CHAPTER 10

9 3 0
                                    

✧༺🕊༻✧

Malam itu Sofia sedang terbaring di atas sofa apartemennya. Dia baru saja menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan guru matematikanya dua hari yang lalu. Ya, tepat di hari ia baru saja menjadi siswi baru.

Gadis yang kini hanya mengenakan tank top dan celana pendek itu mengembuskan napas perlahan. Alunan lagu dari Nirvana mengalun di air pods yang sedang ia kenakan di kedua telinganya dan hal itu selalu berhasil membuatnya lebih relax. Padahal musik rock adalah musik begajulan dan penuh suara yang cadas, sama sekali berbeda dengan music jazz yang mengalun lembut.

Sedetik kemudian, Sofia bangkit dari sofa untuk mengambil sepuntung rokok dan korek apinya. Ia menghisapnya penuh kenikmatan.

Tak seperti malam malam biasanya yang Sofia habiskan di luar rumah, entah itu dengan pergi ke klub seperti kemarin, nongkrong, atau keliling Jakarta menggunakan mobil atau motor. Malam ini Sofia hanya ingin mendekam di apartemennya.

Gadis itu berjalan mondar-mandir. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan mengenai Zander. Ya, tentang cowok yang merupakan anak dari seorang Aphrodite.

Ketika berada di sebuah cermin, Sofia melihat pantulan dirinya di sana. Ia memegang rambutnya yang masih sangat pendek untuk ukuran perempuan. Ia menyukai gaya rambutnya yang sekarang. Tapi tiap kali melihat rambutnya, sebuah luka lama seakan terbuka lagi.

Sebuah luka yang membawanya hingga di titik sekarang.

Sejak tadi Sofia bertanya-tanya apakah sebenarnya masalah besar yang ada di hidup Zander.

Apakah Axel?

Sofia menggeleng. "Nggak, nggak," gumamnya pada diri sendiri.

Meskipun ketahuan sering merundung Zander, tapi Sofia bisa mengetahui bahwa Axel bukan orang yang benar-benar jahat. Atau mungkin, belum terlihat tanda-tanda bahwa cowok itu orang jahat.

•••

Pulang sekolah kali ini Zander mempunyai janji dengan Camila untuk pergi ke toko buku. Keduanya memang ingin membeli sebuah buku untuk mengisi rak buku masing-masing.

Maka dari itu hari ini Zander tak menggunakan sepeda karena dia akan pergi dengan membonceng gadis itu.

Jam tiga tepat saat bel pulang berbunyi, Zander buru-buru keluar dari kelas. Ia berlari hingga sampai ke parkiran motor. Rupanya Camila juga sudah ada di sana.

"Nih, buruan, pake." Camila memberikan sebuah helm bogo berwarna cokelat kepada Zander. Dengan gesit cowok itu menggunakan helm itu.

Dalam hitungan beberapa detik, Zander sudah berada di jok depan dan motor matic berwarna abu-abu itu telah keluar dari parkiran. Camila pun sudah duduk di belakangnya Zander.

"Siap?"

"Siap dong!"

Zander menancap gas. Dalam hati ia sangat lega karena rencanya kali ini berhasil dengan lancar.

"Kamu mau beli apa Zan?" tanya Camila sesampainya di toko buku paling terkenal di Indonesia.

"Sebenernya aku belum tahu mau beli apa sih, Cam. Hehe. Kamu?"

"Aku mau beli Little Woman, Zan."

Zander mengangguk ramah kepada pramuniaga di tempat itu, wanita itu tersenyum ramah pada mereka berdua karena itu sebuah keharusan. Meskipun masih mengenakan masker, tetap saja kehadiran Zander cukup mencolok karena warna rambutnya yang begitu kontras. Hal itu membuat orang-orang yang melihatnya salfok, berbeda dengan para karyawan. Mereka sudah sering melihat Zander ke tempat itu.

SON OF APHRODITE (UPDATE SETIAP HARI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang