan," katanya. Walau melihat jauh pada bangunan besar. Ada sosok yang menatap.

Sekali lagi, Saga menjahili. Raga yang kesal mengejar. Ikut bermain air sebagai balas dendam. Keduanya tertawa bersama. Saling mengejar dan menghindari satu sama lain.

Baju mereka setengah basah. Saga berhasil menangkap Raga. Lalu membalas dengan memberikan gelitikan pada perutnya.

Namun tawa bahagia itu tidak berlangsung lama. Keduanya yang asik bermain tidak melihat kondisi lain.

Si kembar yang kini berdiri menunduk dalam. Melihat tetesan air laut membasahi lantai. Tidak ada yang berbicara.

Semua orang melihat keduanya. Menatap tawa melihat wajah memelas dan takut mereka. Namun satu sosok yang begitu dingin menatap.

DIDYMO [Raga 2] || END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang