Chapter 15

306 18 6
                                    

"Apa itu Arena Bulan?"

Suatu pertanyaan singkat yang memecah keheningan di antara Mitsuki dan Menma.

"Serius? Kau tidak tahu Arena Bulan?" Mitsuki membelalakan matanya. Menma mengangkat bahu, "Memang salah? Kau tahu sendiri seberapa luas kerajaan ini, yakin kau hapal semua tempat-tempatnya?" Tanya balik Menma.

"Arena Bulan itu tempat bertempur legendaris di kerajaan ini, arena yang sudah lama tidak dipakai sejak puluhan tahun lalu--atau bahkan mungkin ratusan tahun lalu, aku tidak tahu pasti. Biasanya Arena Bulan dipakai hanya untuk pertempuran tak biasa yang menyangkut keberlangsungan suatu kerajaan. Biasanya pertandingannya sendiri satu lawan satu." Seoranh lelaki dengan model rambut unik dwiwarna pirang dan hitam menginterupsi, mengalihkan fokus Menma dan Mitsuki. Lelaki tersebut tersenyum sembari menyodorkan tangannya, "Namaku Kawaki, senang berkenalan dengan laki-laki tak tahu adab yang dengan gagah berani menghadang Pangeran egois tak tahu diri."

Menma mendengus, "hei, 'laki-laki tak tahu adab yang dengan gagah berani menghadang Pangeran egois tak tahu diri' ini punya nama, namaku Menma. Senang berkenalan denganmu, Kawaki. Oh, dan terima kasih atas penjelasanmu terkait Arena Bulan." Kawaki mengangguk menanggapi.

Melihat Menma yang tak balas menjabat tangan yang disodorkan Kawaki, Mitsuki mencuri kesempatan itu untuk menjabat tangan Kawaki, "Namaku Mitsuki." Ucapnya dengan senyum tipis, "Aku sudah sering dengar tentang prestasimu selama masa pelatihan ini, Kawaki. Aku tertarik untuk mengenalmu." Kawaki bergidik, "errr, oke. Salam kenal Mitsuki."

"Jadi, si Pangeran egois itu kenapa mengajakku ke sana? Apakah dia berniat untuk mengajakku bertarung?" Tanya Menma yang dibalas respon diputarnya bola mata Kawaki, "tentu saja, memangnya apa lagi? Kau pikir Pangeran mau mengajakmu pesta minum teh sambil bermain boneka di Arena Bulan?" Menma mencebik, "Ya kan aku bertanya saja."

Mitsuki membuka mulut, "Aku rasa Pangeran benar-benar marah padamu, Menma. Sudah kubilang untuk jaga sikapmu selalu, kenapa sulit sekali untuk mendengarkanku?" Mitsuki melipat tangannya di depan dada, menatap Menma tajam tepat di mata. "Hei, yang kulakukan tidaklah buruk! Dia harus tahu bahwa kita semua di sini sudah berusaha mati-matian. Dia marah hanya karena ekspetasinya saja yang ketinggian! Gah, aku benci si egois itu!" Alih-alih meminta maaf, Menma justru ikut-ikutan mengikuti pose Mitsuki, melipat tangan di depan dada dan menatap tajam balik pria itu.

"Tetap saja kau itu berlebihan, benar kan, Kawaki?"

Kawaki mendengus, "Tidak, sejujurnya aku justru menghargai apa yang ia lakukan untuk membela kita semua. Cara yang dia lakukan memang bodoh, tapi jika dia tidak melakukan itu, aku rasa justru akulah yang akan diajak bertarung di Arena Bulan dengan sang Raja karena putranya kubunuh." Menma bergidik

"Tapi meskipun yang Menma lakukan dan katakan terhadap sang Pangeran memang melewati batas, tetapi aku rasa Pangeran tidak harus seserius itu sampai mengajaknya bertarung di Arena Bulan." Kawaki memegang dagunya, berpikir. Mitsuki menghela nafas, "si bodoh ini sudah sering sekali memancing emosi Pangeran, jadi mungkin sekarang Pangeran benar-benar sudah kehilangan kesabarannya."

"Ya.....tapi bukankah sampai membawanya ke Arena Bulan itu berlebihan? Menma bahkan bukan anggota keraja--"

Menma menghela nafas, "Oh ayolah, ini tidak serumit itu. Aku cuma harus bertarung dengan si Pangeran sampai salah satu dari kami menang. Ini sama saja seperti pertarungan biasa! Bedanya cuma dilakukan di tempat yang lebih formal saja, ya kan?"

Mitsuki dan Kawaki saling melihat satu sama lain, kemudian saling memalingkan pandang dengan irama helaan nafas yang sama. Menma kemudian tersadar firasat tidak enaknya sejak tadi masih ada, ia menelan ludah, "Ya kan, teman-teman?"

Royalty | Menma•BoruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang