Bab 10. Surat dari Ran.

13 7 1
                                    

Setelah melewati pegunungan Eyrs, aku sampai di selatan Ibukota, kota Hexa disebut seperti itu karena terdiri dari enam pilar yang mengelilingi ibukota.

Kota ini tak pernah berubah, selalu sibuk, karena Hexa merupakan kota Industri terbesar di Kekaisaran. Rumah-rumah penduduk berjejer di setiap sudut, akan tetapi tidak padat seperti perdesaan. Hanya ada satu bangunan yang paling tinggi di kota ini, Istana Kaisar. Satu-satunya tempat yang paling besar dan megah bahkan rumah para bangsawan lainnya tak sebanding dengan istana mewah tersebut. Kecuali kediaman keluarga Kaisar.

Satu jam setelah sampai di Ibukota, aku baru sampai di depan Rumah. Tidak ada yang berubah setelah satu bulan aku meninggalkannya. Aku teringat dengan kata-kata Ran waktu di muara, "Walaupun sejauh apapun kita mengembara, rumah adalah tempat kita tinggal walaupun itu tak seperti apa yang kita inginkan."

Sekarang aku mengerti apa yang gadis itu katakan.

Dua orang Ksatria tengah berjaga di depan gerbang, satunya terlihat mengantuk satunya tidak fokus, matanya berkeliaran ke sana-kemari.

Aku memacu kudaku, mendekati rumah besar di hadapanku. Lalu menghentikannya tepat di hadapan kedua Ksatria yang berada di depan gerbang.

Salah satu dari mereka mendekat. Aku melepas penutup kepalaku, "Buka gerbangnya!"

Ksatria itu mengangguk, "Maaf yang mulia, saya tak mengenali anda,"

Aku tersenyum, gerbang dibuka aku memacu kudaku dengan cepat. Melesat ke halaman belakang menuju Istal.

Seorang pria paruh baya mendekati diriku, aku segera turun dari kuda dan memberikan kudaku padanya.

"Terimakasih, ini untukmu." aku memberikan selembar uang padanya.

"Anu tuan, tidak perlu saya sudah menerima gaji setiap bulan dari anda." ucapnya, tangan pria itu mendorong tanganku.

"Terima saja, tanda terimakasih dariku karena suah merawat kudaku,"

"Baiklah jika itu kehendak tuan, saya akan menerimanya."

𖥸𖥸𖥸

Tak terasa mentari sudah berganti rembulan, langit menjadi gelap sekarang. Hari ini, tak ada yang akan aku lakukan. Semua sudah selesai, mungkin. Aku ingin istirahat, lelah dengan perjalanan panjang seakan sebuah penderitaan.

Bulan depan ada pesta yang harus aku hadiri, selalu sama setiap tahunnya. Seluruh perwakilan dari setiap bangsawan di Kekaisaran, termasuk perwakilan dari tujuh kerajaan akan menghadiri pesta itu. Aku benci mengatakan ini, sebenarnya aku tak menyukai  menghadiri sebuah pesta yang di adakan di dalam Istana. Sangat membosankan hanya melihat sekumpulan orang dengan pakaian mewah dengan aroma parfum menusuk hidung yang memenuhi ruangan, hal itu membuat isi perutku meronta ingin keluar.

Ingatanku kembali mengembara ke tiap sudut Kekaisaran dan berakhir di sebuah kota perbatasan kota maritim Mhyte.

"Apa Ran sedang baik-baik saja di sana? aku merindukan gadis itu."
Aku menghela nafas berat, berat sekali karena jauh dari seorang gadis yang amat aku cintai.

❀❀❀

Hari pertama setelah perjalanan pulang. Aku berencana bermalas-malasan, besok aku akan pergi ke istana untuk melaporkan Misiku.

Surat yang Ran berikan belum dibuka, dia berpesan untuk membukanya saat aku sampai di kediamanku. Sepertinya Ran terlalu banyak membaca novel sampai sikapnya seperti itu.

Sepucuk surat tergeletak diatas laci kamarku, aku mengambilnya. Bunga plum kering berwarna merah menempel di kop suratnya. Aku membuka, dan mengambil kertas yang terlipat di dalamnya.

