Hari in-- UWAGHH!!!
Yusuke pov
Pagi yang cerah, sangat cocok untuk berburu ayam di halaman belakang, lalu setelah itu akan kujadikan sate dan kujual didepan rumah, inilah hariku sebagai tukang sate depan rumah.
"ANIKIIII!!! AYAM-AYAM AKU!!! HUWAAAA!!!!"
Dan tentu saja, hariku yang damai diganggu oleh Liura yang menangis, ntah kenapa.
Tak berselang lama, aku pun mendapatkan pelanggan pertamaku.
"Selamat pagi menjelang siang, wihhh!! Sejak kapan mang Yusuke menjual sate?" tanya seorang bocah yang sepertinya kukenal, Kosame bukan ya. Aku tampak berpikir.
"Mang!! Aku mau satenya, berapaan per tusuknya mang?" ujar Kosame memecah lamunanku.
"Mau berapa tusuk dek? Satunya 25 yen ini" ujarku sendiri.
"100 tusuk! Bercanda 2 tusuk aja, aku cuman dikasih uwang 100 yen sama Iruma" Kosame cemberut.
Perasaan elu bukan bocah dah, bisa-bisanya minta uwang ke Iruma, emang Iruma bapak lo!?
"Ini dek satenya, diabisin ya nanti si merah nangis" ujarku.
"Siap mang!" Lalu bocah itu atau Kosame pun pergi, namun aku masih bisa mendengar ocehannya. "Besok minta ke Ran aja ah! Siapa tau aku dikasih 1000 yen" ocehnya.
Idih OOC betul ntu bocah.
Pandanganku teralihkan dengan Maro yang melakukan peregangan disebelah stan tempatku berdagang.
Tunggu sebentar ada yang berbeda dengannya hari ini, tapi apa ya? Hmmm....
Bjirrr!! Itu sarung dia dapet darimanak cok!?
Sejak kapan Maro sarungan!?
"Aniki juallan sate? Biar apa juallan sate?" tanya Maro.
"Gabut, mening bisnis" ujarku.
"Tapi Liura kenapa nangis?" tanya Maro.
Aku menatap Liura sekilas. "Nggak tau" ujarku.
"Huwaaaa!! Maro!!! Aniki jadiin ayam-ayam aku sate!!! Huwaaaa!!!" ujar Liura yang gelantungan di lehernya Maro.
"Ayam kamu nakal! Tiap pagi berkokok teruss!! Ganggu aku tidur tawu!" kesalku.
"Ya kan tiap pagi ayam emang berkokok! Sejak kapan ayam berkokoknya malem!" ujar Liura.
"Kalau malem berarti ada anomali" ujar Maro.
"Udah jangan bahas itu!" kesalku.
"Huwaaaa!!!" Liura nangis lagi.
"Udah, udah, yang penting Piyomaru nggak dijadiin sate sama Aniki" ujar Maro yang mencoba menenangkan Liura.
Selagi Maro yang sibuk menenangkan Liura yang menangis, aku kembali fokus dengan daganganku.
Tak berselang lama aku kedatangan pelanggan lagi.
"Mang! Mau satenya dua tusuk" ujar orang tersebut yang tak lain adalah Relu.
"Boleh dek, sebentar ya" ujarku lalu menyiapkan pesanannya.
"Mang! Ada sate kelinci nggak? Kalau nggak salah bukannya ada temen mang yang melihara kelinci!?" ujar seseorang yang tiba-tiba muncul disebelah Relu, Arkhe namanya, namun tak lama kemudian muncul sendal terbang yang mengenai kepalanya.
"WOEY! BOCAH GENDENG!" ujar pelaku pelemparan sendal yang tak lain adalah Sho.
kasian dilempar sendal.
Aku memberikan bungkus sate yang dipesan oleh Relu padanya.
"Wih! Makasih mang!" ujarnya senang lalu berlari ntah kemana.
"Mang beli satenya dong 3 tusuk" ujar Suchi.
Aku pun memberikan bungkus sate pada Suchi.
"Makasih mang! Lumayan buat temen makan nasi" ujarnya lalu berlari ala-ala ninja.
Aku menatap heran padanya.
"Mang! Beli!!"
Ya kegiatanku sama seperti itu melayani pelanggan dan mengumpulkan pundi-pundi yen sampai sore hari menjelang dan sate yang kujual habis, aku menatap bangga pada diriku karena berhasil menjual semua sate yang kubuat.
"ANIKI!!! HUWAAAA!!!"
Ni bocah daritadi belum selesai-selesai nangisnya, aku pun mendekati Liura lalu menenangkannya.
"Beli kentang sama anak ayam yuk" ujarku.
Liura menatapku dengan wajah sembab karena menangis daritadi.
"Beneran?" tanyanya seakan tidak percaya padaku.
"Ingyah" kataku.
Tatapan tidak percaya tadi berubah menjadi sumringah, ia pun menarikku pergi.
"Kentangnya yang ukuran besar ya!" ujarnya.
"Tapi nanti kalau Naiko marah gimana? Sebentar lagi kan waktunya makan malam" ujarku.
"Bilang aja kalau Aniki tidak mau membelikannya!" marahnya.
"Iya iya ayo beli semau yang kamu mau" ujarku yang kembali membuatnya senang.
Lagian sebagian modalnya dari Liura dia juga harus dibagi, kapan-kapan aku mau juallan ayam geprek ah.
Yusuke pov end
Sementara dirumah
Naiko mengabsen satu per satu bocah-bocahnya.
"Hotokechi!" ujarnya.
"Hadir!" sahut Hotoke.
"Sho-chan!" ujarnya lagi.
"Hadir!" sahut Sho.
"Aniki!" ujarnya namun tidak ada yang menyahut. "Loh? Kemana dia? Liura!" ujarnya lagi namun responnya sama. "Kalian liat mereka tidak?" tanyanya pada ImuSho yang direspon gelengan kepala oleh mereka.
"Nggak tau! Kita nggak liat" ujar Sho yang diangguki Hotoke.
"Maro!!!" Naiko berlari menghampiri IF, apalagi kalau bukan disuruh nyari Piyoniki.
Lagian dah mau malem malah keluar rumah, kan dicariin tuh sama yang dirumah 😞. Lah perasaan mereka bukan bocah dah :v/plak.
Tamad-
Ehehehehehehe maaf aku baru update, ehehehehehehehe/plak
Terima kasih sudah mau membaca dan menunggu. Dadah (・∀・)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dadu Story
FanficBuka aja kalau penasaran ( ◜‿◝ )♡ Cerita ini hanya fiksi belaka, tidak ada sangkut pautnya sama yang asli Mengandung OOC Kadang nyampur ama yang lain