35. Menutupi Lebam.

23.6K 2.5K 192
                                    

Holaaaa!

Sebelum membaca jangan lupa tekan bintang.♡

Sumpah kalian nagih up pan story kek nagih hutang.(╥﹏╥)

Typo tandai!
.
.
.
.
.
Ceceran jejak kaki mungil yang basah, terlihat memenuhi lantai. Jika ditelusuri lebih jauh lagi. Jejak kaki itu berasal dari mahluk bulat yang sedang bertelanjang dan jika di perhatikan lagi mahluk bulat itu sedang kesusahan menarik sebuah kursi.

Balita gembul itu lekas naik ke atas kursi setelah berhasil menariknya, rupanya ia ingin bercemin. Sedetik kemudian terlihat raut mukanya yang cemberut. "Wajah tampan Bonbon jadi ilang!hump!" Bonnie mengusap pipi bulatnya yang membiru. Dagu dan lututnya sudah sedikit mengering ia tak memakai perban lagi, papa Devan memberi Bonnie obat yang bagus rupanya. Tapi lebam akibat pukulan itu masih ada karena Bonnie termasuk balita yang putih. Jadi bekas itu terlihat sangat jelas di pipinya.

Bonnie nampak berpikir ia tak sengaja melirik samping mejanya ada bedak bayi yang biasa onty Maria pakaikan diwajah dan tubuh gembulnya, Bonnie seketika punya ide! Ia lalu mengambil bedak bayi itu dan membubuhkannya di area sekitar wajah.

"Macih kulang...," Balita itu mulai  bergumam. Lalu karena merasa tidak puas ia mengambil bedak bayi yang masih ada di dalam botol dan menggoyang-nggoyangkannya sampai bedak itu jatuh berhamburan memenehui wajah dan juga rambutnya.

Bonnie lantas menghadap cermin wajahnya sudah putih semua, balita itu terlihat seperti sebuah adonan tepung. " Cudah celecai! Bonbon cudah tampan!" Balita itu menjentikkan jemari gembulnya dan bergaya menghadap cermin.

Lantas ia turun dari sana. Untuk mencari baby diapers yang biasa ia pakai. Jika ada yang bertanya kemana pengasuhnya Maria? perempuan itu sedang ada di dapur untuk membuat camilan makan siang tuan muda kecilnya.

Bonnie yang tadi merasa gerah  memutuskan mandi sendiri tanpa memanggil pelayan sekalian memandikan mister Pedro. Makanya tidak ada yang tau jika balita itu sedang berbuat sesuatu yang random pada wajahnya.

"Mictel Pedlo Bonbon cudah tampan kan!"

"Kwok!"
.
.
.
.
.
Selesai dengan apa yang ia lakukan balita itu berjalan dilorong, Bonnie ingin menemui onty Maria, sekalian meminta jatah camilannya. Namun saat melewati kamar sang kakak Ace balita itu malah penasaran dan mencoba mengintip ke dalam karena mendengar suara berisik.

"Tembakkk kalahkan musuhh!" Alan yang rupanya sedang bermain game sesekali bergumam geram ke arah layar.

"Berisik!" Elen menutup wajahnya dengan comic Ace, perempuan tomboy itu sedang berada di atas tempat tidur Ace sambil membaca comic dan amat kesal mendengar gerutuan saudara kembarnya dari tadi. Ia jadi tidak fokus membaca!

Alan mengabaikan protesan saudarinya. Ia tetap fokus memainkan game, namun sedetik kemudian Alan merasa bahwa ada yang mengintip kegiatan mereka. Alan pun menengok ke arah celah pintu yang sedikit terbuka. Matanya seketika terbelalak karena melihat anak kecil yang wajahnya putih semua dan hanya kelihatan kedua bola mata coklatnya saja. Ditambah lagi anak itu dalam kondisi setengah telanjang.

"Bayi Setannnnn!" jeritnya sambil melemparkan ipadnya. Elen juga dengan cepat bangun dari tidurnya karena mendengar suara jeritan dari Alan.

"Ada apa kau ini?" Elen berkacak pinggang.

"A-ada hantu an-anak kecil!"

Brak... Pintu kamar mandi terbuka nampak Ace keluar dari sana. "Ada apa kenapa berisik sekali?!"

"A-ada setan?" ujar Alan sambil menunjuk-nunjuk pintu kamar Ace.

"Mustahil!" ucap Ace, "mana ada setan siang-siang begini."

BONNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang