Malam harinya.
Seonghwa dan kawan-kawan mulai khawatir dengan keadaan Hongjoong, sahabat mereka. Karena sedari tadi, ia sangat sulit untuk dihubungi. Ditelepon nggak diangkat, di-WA juga nggak dibalas. Mereka semua juga merasa resah dan gelisah, terutama Seonghwa. Tanpa henti ia mondar-mandir di ruang tengah kosan. Tak hanya itu, Jongho juga sedari tadi berzikir dengan tasbihnya, biar dirinya nggak semakin khawatir.
"Nggak biasanya bang Hongjoong jadi susah dihubungin kayak gini" gumam San.
"Iya. Biasanya dia yang paling fast respond" sahut Yunho.
"Udah. Tenang aja. Siapa tahu hapenya rusak" kata Wooyoung.
"Eh, emang lo nggak khawatir apa, sama bang Hongjoong?" tanya Mingi.
"Ya khawatir lah, Gi. Cuma, gue berusaha untuk tetap berpikir positif"
Tiba-tiba, ponsel Jongho berdering. Ia meletakkan tasbihnya ke atas meja, lalu mengambil ponselnya.
"Eh, mas Bumjoong nelpon!" serunya.
Rupanya, ada telepon masuk dari Bumjoong. Jongho segera mengangkat teleponnya, sementara yang lainnya ikut nimbrung mendekatinya.
"Halo?" sapa Jongho. "Wa'alaikum salam. Ada apa, mas?"
Yang lainnya memperhatikan dengan seksama obrolan Jongho melalui sambungan telepon.
"Nggak jadi?! Kenapa, mas?! Innalilahi wa inna ilaihi raji'un..." ucap Jongho.
Yang lainnya ikut terkejut mendengar perkataan Jongho tadi dan mulai merasa cemas.
"Pasti bang Hongjoong merasa sedih denger kabar itu. Kita semua turut berduka atas peristiwa itu. Kita doakan, semoga keluarganya mbak Karina, serta bang Hongjoong diberikan kekuatan dan ketabahan. Ya udah, makasih ya mas, udah ngasih tahu saya. Iya, nanti saya kasih tahu ke yang lainnya. Wa'alaikum salam" ucap Jongho lagi, tapi kali ini dengan nada sendu.
"Kenapa, Ho?!" sahut Wooyoung.
Jongho terdiam sejenak, lalu menjawab, "Bang Hongjoong nggak jadi nikah, karena mbak Karina... tewas karena kecelakaan"
Yang lainnya serentak mengucapkan, "Innalilahi wa inna ilaihi raji'un..."
Tentu mereka semua mulai merasa lemas mendengar kabar dari Bumjoong, yang diberitahukan oleh Jongho barusan.
"Ya Allah... Pasti bang Hongjoong bakalan sedih denger berita itu" kata Yeosang.
"Pantesan dari tadi Hongjoong nggak bisa dihubungin" ucap Seonghwa sedih. "Gue nggak bisa ngebayangin gimana sedihnya dia..."
San menepuk-nepuk pundak Seonghwa, sembari berkata, "Sekarang gini aja. Kita doain, semoga bang Hongjoong diberikan ketabahan"
"Aamiin..."
****
Lima hari kemudian.
Hari ini, seharusnya jadi hari yang bahagia buat Hongjoong. Tapi, harapannya untuk menikahi gadis pujaan hatinya itu telah sirna sudah, karena gadis itu sudah keburu dipanggil Tuhan akibat kecelakaan.
Sudah lima hari lamanya Hongjoong mengurung diri di rumahnya, sambil sesekali menangis. Ponselnya terlihat sudah mati, karena kehabisan baterai. Pulungan kertas tisu juga berserakan dimana-mana. Dia benar-benar sedih, tak terima menghadapi kenyataan bahwa Karina akan meninggalkannya secara tragis menjelang pernikahannya.
"Ya Tuhan... Kenapa Engkau berikan aku ujian seperti ini??? Kenapaaa??? Huhuhu..." ucapnya sambil menangis dan menjambak rambutnya. "Aku nggak sanggup nerima ujian seperti ini, Tuhan. Aku bener-bener nggak sanggup..."
KAMU SEDANG MEMBACA
l o g i n || ATEEZ (Hongjoong) [✓]
Fanfiction[The prequel of "SATU ATAP"] "Hongjoong, lu abis login, ya?" "Login? Lu kata Facebook?" Karena mendengar lantunan ayat suci Al-Quran, Hongjoong memutuskan untuk menjadi mualaf. Setelahnya, banyak kejadian unik dan aneh yang menguji keimanannya. Akan...