Tsunade melangkahkan kakinya, mendekati Boruto yang sedang menatap keluar jendela."Dia baik baik saja sekarang." Ujar Tsunade.
"Terimakasih Tsunade-san."
Wanita bersurai pirang itu menyunggingkan senyum tipis. "Sudah tugasku."
Boruto memutar tubuhnya, menghadap Tsunade. "Sungguh, kau sudah banyak membantuku dan adikku."
"Sudah kubilang Pangeran, itu tugasku." Sahut Tsunade lagi.
Boruto tertawa kecil, "Dulu, ibu kami lah yang selalu mengobati kami jika aku dan adikku mendapat luka kecil."
Tsunade tak menyahut, ia tahu Boruto hanya sedang mengenang masa masa menyenangkan bersama ibunya. Dan Tsunade merasa tak seharusnya ia mengusik pangeran Konoha tersebut.
"Jadi, kau masih menyayangi adikmu seperti biasa." Ujar Tsunade-mengalihkan topik.
Boruto tersenyum, kembali menatap keluar jendela. "Sudah jelas kan."
"Apakah kau yakin kau akan selalu berada di sisi adikmu?" Tanya Tsunade.
"Kurasa iya, aku tak akan bepergian lagi."
"Hoo, bukankah kau ini pecinta kebebasan?"
Boruto mengangguk, "Tetapi, melindungi adikku merupakan tanggung jawabku. Dan lagi kerajaan sedang diterror, aku tak bisa meninggalkan kerajaan ini begitu saja di tangan Raja yang seperti itu."
Tsunade berkacak pinggang, "Kau menghina ayahmu sendiri huh? Dia itu Raja yang hebat."
Boruto tertawa, "Hal hal baik itu dilakukan demi rakyatnya Tsunade-san, kau tak pernah melihatnya jika ia sedang berbicara denganku atau adikku."
Tsunade tersenyum, "Ya... beberapa orang berubah ketika telah disakiti kan."
"Apa maksudmu?"
Tsunade memutar tubuhnya, "Bukan apa apa."
"Tsuna-"
"Kau bisa menjenguk adikmu saat dia sadar nanti. Kalau begitu, sampai jumpa Boruto-sama."
Boruto menganggukan kepalanya dan memandang kepergian Tsunade.
"Apa maksudnya dengan 'Beberapa orang berubah ketika sudah disakiti?' Raja itu pernah disakiti?"
.
.
.
."Yang mulia, perlukah kulakukan pencarian?"
Naruto memutar kursinya sehingga kini ia berhadapan dengan Ino.
"Tidak perlu, kurasa ia akan bahagia dengan sendirinya.
Ino menatap heran rajanya tersebut.
"Saya..uhm..sedang membicarakan tentang beberapa rakyat yang menghilang akibat kebakaran semalam."
Naruto mengalihkan pandangannya.
"Ohh, kalau begitu laksanakanlah."
Ino membungkuk,
"Perlukah kulakukan pencarian akan orang yang kaukira tadi yang mulia?"
Naruto mendengus, "Tidak usah kubilang. Pergilah."
Ino tersenyum tipis lalu kembali membungkuk dan berjalan menjauh.
Naruto kembali memutar kursinya, menghadap ke arah jendela besar.
"Ia akan kembali sendiri. Aku yakin."
.
.
.
."HOI! DARIMANA SAJA KAU INI?! AKU BISA MATI KEBOSANAN TAHU!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Royalty | Menma•Boru
Hayran KurguKekuasaan dan Jati diri Tatapan tajam yang memercikkan api kebencian Kisah masa lalu yang menjadi misteri Kebenaran di balik damainya kerajaan Konoha. Serta sesosok pria yang hilang ingatan. Banyak kebenaran yang akan terungkap oleh Menma, seorang a...