"Apa kau tak berencana untuk menikah?"
Lyon menatapku, ia menggelengkan kepalanya.
"Belum, masih ada seorang anak kecil yang harus saya jaga,"
"Siapa?"
"Siapa lagi orangnya kalau bukan Anda Yang Mulia. Walau umur Anda tak bisa dikatakan sebagai anak kecil, akan tetapi sikap Anda memang seperti itu."
Aku tersentak, "Apa semua orang masih mengaggap diriku sebagai seorang anak kecil?"
Lyon bergeming, tak menjawab perkataan ku. Ia malah berlalu membawa buku-buku.
"Tentu, semua orang terdekat Anda memang seperti itu. Bahkan, saya sangat khawatir jika Anda pergi meninggalkan kota ini." ujar Lyon, sebelum menutup pintu.
"Padahal usianya hanya berbeda lima tahun denganku," gerutuku.
Lebih baik aku pergi meninggalkan Istana, aku bosan dengan semua hal yang terjadi. Dan pernyataan yang Lyon katakan.
Aku teringat, saat pertama kali kita bertemu, saat itu usiaku baru empat tahun. Sedangkan Lyon sembilan tahun.
Sekitar 21 tahun yang lalu, saat itu aku mengikuti Ayah pergi ke sebuah Acara yang di adakan untuk para Bangsawan di Ibukota. Keramaian yang sangat luar biasa bagiku saat itu. Terlebih banyak makanan manis dan minuman berbagai macam warna.
Tanpa sepengetahuan Ayahku, aku berlari menuju deretan meja di tengah Aula. Seorang pelayan wanita memberikan sepotong kue cokelat padaku. Diatasnya terdapat Strawberry segar, serta saus cokelat yang terlihat manis.
Karena aku sangat menyukai cokelat, aku memakannya sambil berjalan. Berakhir menabrak seorang anak kecil yang jauh lebih tua dariku, jubahnya putihnya kotor terkena kue cokelat yang tengah aku genggam, kemudian terjatuh dari genggaman. Sejujurnya aku ingin menangis. Namun, ekspresi anak di hadapanku membuat air mataku tak berhasil keluar.
"Lain kali berhati-hatilah! perhatikan langkahmu!" ujarnya dengan senyum mengembang di wajah.
"Ma-maaf,"
Anak itu mengelus rambutku, kemudian berjongkok, "siapa namamu?"
"Ethaniel ... "
Anak itu mengangguk, "Kakak akan menemani mencari Ayahmu."
Aku hanya mengangguk, menuruti perkataannya. Setelah itu dia menuntun diriku ke sebuah tempat yang terdapat banyak sekali bangku, serta meja bundar di tengahnya.
Ayahku ada di antara para bangsawan lainnya, ia melihatku bersama anak itu. Ayah mendekati kami, dia tersenyum.
"Apakah kau tersesat Ethan?" tanyanya.
Aku mengangguk, "Aku, mau mengambil kue yang ada di sana Ayah,"
Aku menunjuk deretan meja yang terdapat aneka macam kue di atasnya.Ayah menepuk kepalaku lembut, "Lain kali tetap bersama Ayah, jangan berkeliaran seorang diri."
"Nak Lyon, terimakasih sudah mengantar Ethan padaku."
"Lyon?" aku menatap Ayah dan anak itu bergantian.
"Maaf saya lupa memperkenalkan diri, nama saya Lyon Gregory. Putra kedua dari Marquez Gregory."
"Ah, kalau begitu aku bisa memanggilmu Lyon. Kakak Lyon,"
Aku melompat-lompat kegirangan, tangan kananku masih menggenggam tangannya.
"Nak Lyon, apakah kamu mau menemani putra saya? dia belum memiliki orang yang dia kenal di sini,"
Lyon tersenyum, "Tentu saja Tuan Lucius, saya tidak keberatan akan hal itu."
Sejak saat itu kami selalu bersama, bermain bersama. Dan sampai pada suatu hari Lyon menawarkan dirinya untuk menjadi pengasuhku, bukan pengasuh lebih tepatnya Asisten. Saat itu dia berusia 12 tahun.
Mungkin kau tak pernah membayangkan jika seorang anak kecil mengasuh anak kecil lainnya. Tapi itulah yang terjadi, terlebih Lyon jauh lebih dewasa si bandingkan dengan anak seumurannya.
Karena hal itu, Lyon tidak masuk Academy kekaisaran. Ia lebih memilih untuk berada di sampingku. Ia sudah seperti Kakak bagiku, padahal Kakak kandungku tak sedekat itu dengan diriku.
"Lyon, kenapa kau lebih memilih bersamaku dibandingkan sekolah di Academy?"
"Aku tak bisa, jika aku pergi bagaimana dengan Anda?"
Aku menatapnya, "Aku baik-baik saja, sungguh. Jika kau pergi ke Academy kau akan bertemu dengan Kakak ku."
Lyon menggeleng, "Semua hal yang ada di sana sudah saya pelajari, jadi buat apa?"
"Jangan tinggi hati Lyon, kau memang cerdas akan tetapi Academy juga penting." ucapku so bijak.
Lyon menatapku, kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Apa Anda lupa? Ayah saya merupakan salah satu Professor di sana, jadi untuk apa saya mempelajari hal yang sudah Ayah ajarkan?"
"Benar juga," aku mengangguk. Lyon mengacak-acak rambutku.
"Sudahlah, lebih baik kita pergi ke sungai, Tuan muda!"
"Gak mau, aku gak mau ketemu anak itu!" aku menggeleng.
"Maksud Anda tuan muda Aldervin?"
Aku mengangguk, "Vin sangat nakal. Anak itu sangat suka memanjat pohon. Aku kan tidak bisa melakukannya. Ayolah," aku merengek, menggelayut di tangan kirinya.
Lyon terkekeh, "Jadi anda kalah dengan anak yang usianya baru lima tahun!?" Lyon menyeka air matanya, kembali terkekeh.
Aku memajukan bibirku, merajuk padanya. "Jika Lyon lebih memilih bermain bersama Vin sudahlah, aku tak perduli. Pergi saja sana!"
Aku melepas genggaman tanganku, menyilangkan di depan dada.
"Baiklah, kita akan pergi ke perpustakaan. Bagaimana?" bujuknya.
Mataku berbinar, aku mengangguk setuju.
"Iya, itu jauh lebih baik. Ayo ceritakan berbagai hal di sana. Tentang para Kesatria dan cerita petualangan."
Kedua tanganku memeluk erat tubuhnya, "Terimakasih Lyon, kau Kakak terbaik yang aku punya!"
"Bagaimana dengan Tuan muda Nathaniel?"
Aku melepas pelukanku, "Kakak, dia yang kedua."
"Aku sayang Kak Nathan, tapi dia sangat sibuk! Tak pernah mau bermain denganku, saat liburan Akademi pun sama. Dia lebih memilih bermain bersama temannya. Aku tidak diajak." celotehku.
Lyon menghela nafas, "Baiklah, kita pergi sekarang!"
Sampai saat itu tiba, aku pergi ke Academy lima tahun setelahnya, saat itu usia Lyon 17 tahun. Dia berhenti menjadi asistenku, dan berakhir menjadi Asisten Ayahnya di Academy.
Terkadang aku kesal saat dia yang mengajar, selalu diriku yang terkena ocehannya.
'Ethan, jangan bermalas-malasan. Kerjakan semua tugasmu dengan baik!'
'Ethan, coba hafalkan dasar-dasar dalam berpedang.'
'Lakukan lebih baik dari ini!'
Dua tahun setelahnya, Lyon menjadi Professor tetap di sana. Aku kembali di hadapkan dengan semua ocehannya yang mengganggu. Dia selalu memandang diriku seperti anak kecil. Tak pernah berubah hingga saat ini, padahal usiaku sudah kepala dua.
"Sebaiknya aku harus mencari seorang wanita yang pantas untuk menjadi Istrinya. Aku tak mau melihatnya melajang dan tetap perjaka seperti itu. Mau bagaimanapun dia bukan sekedar sahabat terdekatku. Tapi seorang Kakak yang setia menemani diriku."
Lima tahun lalu, saat aku membuat kesepakatan dengan Kaisar. Aku sengaja membuat Lyon menjadi Kepala pelayan, agar dia bisa memata-matai setiap hal yang terjadi di Istana. Dengan begitu aku punya peluang untuk mencapai tujuanku. Menghancurkan sang Kaisar dari dalam.
Memang butuh waktu lama untuk melakukan hal tersebut, tapi beberapa bawahanku yang aku masukkan kedalam Istana membuat semuanya jauh lebih mudah.
![](https://img.wattpad.com/cover/331870133-288-k269645.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Throne et Amore (Segera Terbit)
RomanceApa jadinya jika seorang Grand Duke dari sebuah Kekaisaran terkuat di benua jatuh cinta dengan seorang gadis bangsawan yang merupakan seorang Kesatria yang telah bersumpah setia pada Kekaisarannya dan mengabadikan hidupnya untuk Kekaisaranny tersebu...