"Lakukan sekali lagi!"
"HYAH"
"KAU SEBUT ITU AYUNAN PEDANG? LAKUKAN DENGAN BENAR MENMA"
Delikan sinis kembali dilayangkan Menma pada Boruto entah untuk ke berapa kalinya hari ini
Mulai hari ini, Menma akan berlatih dengan Boruto sebagai mentornya. Berulang kali ia dapat merasakan tatapan mencemooh, iri dan dengki dari beberapa calon calon kesatria yang datang melewatinya bahkan beberapa menontonnya.
Ia tahu betul bahwa sebenarnya ini merupakan sebuah kehormatan--maksudku, berlatih dengan seorang pangeran sebagai mentor? Bahkan ia yakin putri Himawari tidak pernah dilatih oleh kakaknya sendiri. Tapi sungguh, Menma tidak peduli, ia juga tidak pernah mau dilatih oleh seorang pria sombong tidak tahu malu jadi ia tak dapat melihat kesempatan ini sebagai sebuah kehormatan
"Hei, bagaimana kalau kita sudahi saja latihan hari ini? Aku lelah tau," ujar Menma pada sang pangeran yang sejak tadi berdiri memperhatikan latihannya
"Kau ingin berhenti? Dengan hasil latihan asal asalanmu tadi kau ingin berhenti?" Boruto tersenyum congkak, "Jangan mimpi bodoh."
"HEI KAU YANG BODOH DISINI, AKU SUDAH KELELAHAN MANA MUNGKIN AKU TERUS BERLATIH"
Boruto menghela nafas, "Lakukan gerakan ayunan pedangmu 10 kali lagi maka kau boleh beristirahat."
Menma menggerutu tetapi masih melakukan hal yang diperintahkan sang pangeran
"Ayunkan pedangmu 10 kali lagi, bla bla bla dasar bangsawan aneh." Gumam Menma di sela nafasnya
Tanpa Menma sadari, seseorang berjalan mendekat ke arahnya. Dengan menggunakan baju terusan asing berwarna biru dan putih seseorang itu menepuk bahu Menma membuat orang yang bersangkutan memutar kepalanya untuk melihat siapa orang yang menganggu latihannya
"Halo, bagaimana latihanmu?" Mitsuki tersenyum tipis pada Menma, membuat nya menghela nafas lega karena tadinya ia pikir yang menepuk pundaknya adalah sang pangeran
"Oh, halo. Um...cukup baik kurasa." Jawab Menma merasa tak yakin tetapi tetap membalas senyuman dari Mitsuki
Mitsuki tertawa kecil, "Dilihat dari ayunan pedangmu dan pangeran yang terus terusan berteriak padamu sepertinya tidak cukup baik hm?"
Menma menghela nafas lelah, "Kalau begitu kenapa kau bertanya padaku." Mitsuki tidak mengindahkan pertanyaan Menma dan malah mengambil pedang dari tangan Menma dan mengayunkannya.
"Harusnya begitu caramu melakukannya Menma-kun." Tersenyum miring, Mitsuki mengembalikan pedang kayu yang ia ambil dari tangan Menma pada sang pemilik
Menma sungguh ingin meninju wajah Mitsuki sekarang ini, tetapi sisi dirinya yang merasa keheranan menahan hasratnya itu "Jadi..uh...kau datang kemari hanya ingin pamer skill mu?" Tanya nya
Mitsuki tertawa kecil, "Tentu saja bukan, aku ingin mengenalmu lebih jauh Menma-kun." Kini Menma menatap Mitsuki dengan ekspresi yang jelas jelas kebingungan, "Aku? Kenapa? Bukannya seharusnya kita saling..uhh kau tahu menghindari satu sama lain karena kita akan bertanding setiap bulannya?"
Mitsuki tersenyum teduh, "Kau ingat siapa namaku?"
"Mitsu...ki? Mitsuki kan?"
Pria yang bersangkutan menganggukan kepalanya, "Yup. Dan seumur hidupku aku tidak pernah ingin berseteru dengan orang lain, tidak ada untungnya untuk berseteru denganmu Menma dan aku akan lebih senang jika kita bisa saling mengenal lebih jauh--bukan sebagai musuh pastinya."
Menma mengangguk angguk mengerti, "Baiklah, aku juga umm...tertarik mengenalmu?"
Mitsuki menarik tangannya untuk memegang kepala Menma, "Belum, kau belum tertarik mengenalku Menma-kun, tidak perlu berbohong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Royalty | Menma•Boru
FanfictionKekuasaan dan Jati diri Tatapan tajam yang memercikkan api kebencian Kisah masa lalu yang menjadi misteri Kebenaran di balik damainya kerajaan Konoha. Serta sesosok pria yang hilang ingatan. Banyak kebenaran yang akan terungkap oleh Menma, seorang a...