Chapter 22

278 23 5
                                    

.
.
.
.
.

Menma mungkin memang seorang pemuda yang memiliki banyak mimpi. Menma mungkin memang kerap kali memiliki harapan berlebih untuk berusaha mencapai apa yang ia inginkan. Menma mungkin sering dibodohi, ia juga mungkin pernah dikira cerdas. Tetapi.....mendapat nilai nyaris sempurna di ujian pertama seleksi kesatria kerajaan?

Oh, Menma bahkan tidak berani bermimpi seperti itu.

Namun, memang dunia terlampau lucu dan tidak bisa dinalar. Hal yang paling mustahil untuk terjadi pun nyatanya bisa terjadi kapan saja, di mana saja, pada siapa saja. Dan, Menma merasa bahwa kini ialah objek yang sedang dijadikan pertunjukan nyata bahwa hal yang paling mustahil terjadi pun memang tetap memiliki kemungkinan untuk terjadi.

Di antara kerumunan orang yang beramai-ramai membicarakan hasil ujian pertama, Menma dengan tubuh bongsornya berusaha untuk menerobos sela kerumunan guna membuktikan ucapan teman seangkatannya yang mengatakan bahwa dirinya mendapat peringkat paling atas di ujian pertama. Meski batin masih dilanda keraguan, akan tetapi Menma juga diam-diam berharap bahwa itu benar. Ketika pijak kakinya berhasil sampai ke garis terdepan yang berhadapan langsung depan papan pengumuman, Menma sontak mendongakan kepala untuk melihat kertas yang ditempel di papan pengumuman.

Ada tiga lembar kertas yang dipajang di situ, tetapi Menma tak memiliki niatan untuk melihat kertas-kertas lain. Tidak setelah matanya berhasil menemukan nama dirinya di barisan teratas dengan nilai tertinggi. Matanya menelisik sampai ke barisan bawah dan ia melihat beberapa nama temannya yang ada di sana, Mitsuki yang tepat berada di bawahnya dan Kawaki yang berada di urutan ketiga.

Oh, kini Kawaki yang berdiri di sampingnya dapat melihat Menma menampar pipinya berulang kali. Barangkali berusaha menyadarkan diri apabila memang benar ini mimpi.

Mitsuki terdiam sebentar sambil menatap papan pengumuman, tubuhnya kemudian berputar untuk menghadap ke arah Menma dan memegang kedua bahu pemuda tersebut, apa yang dilakukan Mitsuki tersebut berhasil menghentikan kegiatan Menma yang sedang menampar-nampar dirinya sendiri. "KAU PERINGKAT PERTAMA!" Seru Mitsuki.

Kawaki dan Iwabe saling melirik, kemudian keduanya bersiaga. "Hei-hei, Mitsuki, jangan karena Menma mendapat urutan pertama lalu kau jadinya mengajaknya bertarung, ya! Aku yakin Menma juga tidak percaya kenapa dia bisa dapat nilai sebagus itu!" Ucap Iwabe.

"Iwabe benar, lagipula kalian hanya selisih satu angka." Sahut Kawaki sambil berkacak pinggang.

Terdapat keheningan di antara Menma dan Mitsuki, keduanya masih dalam posisi yang sama dan Mitsuki tak terlihat seperti akan melepaskan Menma secepatnya. Menma berkeringat, takut-takut bahwa Mitsuki tak terima dengan nilai yang ia dapatkan juga dengan peringkat Menma yang tak masuk akal, namun kemudian, "KAU TERNYATA PINTAR JUGA, YA! ITU TERNYATA KAU BISA JUGA!" alih-alih alis yang bertaut karena amarah, Mitsuki justru terlihat sumringah dan senang dengan peringkat yang Menma dapatkan.

"M, Mitsuki..." Panggil Menma, tergagap.

Mitsuki melepaskan pegangannya di kedua bahu Menma. "Ah, baguslah. Aku jadi tidak perlu mengkawatirkanmu lagi di ujian ini." Mitsuki tersenyum simpul.

Iwabe terperangah, sementara Kawaki mendengus kesal dan memalingkan wajahnya. Sementara Menma mendadak membatu diam, masih terkejut dengan segala hal yang terjadi di waktu yang bersamaan. Ia kira Mitsuki akan marah karena posisi 'pertama' yang seharusnya diduduki oleh Mitsuki kini sedang diduduki olehnya. Tapi....berbalik dari apa yang ia pikirkan, nyatanya Mitsuki turut bersuka cita dengan pencapaian yang berhasil ia raih.

Tidak--tungu, memangnya ini bisa disebut pencapaian? Batin Menma bergejolak, sebab ia sendiri tidak mengetahui mengapa bisa nilai sebesar itu ia pegang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Royalty | Menma•BoruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang