✧༺🕊༻✧
Setelah puas membawa Zander jalan-jalan menggunakan motor kesayangannya, Sofia mengantar cowok itu ke tempat semula, yaitu coffeeshop tempat mereka bertemu tadi agar Zander bisa mengambil sepedanya.
Saat melihat Zander turun dari motornya, Sofia benar-benar terkejut melihat penampilan rambut cowok itu yang sama sekali tak berantakan. Padahal tadi Sofia sengaja menancap gas dengan kencang supaya bisa melihat Zander dengan penampilan yang sedikit 'acak-acakan'.
Tapi lihatlah dia sekarang, hanya dengan menggunakan jari jemarinya, Zander menyugar rambut dan seketika rambutnya yang berwarna semanis jajan rambut nenek itu rapih seperti semula.
"Thanks, Sofi." Zander tersenyum tulus pada Sofia.
"Wait? Nope! Jangan pernah panggil gue nama itu lagi. Nama gue Sofia, bukan Sofi atau Fia," ujar Sofia dengan tegas. Dia paling benci dengan orang yang menyebut namanya setengah-setengah.
Sofia adalah nama yang paling pas dan cantik yang Sofia sukai. Selain karena artinya yang bagus yaitu kebijaksanaaan, nama itu juga pemberian dari ayahnya sendiri. Sedangkan Alina dan Rosemary adalah nama pemberian dari mamanya.
"Oh okay, sorry."
Hari beranjak malam saat itu, matahari telah terbenam. Tapi tempat itu justru semakin ramai, kebanyakan pengunjungnya adalah kaum hawa. Dan hal itu membuat Zander bergegas pergi dari tempat itu.
Pemuda itu tersenyum terakhir kali melihat Sofia yang telah duduk di atas motornya, kepalanya dibalut dengan helm berwarna hitam tapi Zander masih bisa melihat wajah gadis itu.
Sofia tak mengatakan apapun saat dia mulai menancap gas, dia hanya menurunkan kaca helmnya. Lagipula ia pikir sudah terlalu banyak basa basi dengan Zander hari ini.
"Hati-hati, Sofia!" seru Zander saat melihat gadis itu mulai meninggalkannya.
Zander menaiki sepedanya, dia mengendarai sepeda itu dengan hati yang berbunga-bunga. Dia bahkan sudah lupa fakta bahwa beberapa jam yang lalu dia dibully Axel.
•••
Tak lama setelah Sofia pulang ke apartemennya, dia yang sudah mandi dan rapi berniat untuk berkunjung ke apartemen Axel. Di depan cermin, Sofia mematut dirinya. Ia menata rambut hitam cepaknya.
Celana ripped jeans ketat, kaos stripes dan sentuhan kalung silver, tak lupa juga sneaker converse. Itu adalah style pakaian Sofia untuk sehari-hari.
Gadis itu keluar dari apartemennya untuk menginjakkan kaki di depan pintu apartemen Axel. Setelah memencet bel beberapa kali, akhirnya sang tuan rumah pun keluar dari sangkarnya.
Dia tengah bertelanjang dada dan celana jins hitam sebagai bawahannya. Oh dan jangan lupakan juga rambutnya yang nampak masih basah.
Untung saja Sofia bukan tipikal cewek lugu yang akan langsung berteriak atau menutup kedua matanya saat melihat pemandangan roti sobek seperti saat ini. Pemandangan semacam ini sudah menjadi makanan sehari-hari Sofia semenjak dia SMP mengingat begitu banyaknya ia bergaul dengan cowok. Bukan sembarang cowok tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SON OF APHRODITE (UPDATE SETIAP HARI)
FantasyMempunyai wajah sempurna bak dewa yunani bukanlah keinginan Zander. Salahkan saja ibunya, Aphrodite sang dewi cinta dan kecantikan. Ya, Zander adalah seorang demigod. Tapi, apa kerennya menjadi seorang anak Aphrodite? Dia tak memiliki kekuatan super...