Chapter 3

1.1K 97 15
                                    

.
.
.
.
.

Himawari melangkahkan kakinya di koridor istana, manik sapphire nya menatap datar ke depan.

Banyak hal yang sedang dipikirkan sang putri sekarang, salah satunya adalah sang kakak yang tiba tiba menghilang-

-walau Himawari sendiri yakin bahwa kakaknya masih berada di lingkungan istana.

Angin malam meniup lembut wajah serta rambut nya yang panjang di sanggul.

Himawari-selalu menyukai angin malam.

"Anda sungguh cantik malam ini Yang Mulia."

Himawari menolehkan kepalanya cepat ke arah sumber suara.

Terlihat seseorang di belakangnya, tersembunyi dalam bayangan bulan.

"SIAPA KAU?!" tanyanya.

Sosok itu melangkahkan kakinya keluar dari sisi gelap.

Mata merah-

-itu yang dilihat Himawari sebelum orang itu dengan gesit menyerang sang putri.

Himawari berkelit, dengan segera ia menarik keluar belati dari balik gaunnya.

"Apa-apaan kau ini?!" Seru Himawari masih merasa kaget.

"Ah, saya lupa mengenalkan diri." Sahut orang itu keluar dari topik pembicaraan.

Sosok itu membungkuk sopan.

"Salam yang mulia, saya hanyalah seorang tukang terror kerajaan busuk ini-atau biasa dikenal dengan nama-

-Red Eye."

Himawari membulatkan matanya.

"KAU! BERANINYA KAU MENAMPAKAN DIRI LAGI! KALI INI DI HADAPANKU!"

Tanpa ba-bi-bu, sosok itu tiba-tiba melesat ke depan dan berdiri tepat di depan sang putri.

"Oh-apakah saya butuh ijin untuk membunuh anda yang mulia?"

Himawari menghunuskan belati nya, tetapi dengan mudah belati itu di putar oleh sosok Red Eye, hingga mengenai pinggang sang putri.

"KHH!"

Himawari berlutut dengan memegang pingganggnya yang mulai mengeluarkan darah.

"BERANINYA KAU!"

Sosok tersebut melesat ke sisi sang putri.

"Kenapa kau begitu emosional begini hm~?"

Himawari kembali menghunuskan belatinya-yang dengan mudahnya langsung di tepis oleh Red Eye.

"Kenapa? KENAPA KAU BILANG? APA KAU TAK PERNAH MEMIKIRKAN KELUARGA YANG MERASA DITINGGALKAN OLEH ORANG YANG KAU BUNUH?"

Red Eye terlihat menyeringai di balik jubah hitam panjangnya.

"Kenapa aku harus memikirkan para babi?"

Himawari berkelit dan menyerang secara membabi buta.

"PARA BABI KAU BILANG? MEREKA ITU MANUSIA, YANG BAHKAN DERAJATNYA JAUH LEBIH TINGGI DIBANDINGKAN DENGAN DIRIMU, MAKHLUK PALING HINA DI DUNIA INI!"

Sosok itu melompat menuju jendela yang terbuka lebar.

"Tak akan kumaafkan!"

Sang putri menyerang menuju arah jendela tersebut, hingga tak sadar bahwa dirinya hampir terjatuh-

Himawari dengan gesit berpegangan pada sisi jendela agar tak terjatuh.

Matanya menatap ke arah bawah, dimana rerumputan dan bunga tumbuh.

Royalty | Menma•BoruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang