Pagi ini Prilly bersiap menuju Rumah sakit karena barusan dia mendapatkan telepon dari keluarga Ali bahwa semalam Ali sudah siuman dan sudah di pindahkan ke kamar rawat. Dengan senyum mengembang dan penuh pengharapan Prilly bergegas.
Saat sampai di rumah sakit langkahnya terasa berat memasuki lorong-lorong putih menuju kamar rawat Ali.
Prilly menghentikan langkahnya sejenak ketika melihat Ghina yang sedang duduk tertunduk di depan kamar.
Perlahan Prilly menghampirinya.
"Ghina," sapa Prilly.
Ghina mendongak melihat sejenak siapa yang memanggilnya kemudian tertunduk lesu. Prilly duduk di samping Ghina.
cukup lama hening, tak ada yang berbicara satupun diantara mereka, mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Ee.. Ali udah sadar ?" Tanya Prilly akhirnya.
Ghina mengangguk. Prilly benar-benar di buat salah tingkah kali ini. Ia ingin sekali langsung menjenguk Ali namun ia juga merasa tidak enak dengan Ghina. Dan sejujurnya saat ini Prilly ingin sekali berbicara Ghina. Namun juga ia sadar bahwa saat ini bukan waktu yang pas.
"Lo cinta sama Ali ?" Tanya Ghina akhirnya. Ekspresinya dingin, ia juga tidak menatap Prilly, tatapannya lurus kedepan.
"Eh ?"
"Seberapa besar lo mencintai Ali ?" Tanyanya lagi masih dengan ekspresi yang sama.
Prilly menundukan kepalanya, menggeleng dan tersenyum sinis,
"Gue emang cinta sama Ali. Tapi gue tau posisi gue, gue gak bakalan ngerusak persahabatan kita dengan ada hal yang gini. Gue sama Ali, gue sama lo, gue gak pengen ngerusak itu semua. Apa lagi lo dan Ali lebih duluan sama-sama sebelum ada gue. Gue gak mau jadi penghalang buat kalian." Ucap Prilly.
"Kenapa ? Kenapa gak lo rebut aja Ali dari gue, sama kaya lo rebut cinta Ali dari gue ?" Tanya Ghina lagi.
"Gue gak pernah berniat sedikitpun buat ngerebut Ali ataupun cintanya dari lo.-"
"Tapi pada kenyataannya begitu Prilly !!!" Nada suara Ghina mulai meninggi.
Prilly terdiam sejenak. Bingung dengan apa yang harus di jawabnya."Gue minta maaf, kalo lo ngerasa kaya gitu, ga ada niat di dalam diri gue buat kaya gitu."
"Dengan jelas lo udah ngerusak persahabatan kita semua." Ghina menekan kata-katanya.
Prilly terdiam, ia merasa bersalah dengan apa yang di katakan Ghina.
"Maaf," ucap Prilly lirih.
"Sampai kapan lo nyakitin kita Prilly ?" Tanya Ghina, suaranya bergetar menahan tangis.
Prilly menoleh. "Maafin gue Ghin, gue gak pernah berniat kaya gitu, apa lagi ngerebut Ali dari lo. Gak ada sama sekali. Maaf kalo gue udah nyakitin lo karena ini. Sekarang gue janji, gue gak akan pernah ganggu kalian lagi."
Prilly beranjak dari duduknya. Melangkah pergi meninggalkan Ghina."Bodoh !!!" Teriak Ghina.
Prilly menghentikan langkahnya, menoleh pada Ghina yang menghampirinya dan
PLAKKK
Ghina menampar Prilly.
"Itu hadiah karena lo udah nyakitin kita semua."
Prilly memegang pipi yang di tampar Ghina.
"Pergi bukan nyelesain masalah Prilly. Asal lo tau, Ali itu mencintai lo. Jangan egois, kalo lo mencintai Ali kenapa lo gak mencoba buat bersama sama dia." Ucap Ghina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't leave me Baby !!
Fanfiction" Aku menyerah. " kata sialan itu bagai petir yang menyambar daun telingaku. tidak dia tidak boleh. aku menggelengkan kepalaku cepat. "Nggak kamu gak boleh pergi. aku mohon. aku sayang kamu. jangan pergi sayang. lihat aku, aku butuh kamu" aku memo...