Tiga belas..

4.5K 299 15
                                    

Author pov

"Kamu mau anterin aku pulang gak ?" Tanya Ghina pada Ali.

"Iya aku anterin kamu." Jawab Ali.
"Ya udah kamu masuk kelas ya. Nanti aku nemuin kamu lagi pas pulang."
Ghina mengangguk kemudian mengecup pipi Ali, Ali terperangah kaget dengan apa yang di lakukan Ghina. Gadis itu menyunggingkan senyum lalu berlari ke kelasnya.

Tanpa sadar Ali menoleh ke arah seseorang yang sejak tadi memperhatikannya. Prilly. Di ujung kelasnya ia melihat Ali dan kejadian barusan. Hatinya jelas sakit. Meski tidak ada air mata namun jelas sorot matanya melukiskan kesedihan.

Apa sekarang Prilly juga masih harus memaklumi ?

Ali menghampiri Prilly.

"Prill, ini gak kaya yang kamu lihat. Tadi itu dia reflek dan aku gak bisa menghindar." Ucap Ali menjelaskan.

Prilly masih mematung. "Please jangan salah paham sama aku. Beneran aku gak tau bakal kaya gini. Kamu gak marahkan sayang ?"

Prilly tersenyum miring. "Gak perlu repot-repot buat kamu jelasin sama aku Li. emang apa ngaruhnya ? Kalopun aku harus cemburu, itu adalah resiko aku karena mencintai kamu. Tapi kalo buat marah. Aku gak akan pernah bisa marah sama kamu. Gak ada hak aku buat marah sama kamu. Kita cuma sahabatan." Jelas Prilly yang sontak membuat Ali semakin merasa bersalah.

"Aku masuk kelas dulu. Nanti aku tunggu kamu jam pulang."

"Mm Prill, ta-tadi Ghina minta anterin  dia pulang juga."

Prilly menoleh lagi ke arah Ali. Tatapannya datar. "Ohh oke." Ucapnya lalu masuk ke dalam kelasnya. Sedangkan Ali masih mematung merasa bersalah.

Ali berjalan gontai ke arah kantin. Dia lebih memilih bolos jam kuliahnya. Memikirkan semua hal yang menimpanya. Ia tidak bisa berpikir jernih dengan siapa yang ia harus pilih. Ali marah pada dirinya sendiri
karena tidak tegas dengan sikapnya sendiri.

.

.

Ali dan Ghina berjalan beriringan dengan Ghina yang bergelantung manja pada lengan Ali.

Bertepatan dengan itu pula Prilly dan Milla baru saja keluar kelas.

"Hai Prill." Teriak Ghina. Prilly menoleh, sakit. Melihat apa yang di lihatnya.

Ghina mengajak Ali mengahampiri Prilly dengan masih bergelayut manja di lengan Ali. Sementara Milla menatap keduanya tidak suka.

"Hai Ghina." Sapa Prilly.

"Ebby mana ? Gue sama Ali mau nonton nih. Dia ikut gak ya ?" ucap Ghina membuat Ali juga Prilly menoleh dengan ekspresi kaget. Kemudian Prilly menoleh pada Ali.

"Lo berdua mau ikut ?"

"Nggak, kita masih harus ngerjain tugas" ucap Prilly cepat. "Yuk Mil. Ghina, Ali kita duluan yah."

"Yah sayang banget. Ya udah mungkin lain kali ya." Ucap Ghina. prilly mengangguk dan pergi.

"Prill. Prill." Panggil Ali namun tak di gubris oleh Prilly.

Sedangkan Ghina pura-pura tidak mendengar, matanya fokus mencari-cari Ebby.

"Ya udah yuk Li. Ebbynya gak ada."

"Ghin. Kita kan gak ada acara mau nonton."

"Aku lagi pengen nonton Li. Please kamu mau kan. Di rumah aku cuma bakal kepikiran Davin" ucap Ghina sedih.

Alipun mengangguk membuat senyuman Ghina terukir. Dan mereka berjalan dengan tujuannya.

.

"Lo liat kan ?" Ujar Milla

Don't leave me Baby !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang