"Panggil aku, untuk datang."
.
.
.
.
👑👑Keputusan yang telah diambil setelah renungan panjang, terkadang masih membawa nampak yang buruk. Namun, semua itu memang sudah menjadi jawaban. Bila jalan yang dipilih tidaklah benar.
Akan tetapi, belajarlah menerima arti dari konsekuensi. Apapun yang telah diputuskan oleh diri sendiri. Terima juga kemungkinan terburuknya. Akan membuat mu tidak banyak kecewa nantinya.
"Mereka masih ada kan? Tapi kenapa markasnya sepi?"
Manik gelapnya memandang gedung tua diujung tebing itu dengan pekat. Benar-benar seperti gedung tua tidak berpenghuni. Ia bertanya kemana mereka. Lupa bila mereka pintar bersembunyi.
"Udahlah, mau sore. Gua kudu Nemu gerbang itu dulu." Katanya lalu menyalakan mesin motornya.
Saga pergi sendiri. Ketempat yang harus pertama kali ia tuju. Bila kedatangannya ditolak mereka ia tak peduli. Ada satu hal yang harus ia pastikan.
Memilih menggunakan motor sport miliknya. Agar mudah membelah hutan yang pinus yang ia lewati. Tidak ada barang penting yang ia bawa. Hanya tas punggung hitam berisi makanan ringan dan obat. Juga peta sebagai penunjuk jalan. Ouh, tak lupa belati yang ia temukan dikamar Rega.
Matanya sesekali melirik ke kaca spion. Memastikan tidak ada yang mengikuti dirinya. Semakin masuk ke dalam hutan semakin rimbun pohonnya. Membuat cahaya matahari kurang masuk menyinari.
Ia sudah mengukur sejauh mana dan kemana arahnya pergi. Bermodal kompas kecil yang ia letakkan diatas spidometer. Tidak ada rasa takut dalam dirinya.
"Hm.. ada jalan?" Lirihnya melihat jalan setapak kecil. Ia curiga, berakhir mengikuti jalan tersebut. Yang ternyata sama seperti jalan yang harus ia tuju.
"Bagus," katanya semangat. Walau curiga siapa orang yang pergi ke sisi sini. Hutan rimbun yang menyeramkan.
Namun jalanan yang ia ikuti habis begitu saja. Lalu jalan menurun tajam setinggi dua meter. Motornya langsung berhenti begitu saja. Tak bisa melewatinya.
Ia melihat kompasnya, lalu peta yang ia simpan disaku. Melihat dimana posisinya sekarang.
'Srakk
Bunyi gesekan daun kering membuatnya terkejut. Menyimpan cepat petanya. Lalu turun dari motor. Menenteng helmnya sebagai senjata.
Jantungnya berdegup kencang. Waspada dengan hutan yang tidak pernah ia jamah. Takut ada hewan buas dari pada manusia.
Namun lama menunggu tidak ada tanda yang datang. Ia semakin curiga. Bergerak pelan menuju turunan. Masih menatap sekitar waspada. Ia lalu melompat turun begitu saja. Berlari cepat kearah dimana yang harus ia tuju. Meninggalkan motornya diatas sana.
Masih membawa helmnya. Ia berlari cepat menuju tujuannya. Menggunakan insting tanpa lelah terus berlari.
.
.
."Apa tujuan Saga?"
"Dia tau cara hancurin sakte itu." Menunjuk buku yang ia temukan. Bagian dimana terdapat gambar altar.
"Dimana ini?"
"Aku nggak tau, tapi tujuan Saga pertama pergi ke pulau Atmadja."
Bastian tersentak, menatap tidak mengerti. "Dimana ada pulau itu?"
"Di dekat markas Schadel."
"Kita susul Saga."
"Tapi akan ada kekacauan disana."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIDYMO [Raga 2] || END✓
Mystery / Thriller[Book 2 || Kathréftis]✓ 5 tahun lebih Saga ditinggalkan. Dia masih menanti mereka untuk pulang. Tidak pernah dia membenci lautan. Namun dia selalu memohon untuk memulangkan. "Laut, bawa mereka pulang. Walaupun raga tanpa jiwanya." Nyatanya semua ya...