╔═════════════════════╗

Untuk Sir Ethaniel Lucius

Aku tak tahu kapan kau akan membaca ini, dan juga aku tak akan bersikap formal pada surat ini.

Terimakasih karena sudah mengisi hari-hariku pada hari pertama festival, dan juga telah mengajari Lenon selama tiga hari. Sejujurnya aku sangat senang ada yang mengajari adikku, aku dan Ayah tak bisa melakukannya. Kami terlalu sibuk dengan urusanku. Tapi karena dirimu, aku merubah pikiranku. Aku akan mengajari Lenon untuk kedepannya.

Tapi yang terpenting bukan itu, aku berharap kita bisa bersama. Aku tak tahu perasaan apa yang tengah aku rasakan. Namun, saat aku bersamamu aku merasa nyaman dan tenang. Aku merasa aman karena bersama dirimu.  Selain hal itu aku akan menghadiri pesta di Kekaisaran, kita akan bertemu di sana.

Dari Raine Raizel.

01-3-548
Mhyte

╚═════════════════════╝

Ran akan datang, ke ibukota. Aku tak percaya hal ini. Aku akan menghadiri pesta itu. Tak mungkin aku membuang kesempatan untuk bertemu dengannya.

Untuk pertama kalinya aku senang dengan pesta para bangsawan. Agaknya aku harus memesan pakaian pesta, karena aku tak memilikinya satupun. Aku juga harus menulis surat balasan untuknya sekarang.

Tuhan, skenario seperti apa yang kau rencanakan untuk diriku yang hina ini?

❀❀❀

Mentari berada di tengah-tengah langit biru, angin musim semi berhembus. Pepohonan menari bersama rerumputan. Hari ini aku akan pergi menuju Istana, untuk melaporkan misi ku yang kemarin. Lelah sebenarnya, tapi jika bukan karena tugas aku tak akan melakukan hal seperti ini. Aku hanya ingin bebas, hidup Damai, tenang, serta memiliki rumah di dekat pantai dan keluarga yang harmonis.

Tapi, itu bukanlah sesuatu yang bisa aku dapatkan. Bahkan dengan semua hal yang aku miliki. Jika semua itu bisa di tukar dengan uang pasti sudah sejak lama akan seperti itu.

Beberapa menit kemudian kudaku sampai di depan Istana. Puluhan jenis bunga terhampar di setiap sudut. Bahkan bunga merambat berwarna ungu terdapat di atap Istana. Satu-satunya bangunan yang teramat mewah dan merah di antara bangunan yang ada—termasuk tempat tinggal ku.

Seperti kediaman para bangsawan pada umumnya, dua orang Kesatria berdiri di depan gerbang.

Aku turun dari kudaku. Kedua Ksatria itu mendekat. Aku berujar,  "Saya ingin bertemu dengan Baginda Kaisar."

Kedua kesatria mengangguk lalu mempersilahkan diriku masuk kedalam gerbang.

Aku melompat keatas kudaku, lalu membacanya sampai di depan pelataran depan Istana.

Aku meninggalkan kudaku di sana, seorang pelayanan yang mengurusnya. Saat ini, aku hanya perlu menemui Kakakku, maksudku menemui Baginda di ruangannya.

Seorang pelayanan mendekat, pria itu berlari kecil. Napasnya tersengal-sengal.

"Yang mulia, Baginda sudah menunggu anda di ruangannya. Mari saya antar!"

Perjalanan menuju ruangan Kaisar pun berlangsung, di pandu oleh kepala pelayan Istana langsung. Seorang pria berusia 30 tahun, ia belum memiliki keluarga. Namanya Lyonite Gregory.

Di pertengahan jalan menuju tempat tujuan. Seorang pria memakai seragam Kesatria berwarna putih di padu dengan motif dedaunan berwarna hijau berada di hadapan kami sekitar 10 meter di depan.

Rambut cokelatnya sangat berantakan, mata hijaunya seakan tersenyum jahil menatap diriku.

"Ethan, tak kusangka kita bertemu! Apa kau tak tahu aku merindukan dirimu!?" ujarnya.

"Berhenti berkata yang tidak sopan Sir Hyne. Atau saya laporkan atas tuduhan pencemaran nama baik terhadap keluarga kerajaan!" bentak Lyon membuatku tersentak.

Throne et Amore (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang