CHAPTER 6

9 2 0
                                    

✧༺🕊༻✧

Pulang sekolah kali ini, Zander sudah bersiap untuk mengikuti klub kesukaannya yaitu klub fotografi. Satu-satunya klub yang dia ikuti sejak kelas sepuluh. Di dalam tasnya dia telah membawa sebuah kamera.

Zander berdiri dari kursinya tepat setelah dia melihat Sofia keluar dari kelas. Kali ini Zander mengenakan masker dan topi untuk menyamarkan penampilannya. Dia ingin pergi ke taman dengan aman dan nyaman tanpa gangguan gadis-gadis yang bisa menghambat kehadirannya.

Klub fotografi memang sering melakukan pertemuan di luar ruangan. Bahkan tak jarang mereka juga melakukan hunting foto di suatu tempat supaya mereka bisa mengambil foto yang berbeda. Tapi kali ini, berdasarkan pengumuman yang Zander dapat dari grup chat, mereka melakukan pertemuan hari ini di taman belakang sekolah.

Selama berjalan di koridor, berkali-kali Zander merasa was-was kalau saja ada segerombolan gadis yang mencegatnya. Tapi rupanya dewi fortuna sedang berpihak kepadanya karena sore hari ini Zander tak menemukan suatu kendala apapun.

"Zander!"

Sebuah suara membuat Zander menoleh. Suara seorang gadis yang terdengar imut dan familiar di telinga Zander. Tepat setelah melihat siapa pemilik suara, senyum Zander terbit. Dia melambaikan tangannya dengan penuh antusias ke arah gadis itu.

"Hei, Camila!"

Gadis bernama Camila itu telah mengalungkan kameranya. Dia berjalan cepat ke arah Zander. Kedua matanya berkedip beberapa kali.

Ya, jadi Camila adalah salah satu-- oh bukan, satu-satunya teman yang Zander punya di sekolah ini. Hanya siswi kelas XI IPA 1 itu lah satu-satunya gadis yang tak tergila-gila dengan Zander. Bahkan, selama kurang lebih setahun ini, Zander belum pernah mendapat pujian mengenai fisiknya dari mulut Camila.

Zander tak tahu apa penyebabnya, tapi dia tak ambil pusing karena dengan adanya Camila, setidaknya Zander tak merasa terlalu kesepian. Setidaknya ada seseorang yang bisa ia ajak berdiskusi.

Setelah sampai di depan cowok itu, Camila tersenyum menampilkan sederet gigi-ginya. Tangan kanannya terangkat dan kakinya jinjit. Dia menyentuh topi hitam milik Zander. "Cie, topi baru!"

Zander nyengir dan terkekeh renyah dari balik maskernya. "Nggak, ini sebenernya topi milik ayah sih."

"Kamu nggak pakai kacamata? Tumben?" tanya Zander yang melihat Camila tak mengenakan kacamata. Biasanya, setiap hari cewek itu selalu mengenakan kacamata bulat.

Angin bertiup kencang dari ujung, cukup mengganggu Camila. "Iya, tadi pagi kelupaan." Dia mengucek mata kirinya yang retinanya tak lagi mempunyai warna.

Ya, mata sebelah kiri Camila buta.

Kebutaan itu dia dapatkan sekitar setahun yang lalu akibat kecelakaan motor yang dialaminya. Saat terjatuh karena ditabrak mobil dari arah yang berlawanan, saat itu juga mata kiri Camila mengenai benda tajam. Saat itulah, dia kehilangan penglihatan mata kirinya secara permanen.

Melihat Camila yang mengucek mata kirinya, Zander pun mencopot topi hitamnya. Sekarang terlihatlah rambut golden blonde bergelombangnya dengan jelas. Dia lalu memasangkan topi itu di kepala Camila.

"Kamu lebih butuh topi itu." Zander tersenyum tulus.

"Makasih, Zander," ujar Camila. "Buruan kuy, kita ke taman! Pasti anak-anak yang lain udah pada kumpul."

"Skuy!"

Mereka berdua berjalan beriringan dengan riang. Setelah melakukan pertemuan dan briefing dengan anggota dan ketua klub fotografi, mereka pun berpencar untuk memotret objek foto yang berada di sekitar area taman belakang sekolah.

SON OF APHRODITE (UPDATE SETIAP HARI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang