✧༺🕊༻✧
Tampan. Rupawan. Mengagumkan.
Mungkin rasanya tiga kata itu tak cukup untuk mendeskripsikan pemuda berusia 17 tahun itu. Atau mungkin tiga kata itu terdengar terlalu berlebihan bagi sebagian orang.
Padahal dia memang tampan bak Dewa Yunani. Jangan salahkan dia karena memiliki rupa yang sempurna. Salahkan saja ibunya, Aphrodite sang Dewi Cinta dan Kecantikan.
Ya, Zander Brodie Angelo adalah seorang demigod. Cowok paling tampan di SMA Esa Cakrawala. Atau bahkan, paling tampan se-Indonesia.
Tapi apa kerennya menjadi anak Dewi Aphrodite? Zander tak memiliki kekuatan layaknya anak-anak Dewa Zeus yang bisa mendatangkan petir dan badai atau anak-anak Dewa Poseidon yang bisa bernapas di air dan mendatangkan air laut.
Zander tak bisa melawan monster. Lagipula di Jakarta tak ada monster, yang ada hanya macet. Malahan setiap harinya Zander harus menghadapi gadis-gadis yang berusaha menarik hatinya. Seperti saat ini.
"Adik-adik semuanya. Makasih ya, untuk semua yang kalian bawa kali ini. Tapi, ini udah sore, kalian semua harus pulang. Ayah dan Ibu kalian pasti nungguin. Pulang, ya?"
Pemuda yang memiliki warna mata yang bisa berubah-ubah itu menatap sekumpulan gadis-gadis kelas sepuluh yang menunggunya di depan kelas usai bel pulang berbunyi. Setiap dari mereka membawa sesuatu, seperti sepucuk surat, sebatang cokelat, atau bahkan sebuah kado. Sungguh pemandangan yang sudah biasa Zander lihat sejak dia menginjakkan kaki di sekolah ini satu tahun yang lalu.
Zander bisa memastikan bahwa suaranya tadi lantang sehingga bisa didengar oleh semua gadis di depannya. Seketika, kata-kata Zander bagaikan angin yang berembus di masing-masing telinga mereka, dimengerti, dan dipatuhi dengan begitu gampangnya.
Zander tersenyum penuh kemenangan saat melihat anak-anak gadis itu berjalan menjauh berkat perkataannya barusan.
Charmspeak.
Ya, setidaknya Zander masih diberi satu kekuatan dari Ibu Dewi-nya yaitu kemampuan mempersuasi orang atau menghipnotis orang lewat perkataannya.
Baru saja pemuda berambut pirang keemasan itu melangkah ringan di koridor, seorang gadis berambut panjang bergelombang di bawahnya datang dari arah berlawanan. Gadis yang paling Zander hindari.
Dia adalah Lily Anastasia Pradipta. Salah satu jajaran anak dari orangtua paling kaya di SMA Esa Cakrawala.
"Hai, sayang!" Gadis itu tersenyum lebar sambil melambaikan tangan ke arah Zander. Saat telah sampai di depannya, Lily menberikan dua kecupan di pipi kanan dan kiri Zander.
Pemuda itu hanya bisa menampilkan ekspresi datar. Selain kejadian tadi, Lily juga termasuk hal yang membuatnya muak hidup sebagai anak Aphrodite.
"Lily, sebaiknya kamu pulang." Zander menatap manik mata cokelat milik Lily.
"Pulang?" gumam gadis itu, nampak sedikit linglung.
"Ah, iya, tentu Zander sayang. Aku pasti pulang."
"Tapi sama kamu, ya?" Kedua tangan Lily merangkul lengan Zander.
"Nggak dong. Kamu harus pulang sama Axel, ingat?" ujar Zander sambil mengerahkan semua tenaganya agar perkataannya bisa mempengaruhi Lily.
Baru saja dibicarakan, seorang pemuda dengan tubuh tegap dan tatapan elang itu datang. Axel Raihan Hadiraja.
Semua orang di sekolah ini tahu jika Axel dan Lily sudah dijodohkan oleh kedua orang tua mereka. Oh, dan Axel juga termasuk salah satu hal yang membuat Zander muak dengan kehidupannya yang sekarang.
Pemuda berusia 18 tahun itu, meskipun memiliki reputasi yang bagus di mata guru, tapi tak ada yang tahu jika Axel kerap kali membully Zander. Dan hal itu terjadi karena Lily selalu berusaha mendekati Zander.
"Lily, kamu harus pulang sama Axel, oke?" kata Zander sungguh-sungguh.
Seharian ini dia lelah karena banyaknya ulangan harian yang dia kerjakan. Mungkin karena itulah kekuatan charmspeak Zander jadi ikut melemah.
"Pulang sama Axel, ya?"
"Iya, Lily. Tuh, Axel udah datang. Sana, gih. Pulang."
"Oh iya! Yaudah aku pulang dulu, ya Zander sayang!" Gadis itu berbalik arah dan melangkah menuju Axel yang tengah berdiri sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.
Zander hanya bisa bergidig ngeri saat melihat Axel memberikannya tatapan tajam seraya tersenyum miring.
"Dadah, sayang!" Bahkan ketika tangan kanannya telah bergelayut di tangan Axel, Lily masih saja menengok ke belakang sambil tangan kirinya memberikan kiss jauh untuk Zander.
Huh. Zander mengembuskan napas kasar. Beginilah kehidupannya sebagai anak Aphrodite. Gadis-gadis dan ibu-ibu mungkin menyukainya, tapi tidak dengan kaum laki-laki. Mereka cemburu karena ingin menjadi dirinya.
Tetapi, meskipun banyak dikagumi orang-orang, Zander jadi tak memiliki banyak teman. Jumlah temannya saat ini bahkan bisa dihitung dengan jari. Tak ada yang bisa diajak berdiskusi karena setiap kali Zander berbicara, semua orang akan menyetujui perkataannya.
Zander merasa hidupnya benar-benar memuakkan sampai-sampai dia ingin sekali pergi dari negeri ini dan memulai hidup baru di tempat yang baru.
Sebuah ide terbesit dalam benaknya. Ide yang sebenarnya sudah lama dia pikirkan. Ide yang membuat hati dan otaknya berdebat. Hingga saat itu Zander telah memutuskan. Dia harus segera mengakhiri hidupnya yang memuakkan.
✧༺🕊༻✧
KAMU SEDANG MEMBACA
SON OF APHRODITE (UPDATE SETIAP HARI)
FantasyMempunyai wajah sempurna bak dewa yunani bukanlah keinginan Zander. Salahkan saja ibunya, Aphrodite sang dewi cinta dan kecantikan. Ya, Zander adalah seorang demigod. Tapi, apa kerennya menjadi seorang anak Aphrodite? Dia tak memiliki kekuatan super...