Chapter 21

199 19 8
                                    

.
.
.
.
.

Ruangan luas berbentuk bundar dengan hiasan kain-kain berlambangkan kerajaan Konoha dan ornamen-ornamen yang menjuntai cantik menghiasi tempat Menma dan kawan-kawannya melaksanakan ujian; aula. Tempat yang baru dua kali dimasuki oleh Menma sejauh ini. Para murid dilarang untuk memasuki istana jika bukan karena perintah langsung, atau jika bukan karena ada suatu hal mendesak. Menma pertama kali memasuki istana adalah ketika ia secara tidak sengaja menembus saluran air bawah tanah kerajaan, itu adalah saat pertama kali pula ia bertemu dengan sosok Boruto. Sosok pemuda yang kini menjadi motivasi terbesarnya untuk melaksanakan ujian.

Aula berbentuk bundar yang sangat luas tersebut kini diisi oleh semua murid yang mengikuti ujian pertama untuk menjadi seorang ksatria kerajaan. Ada sebanyak 20 jajar kursi dan meja dengan sebanyak 10 baris kursi yang membentuk barisan dengan rapi dan simetri ke belakang. Menma sendiri kini sedang duduk di jajar ke-16, barisan ke-7. Ia berada di bagian tengah. Matanya melirik ke arah kanan dan kiri, berusaha mencari keberadaan teman-temannya. Ia dapat menemukan Mitsuki yang duduk di depan, Kawaki serta Iwabe yang duduk paling belakang serta beberapa temannya yang lain duduk di area tengah sepertinya.

Sumire terlihat berbincang bersama Kakashi di depan, keduanya terlihat serius. Menma enggan memperhatikan sebab fokusnya sendiri kini bagai terasa sudah terpecah belah. Tangan Menma secara perlahan menarik jimat dari Putri Himawari yang diberikan kepadanya sebelum ia memasuki ruang ujian. Menma tersenyum simpul, ia mendadak merasa semangat kembali. Ya, ia harus ingat tujuannya mengikuti ujian ini. Ia harus ingat apa yang berusaha ia capai selama ini.

"Ujian akan segera dimulai, siapkan kertas jawaban kalian serta tinta dan bulu pena. Jaga baik-baik lembar jawaban kalian sebab tidak akan ada pengulangan. Meminta kertas baru tidak diijinkan, tidak sengaja menyobek kertas yang kalian pegang berarti kalian tidak akan lulus. Kerjakan ujian ini dengan sebaik mungkin." Ucap Kakashi sambil melipat tangan di depan dadanya.

Tiba-tiba Kawaki terlihat mengangkat tangannya.

"Ada apa, Kawaki?" Tanya Kakashi.

Dengan tatap malas, Kawaki menjawab "Aku ingin bertanya."

Sumire memutar tubuhnya untuk melihat ke arah Kawaki. Matanya memicing.

"Bukannya bermaksud tidak sopan, aku hanya ingin bertanya soal sesuatu. Seperti yang kita semua tahu, kalian memiliki 'murid spesial' dalam angkatan tahun ini, yakni Menma dan Mitsuki. Apakah kalian akan memberikan soal ujian yang berbeda kepada mereka? Apakah kalian akan meloloskan mereka meski nilai ujian tulis yang mereka dapatkan di bawah delapan puluh?" Kala pertanyaan dari Kawaki usai disampaikan, seisi aula kini mulai berbisik-bisik, sebagian mulai terdengar menyuarakan protes apabila soal yang diberikan ternyata beda dan ada sikap ambil favorit dalam ujian ini.

Kakashi memegang dagunya, "Pertanyaan yang bagus. Aku memahami kenapa kau menanyakan hal tersebut, Kawaki. Aku akan menjawab pertanyaan itu, tapi perlu kalian ingat bahwa jawabanku berlaku untuk setiap ujian yang akan datang. Jawabannya adalah; tidak. Baik Mitsuki maupun Menma mendapatkan soal ujian yang sama juga dengan standar ujian yang sama, apabila mereka mendapat nilai di bawah delapan puluh maka itu artinya mereka tidak akan lolos untuk mengikuti ujian berikutnya." Jawab Kakashi, lugas.

Sumire berjalan maju hingga selangkah di belakang Kakashi, "Kerajaan dan Pangeran Boruto sangat menjunjung tinggi keadilan serta kejujuran. Kalian tidak perlu merasa khawatir bahwa akan ada yang dijadikan murid favorit dalam ujian apapun." Ucap Sumire sambil menatap Kawaki.

Royalty | Menma•BoruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang