"Teruslah melangkah disetiap lara mu. Segalanya akan usai pada saatnya. Titik di mana kamu bahagia.".
.
.
.
.
👑👑Pejuangnya telah usai. Namun dia tidak pernah benar berhenti. Segalanya agar terus berjalan. Kehidupan bagai sebuah roda. Saat ini, dia pada titik mimpinya.
Sosok Sagara Prasaja yang penuh akan luka. Masa kecil jauh akan keluarga, pulang lalu kembali ditinggalkan. Dia lah alasan luka sang adik, juga mereka memberikan luka pada dirinya.
Ragama Damarjaya, sosoknya bagai bayangan malam pekat. Sulit sekali cahaya untuk menyinarinya, untuk melihat bagaimana lara yang selama ini dia peluk begitu erat.
Keduanya sama, satu jiwa yang terpisahkan oleh raga. Lara mereka bagai sebuah bayangan disetiap langkah.
Namun kini telah usai. Mimpi Saga akan pulangnya sang keluarga. Mimpi Raga akan pelukan sosok yang sejak lama menjadi tempatnya pulang.
Bukan hanya keduanya, Galen dan Rega pun memiliki lara mereka sendiri. Belasan tahun hidup dalam mainan gila. Mereka telah bebas.
Jalan mereka kembali baru. Memulai segalanya dari awal kembali. Bersama keluarga yang kini kembali berkumpul. Saling memeluk dikala letih.
"Mau itu."
Mobil hitam yang melaju dengan pelan di jalanan kota yang padat. Berisi akan lima lelaki. Keluarga tanpa adanya Ratu di dalam'nya.
Manik gelap pekatnya memandang keluar jendela. Melihat ramainya orang yang berada di taman kota. Mereka nampak menikmati hari libur di sore yang cerah ini.
"Apa Dek?" Galen yang mengemudi menatap dari kaca.
Mereka semua memandang sang bungsu yang nampak tertarik akan sesuatu. "Mau itu," katanya lagi setia menatap apa yang dia mau.
"Permen kapas." Dua orang menjawab bersama.
Saga dan Rega langsung saling menatap. Mata dingin beradu dengan manik tajam sang adik. Galen dan Wara terkekeh melihat keduanya yang sulit akur. Padahal sudah dua bulan mereka berkumpul.
"Oke, siap kapten." Galen memutar kemudi. Mencari tempat parkir yang pas.
"Sekalian nyantai aja enggak sih?" Wara bertanya sambil melepas sabuk pengaman setelah mobil terparkir.
"Boleh, Yah. Cuacanya juga enak." Galen mengangguk setuju. Melihat kebelakang dimana ketiga adiknya yang mengangguk setuju.
Kelimanya segera keluar dari mobil. Melihat suasana ramai, tapi cukup santai.
"Ayok Abang." Raga menarik tangan Saga, ingin sekali cepat pergi membeli apa yang dia mau.
"Iya ayo, hati-hati." Saga menurut saja, keduanya lalu pergi.
"Rega ikuti mereka, adik-adik mu sedikit nakal." Wara memberi perintah yang dijalankan tanpa bantahan.
Galen dan dirinya pun melangkah pergi mencari tempat duduk yang nyaman. Karena area taman yang ramai, keduanya mencari tempat yang sedikit sepi.
Pada akhirnya danau buatan yang tidak jauh menjadi pilihan. Di bawah pohon besar yang rindang. Suasana pun cukup sepi, hanya beberapa orang saja. Dengan alas yang mereka beli dadakan menjadi tempat duduk diatas rumput segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIDYMO [Raga 2] || END✓
Детектив / Триллер[Book 2 || Kathréftis]✓ 5 tahun lebih Saga ditinggalkan. Dia masih menanti mereka untuk pulang. Tidak pernah dia membenci lautan. Namun dia selalu memohon untuk memulangkan. "Laut, bawa mereka pulang. Walaupun raga tanpa jiwanya." Nyatanya semua ya...