CHAPTER 12

12 3 0
                                    

✧༺🕊༻✧

"Charmspeak lo itu nggak akan mempan di gue, bodoh."

Tapi kenapa? Batin Zander langsung bertanya-tanya setelah mendengar penyataan itu.

Keduanya saling bertukar pandang. Manik mata gelap Sofia bertemu dengan manik mata biru Zander.

Meskipun telah dimaki sebagai 'demigod nggak berguna', Zander sama sekali tak mengambil hati perkataan Sofia itu. Lagipula apa yang dia katakan ada benarnya juga. Zander memang merasa dia adalah makhluk tak berguna, apalagi dengan label 'demigod'.

Dan semakin sering berbincang--atau lebih tepatnya berdebat dengan Sofia, semakin Zander terbiasa dengan gaya bicara gadis itu yang selalu frontal.

"Please, Sofia. Gue cuma ingin tahu sebenernya lo itu siapa." Penglihatan Zander terlihat sayu sekarang.

Sofia berdecak. Melihat Zander dengan wajah memelas seperti ini membuat hatinya sedikit luluh. Baiklah, Sofia memutuskan. Meskipun dia termasuk orang yang sangat menjaga privasi, tapi untuk kali ini mungkin tak ada salahnya memberitahu Zander siapa orangtuanya.

"Lo pengin tahu gue siapa? Gue Sofia, anak pertama dari Diana Rosalina," jawab Sofia.

Diana Rosalina.

Tentu saja Zander tahu siapa wanita itu. Dia adalah seorang pimpinan Magestic Magazine, perusahaan majalah terkenal yang ada di Indonesia, Australia, dan juga sedang merambah ke negara-negara Eropa seperti Prancis dan Italia. Selain sebagai pimpinan, Diana Rosalina juga dikenal sebagai salah satu designer terkenal yang karyanya selalu dipamerkan lewat dari majalah tersebut. Saat itulah Zander paham kenapa wajah Sofia terlihat sedikit familiar.

Dan saat itulah Zander tahu bahwa Sofia bukan anak dari seorang Dewi, melainkan Dewa Yunani.

"Itu berarti... ayah lo..."

Melihat ekspresi terkejut Zander, Sofia tersenyum miring. "Ya, ayah yang mengantar gue di hari pertama, so, dia--

"Adalah ayah Dewa lo--"

Zander benar-benar tak habis pikir. Itu berarti beberapa hari yang lalu seorang Dewa Yunani benar-benar hadir dan menginjakkan kakinya di SMA Esa Cakrawala?

Itu beenar-benar keren!

Sekaligus menyedihkan. Ya, menyadari hal itu membuat Zander merasa nelangsa bercampur iri pada Sofia. Gadis itu bisa berjalan beriringan dengan ayah Dewa-nya. Melihat dan berbicara dengannya secara langsung. Sedangkan Zander?

Jangankan berbicara, bertemu pun tak pernah. Zander bahkan berpikir jika Aphrodite memang tak pernah memperdulikan kehadirannya di dunia ini.

"Dan lo pengin tahu kenapa gue ngelarang lo pakai charmspeak itu? Karena lo menggunakan kekuatan itu untuk hal yang salah. Lo tahu nggak kalau yang lo lakuin itu bener-bener mencerminkan seorang pengecut."

Setelah menghadiahi Zander dengan pelototan, Sofia kembali berkutat dnegan layar ponselnya. Meninggalkan Zander yang hanya bisa mematung.

Siapa orangtua Sofia sebenarnya? Zander tak tahu, sedangkan Sofia terlalu sulit untuk dikelabuhi. Justru Zander sendiri yang mendapat makian.

Zander tak bisa memaksa gadis yang jelas-jelas menunjukkan rasa ketidaksukaan pada dirinya. Tapi, justru karena Zander diperlakukan seperti itu oleh seorang perempuan, yang mana ini adalah pertama kalinya seorang gadis dengan terang-terangan terlihat tak membencinya. Zander justru merasa senang?

•••

Hari demi hari berlalu dan setiap kali Zander mendapati tatapan dari Axel yang tak sengaja ia lihat di kantin maupun saat ia pulang, Zander semakin dilanda ketakutan.

SON OF APHRODITE (UPDATE SETIAP HARI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang