Jika kau menginginkan sesuatu, maka jangan pernah mengharapkannya datang padamu. Hal itu akan berbalik meninggalkan dirimu.
Kata-kata yang selalu di ucapkan oleh Vin padaku. Maka dari itu, aku tak pernah mengharapkan yang aku inginkan. Dunia ini penuh dengan paradoks. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya bukan?
Aku pun tak pernah membayangkan bisa membunuh ratusan orang dengan kedua tanganku. Maka dari itu, apa yang sebelumnya aku bayangkan tak akan pernah terjadi. Aku belajar hal itu dari Vin. Dia adalah anak dari seorang High Knight keluargaku. Aldervin Ignatius.
Aku memanggilnya Vin. Dia lebih muda dua tahun dariku, dia sudah aku anggap sebagai adikku sendiri, karena aku tak memiliki seorang adik. Anak itu selalu mengikuti diriku kemanapun aku melangkah.
Tepat sembilan tahun yang lalu, aku membunuhnya. Atas dasar pengkhianatan.
Aku tertipu, tertipu oleh seekor ular licik yang sangat pandai memainkan lidahnya. Padahal Ular itu tak memiliki bisa pada taringnya.
Aku mematuhi perintahnya, hanya karena Ular itulah satu-satunya keluargaku. Alasan kecil yang ia perbuat untuk membuatku berada di pihaknya.
Menjijikkan, setelah aku tersadar telah jatuh dalam kata-kata manisnya.Lima tahun lalu, aku memberontak bersama seluruh bawahanku. Dan akhirnya kami membuat kesepakatan demi Kekaisaran.
Kekuatan milikku melebihi yang di miliki Ular itu. Sehingga aku mampu membuat gertakan untuk membuat kesepakatan setara dengan Ular itu.
Jika kau pikir aku telah berdamai, atau menyerah dari Ular tanpa bisa itu, kau salah. Hal itu baru permulaan dari rencana terbesarku, yaitu mengambil alih takhta yang seharusnya menjadi milikku.
Tahap selanjutnya adalah, memanfaatkan kelemahannya. Sehingga aku dapat mengendalikan sang Ular agar menuruti semua keinginanku.
Tak ada yang abadi di dunia ini, begitu pula dengan kekuasaan yang tengah ia rasakan dibalik semua penderitaan yang kualami.
𖥸𖥸𖥸
"Bagaimana dengan waktu istirahat Anda Yang Mulia?" Lyon bertanya padaku.
"Seperti biasanya, mimpi itu datang lagi. Aku tak bisa tidur nyenyak saat aku berada di Istana."
"Apa Anda akan kembali ke Kediaman Anda?"
Aku memandang Lyon, wajahnya tampak khawatir. Sudah sewajarnya ia bersikap seperti itu. Karena Lyon telah menjadi pengasuhku selama bertahun-tahun lamanya.
"Aku baik-baik saja, kau tak perlu khawatir. Aku bukan diriku yang dulu, kau sudah tahu hal itu bukan?"
"Tapi, tetap saja Anda harus memperhatikan diri Anda sendiri. Bagaimana reaksi Dame Raizel ketika beliau mengetahui kondisi Anda?"
Jari-jemari ku mengetuk meja berkali-kali, mencoba berpikir.
"Biarkan saja, lagipula kami akan bertemu bulan depan!"
"Maksud Yang mulia, Anda akan menghadiri pesta besar tersebut! bukankah Anda tidak menyukai segala hal yang berkaitan dengan pesta?"
Aku mengacak-acak rambutku, "Terserah diriku, aku memiliki hak untuk itu!"
"Bagaimana dengan rencana utama Anda Yang Mulia? apakah rencana tersebut akan melibatkan Dame Raizel?" Lyon berujar, sembari memindahkan setumpuk kertas ditangannya.
"Tentu saja, tidak."
Aku meraih selembar kertas di antara tumpukan kertas lainya. Membacanya kemudian menandatangani kertas itu. Seterusnya dan seterusnya. Sampai kepalaku pusing melihat semua keluhan yang di adukan para bangsawan dan masyarakat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Throne et Amore (Segera Terbit)
RomansApa jadinya jika seorang Grand Duke dari sebuah Kekaisaran terkuat di benua jatuh cinta dengan seorang gadis bangsawan yang merupakan seorang Kesatria yang telah bersumpah setia pada Kekaisarannya dan mengabadikan hidupnya untuk Kekaisaranny tersebu...