Bab 07. Pantai Aruna.

19 11 1
                                    

"Ethan, apa kau ingin mencoba permainan?" tanya Ran padaku.

Aku tak tahu harus menjawab apa, setahuku permainan pada Festival biasanya dilakukan oleh anak-anak atau sepasang kekasih, sedangkan hubunganku dan Ran hanya sekedar ...

"Ethan? Kenapa kau tak mau atau ... "

"Satu kali saja,"

Ran melompat riang seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru.

Kamipun berjalan mendekati sebuah kedai, berbagai jenis boneka tergantung diatasnya, di tengah kedai itu terdapat tiga buah lingkaran yang berjejer (merupakan tempat sasaran peluru). Ran menyuruhku menaklukkan permainan itu.

"Satu kali permainan lima koin," ujar penjaga kedai, seorang pria berkumis tebal.

Aku memberikan lima koin padanya. Lalu ia memberikan senapan yang berisi tiga buah peluru, peraturannya aku harus mengenai sasaran tepat di tengah lingkaran berwarna merah, dan harus mengenai ketiga lingkaran kayu itu.

Aku memegang senapan di tanganku, lalu menimangnya sebentar. Setengah membungkuk, lalu memicingkan sebelah mataku, lalu aku menekan tuasnya.

Lingkaran pertama.

Lingkaran kedua.

Lingkaran ketiga.

Ketiganya tepat sasaran. Pria berkumis memberikan Ran bonekanya. Ran tampak seperti anak kecil melompat kegirangan. Ia tersenyum padaku dan, "Terimakasih Ethan,"

Aku tertawa melihat tingkahnya, Ran kesal lalu menginjak kakiku. Aku membesarkan suara tawaku, tak perduli tanggapan orang sekitar.

"Setelahnya mau kemana?" tanyaku setelah puas menertawakannya.

"Makan, aku belum sarapan!"

Kami menyusuri jalanan yang ramai ini, sesekali bertabrakan dengan warga ataupun wisatawan. Ran membalas menertawai diriku saat tak sengaja aku menabrak seorang pria bertubuh besar, wajahnya bulatnya  sangat menyeramkan.

***

"Kau takut dengan pria besar tadi Ethan?"

Aku mengalihkan pandanganku kearah lain, lalu kembali sibuk dengan semangkuk bubur di hadapanku.

"Jujurlah, kau terlalu kaku."

"Tidak sama sekali," aku menatapnya.

Ran mengangkat sebelah alisnya, "Benarkah?"

"Lalu? Kau belum puas tertawa terbahak-bahak, bukankah kau itu seorang Lady, Ran?"

Ran mengibaskan tangan kirinya, "Kau salah Ethan, pertama aku bukan seorang Lady, kedua aku seorang Kesatria wanita. Julukanku itu Red Blossom of War."

"Lalu? Aku harus meminta maaf padamu sambil berlutut meminta ampun, 'maafkan saya Dame Red Blossom of War. Saya tidak mampu mengenali Anda' seperti itu?"

Ran tertawa lagi, kali ini jauh lebih kencang sehingga seluruh orang yang berada di kedai menatap kami berdua.

"Habiskan makananmu dan berhentilah tertawa."

"Kau ini,"
"Kenapa?"
"Aneh, "

***

Hari ini cerah, seperti wajah Ran yang ceria. Mengelilingi Kota ini memang tidak buruk, setelah menyusuri jalanan kami menuju sungai. Akan di adakan perlombaan menghias perahu serta lomba balap perahu yang berakhir di muara laut Aruna. Lenon ikut dalam lomba itu, bersama keempat temannya yang lain. Satu perahu lima orang.

Throne et Amore (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang