✧༺🕊༻✧
Sofia telah menghabiskan ice creamnya. Tangan kanannya lalu meraih paper bag dan beberapa shopping bag. Dia lalu berdiri. Tanpa berbicara apapun, dia melangkah hendak meninggalkan Zander.
Sebenarnya sejak melihat gelagat Sofia, Zander sudah bersiap. Bahkan saat Sofia berdiri dan melangkah, ia pun ikut berdiri.
"Sofia!" panggilnya. Zander berjalan cepat dan mensejajarkan langkahnya dengan gadis itu.
"Mau ke mana?" tanyanya sambil melirik wajah Sofia tang nampak tak acuh padanya. Zander berusaha mengenyahkan perasaan aneh terhadap Sofia yang baru saja memberinya kesempatan emas--menandakan bahwa gadis itu peduli padanya, tetapi sekarang malah mengacuhkannya seperti ini.
"Gue mau pulang karena udah selesai belanja."
"Boleh gue bantu bawain barang-barang itu?"
Sofia menghentikan langkahnya, diikuti oleh Zander. Cewek itu lalu tersenyum dan berkata, "Oh, boleh lah!"
"Nih!" Dan dia pun menyerahkan semua--benar-benar semua paper bag dan tas plastik yang ada di tangannya. Perlu digarisbawahi bahwa belanjaan Sofia kali ini adalah belanjaan mingguan. Seluruh keperluan hidupnya selama satu minggu ke depan. Meskipun kebanyakan adalah makanan atau bahan makanan.
"Lo bawain sampe apartemen gue ya."
Zander berkedip beberapa kali. "Lo tinggal sendirian?"
"Yep, emang kenapa?"
"Nggak kenapa-kenapa, berarti lo udah mandiri ya."
"Nggak juga. Uang juga masih dikasih sama nyokap."
Zander mengangguk paham. "Sejak kapan lo tinggal sendiri?"
"Sejak kapan ya? Hm, kelas sembilan kayaknya. Atau delapan ya? Nggak tau deh, lupa."
Mereka berjalan keluar dari mall, sambil terus berbincang. Sejenis perbincangan yang terasa kaku di awal. Sofia dengan sikapnya yang 'suka-suka' baik ketika menjawab atau ketika membicarakan sesuatu, dan Zander yang selalu ingin tahu tentang Sofia dan menyesuaikan diri dengan cewek itu. Tak heran kenapa sejak awal berbicara dengan Sofia, Zander menggunakan Lo-Gue bukannya Aku-Kamu.
"Lo nyetir mobil?" tanya Zander saat baru menyadari kalau mereka berjalan ke parkiran mobil, bukan motor.
"Iya lah. Ya kali gue mau bawa barang belanjaan sebanyak ini pakai motor."
"Oh iya juga."
"Lo sendiri ke sini pake apa? Sepeda?" Sofia asal tebak. Tapi Zander mengangguk.
"Iya. Seperti biasa. Ke mana aja, kapan aja. Selalu pakai sepeda." Cowok itu tersenyum. Sama sekali tak malu dengan ucapannya.
Saat berada di depan mobil jenis SUV hitam yang Zander pikir adalah mobil Sofia, Sofia tak langsung membuka mobil itu. Dia seakan mematung di tempat. Dari samping, Zander bisa melihat mata gadis itu yang menatap ke depan dengan waspada, seakan-akan ada ancaman. Tetapi di depan mereka hanya ada mobil itu.
Zander bertanya-tanya dalam hati, Sofia kenapa?
Sedetik kemudian gadis itu langsung merogoh saku yang ada di roknya-- ya kali ini Sofia menggunakan rok dengan aksen rantai. Ia mengambil ponselnya dan bergegas menelfon seseorang. Kening Zander berkerut melihat raut wajah Sofia yang berubah jadi cemas.
"Halo, dek, lo di mana sekarang?" tanya Sofia kepada seseorang di seberang sana.
"Hah?! Jangan. Please, kali ini nurut sama gue. Jangan keluar dulu hari ini. Pokoknya jangan, oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SON OF APHRODITE (UPDATE SETIAP HARI)
FantasyMempunyai wajah sempurna bak dewa yunani bukanlah keinginan Zander. Salahkan saja ibunya, Aphrodite sang dewi cinta dan kecantikan. Ya, Zander adalah seorang demigod. Tapi, apa kerennya menjadi seorang anak Aphrodite? Dia tak memiliki kekuatan super...