Bab. 24. Anak Jenius.

8 4 0
                                    

Atmosfer di ruangan ini berubah tegang, wajah semua orang berubah masam. Mereka hanyut dalam pikiran masing-masing. Sementara aku hanya bisa termenung memikirkan masalah yang terjadi, ternyata masalah ini jauh lebih berat.

"Sir Gregory, bagaimana pendapatmu?" tanyaku pada Lyon yang masih berdiri di sampingku.

"Keempat permasalahan ini memang sangat rumit, tapi saya memiliki ide untuk memecahkan masalahnya."

Semua mata tertuju padanya, "Katakanlah," ujarku.

"Masalah yang paling terpenting adalah  Artefak, dan simbol-simbol yang berada di kota Mhyte. Untuk memecahkan masalah tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Jika kita menghancurkan dan membakar semua itu, bisa saja akan berakibat fatal, dan menyebabkan sebuah Variable yang tak diinginkan. Lebih baik kita menyelidiki dan meneliti semua hal itu, sehingga hal yang tak diinginkan bisa di cegah."

Duke Arzen bersandar pada Kursinya, menatap Lyon tajam, "Siapa yang akan memimpin penyelidikan tersebut? untuk  membuat sebuah penyelidikan membutuhkan orang-orang yang terampil dan ahli dalam bidangnya, bukan? Jika sembarang orang yang menyelidiki bisa berakibat fatal."

"Jika Anda sekalian mengizinkan, maka saya yang akan memimpin. Seorang siswa dari Akademi bisa membantu saya dalam menyelesaikan masalah tersebut."

Aku menelan Saliva ku, mereka mulai berdebat. Aku sangat benci perdebatan antara orang jenius.

"Bukankah seharusnya hal seperti ini, tidak boleh bocor ke orang yang salah?" cecar Duke Arzen.

Aku menghembuskan nafas, kemudian menoleh pada Lyon, "Benar, apa yang di katakan Sir Arzen. Apakah ada orang yang bisa di percaya di antara murid-murid Akademi, Sir Gregory?"

"Ada, dia murid saya. Namanya Valery Myles. Seorang anak dari pemilik kedai kecil di desa Alden, anak itu sangat jenius di Akademi." ujarnya mantap.

"Apa kau bisa memegang kata-katamu, Sir Lyonite Gregory?" sergah Duke Arzen.

Lyon mengangguk mantap, kemudian ia mengeluarkan belati lewat sihirnya, "Jika saya tak bisa menepati kata-kata saya. Anda bisa membunuh saya Yang Mulia."

Duke Arzen menatap ketiga orang lainnya, "Bagaimana pendapat anda sekalian?"

"Saya hanya menginginkan yang terbaik untuk Kekaisaran ini, saya setuju dengan penyelidikan itu." ujar Count Raizel.

Count Sirion mengangkat tangan kanannya, kemudian melirik kearahku, "Saya akan mengikuti keputusan Grande Duke Lucius."

Mereka terdiam, Arzen beralih menatap orang di depannya, "Bagaimana pendapatmu Marquez Leiden?"

"Saya setuju, dan saya yang akan membiayai semua anggaran untuk penyelidikan tersebut,"

Lyon tersenyum puas penuh kemenangan. Aku memandanginya sesaat lalu beralih pada dokumen yang ada di hadapanku, "Aku setuju untuk mengadakan penyelidikan lebih dalam mengenai semua itu. Mulai Minggu depan penyelidikan bisa di mulai!"

Duke Arzen mengernyit, "Apakah ada hal lain yang lebih penting selain itu Yang Mulia? Maksud saya, apakah hal itu memang harus di lakukan. Saya tidak sepenuhnya yakin dengan hal ini,"

Aku menatap Duke Arzen tajam, "Bukankah Sir Lyonite sudah bersumpah, jika penelitiannya gagal? Bukannya aku memihak Sir Lyonite, melainkan aku percaya padanya. Dia sudah berkerja di bawahku sejak aku kecil.

"Aku akan mempertaruhkan diriku jika di antara kalian ada yang masih meragukan keahliannya. Bagaimana?"

Duke Arzen menghela napas, "Baiklah, jika itu yang anda inginkan Yang Mulia."

Hening, tak ada pembicaraan selama beberapa detik. Aku menatap satu-per satu orang-orang yang ada di ruangan ini.

"Apa kita harus mendiskusikan hal lainnya?" tanyaku.

Marquez Leiden mengangguk, aku mengambil selembar kertas yang berada di dalam map di hadapanku, "Saat penyerangan pada pesta itu, aku tertusuk sebuah belati. Saat lukaku sedang di obati, aku berinisiatif untuk menyelidiki racun yang berada di belati tersebut. Darahku yang masih terkena racun dari belati tersebut telah di selidiki. Dan ternyata racun itu merupakan racun baru yang ada di dunia ini.

"Selain itu, kalian pasti tahu. Bahwa yang menyerang Istana tak lain adalah Sang penyihir agung. Hal ini ada kaitannya dengan menara sihir. Aku curiga, menara sihir berafiliasi dengan Darkness Society."

Count Sirion menganggukkan kepalanya, "Racun baru, apakah itu benar? Mungkin saja terdapat suatu kesalahan dalam penyelidikan tersebut Yang Mulia!"

"Tidak, aku serius. Itu benar adanya,"

Count Sirion menghela napasnya, ia mengusap janggutnya beberapa detik.

"Saya ingin mengetahui racun yang anda maksud Yang Mulia. Mungkin saya bisa mencari penawar untuk racun tersebut." ujar Marquez Leiden.

Aku menggelengkan kepalaku, "Racun itu sangat berbahaya jika terkena kulit, kemampuan Blessing yang aku miliki hanya bisa memulihkan lukaku sebanyak delapan puluh lima persen. Sisa dari racun tersebut masih berada di dalam tubuhku."

"Yang Mulia, apa tidak berbahaya jika racun itu tak segera di keluarkan!? Bisa saja ada sesuatu hal yang akan terjadi pada Anda!" ujar Duke Arzen, wajahnya yang datar menampakan kecemasan.

"Aku akan cari cara untuk menyembuhkan lukaku, yang terpenting untuk saat ini adalah mencari cara untuk memberantas sang ketua Darkness Society, itu tujuan utama kita untuk saat ini. Karena Kaisar yang berada di dalam kendalinya!

"Untuk hal lainnya, kita bisa merundingkannya di lain waktu, kalian bisa mengirim laporan melalui burung merpati padaku. Dan ingat satu hal lagi, jangan melakukan hal yang mencolok. Aku tak ingin pihak Kekaisaran mengetahui rencana kita!"

Mereka mengangguk, "Saya akan menjalankan perintah anda Yang Mulia!" ucap mereka bersamaan.

𖥸𖥸𖥸

"Lyon, kapan kau akan memulai penelitian itu? aku akan menemani dirimu pergi ke Mhyte,"

Lyon masih terpaku pada buku yang tengah ia baca, "Entahlah, aku tak tahu. Aku juga belum bilang apapun pada anak itu."

Aku mendekatinya, "Kau serius, lebih baik kau segera memberitahu anak itu. Beberapa Minggu lagi Libur Akademi akan selesai."

"Aku tahu ... aku tahu apa yang aku lakukan." selanya.

Lyon berlalu sembari membawa buku yang baru dia baca di tangannya. Tatapannya kosong. Sebenarnya apa yang terjadi dengannya?

Aku merebahkan tubuhku di atas sofa merah, meluruskan kedua kakiku di atasnya. Beberapa ingatan berkelebatan di benakku. Setumpuk buku usang tergeletak di atas meja di sampingku.

Aku mengedarkan pandangan, menelisik satu per satu benda-benda yang ada di perpustakaan ini. Sederet rak buku kayu pinus memenuhi di sisi kanan ruangan. Berbagai macam buku terpajang di sana.

Tempat ini, merupakan tempat yang sangat aku suka di antara banyaknya ruangan dan tempat-tempat di rumah ini. Sejak kecil aku selalu menghabiskan waktu dengan Lyon di sini. Ia selalu menceritakan semua isi buku yang ia baca padaku, rasanya aku ingin mengulang kembali waktu.

Aku tak yakin dengan situasi saat ini. Aku harus melakukan hal yang tak ingin aku lakukan. Sangat banyak hal yang terjadi, sehingga membuatku muak akan semua itu, sungguh.

Throne et Amore (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang