51. Tingkah mencurigakan

20.5K 2.4K 199
                                    

Bonnie : Aloooooo Onty, Uncle! Bonbon kangen Onty, Uncle cemuana loh♡
#Flying_kiss.

Cebelum baca kicah aku tekan bintang dulu yah cupaya onty penulic cemangat tulic kicah aku♡♡♡
.
.
.
.
.
.
Balita itu menunduk dengan tangan di belakang punggung. Bonnie asik menatap sepatunya yang bergambar Donal bebek ketika sang ayah mulai mengomel.

"Jadi siapa yang salah?" Dominic kembali menegaskan setelah berbicara panjang lebar.

Balita itu mulai mengerucutkan bibirnya,"Bonbon yang calah kalena ambil telul dali mommy buaya..."

Dominic menghela nafas sebelum melirik ke arah putranya yang lain, sudah besar tetapi Dominic selalu pusing akan kelakuannya siapa lagi kalau bukan putra ketiganya.

"Ace kembalikan telur-telur itu kita tak mungkin memeliharanya, telur itu akan mati sebelum waktunya menetas dan sebagai gantinya motor kesayanganmu daddy sita!"

"Apa? Tidak adil kenapa aku kena hukum juga?" Ace nampak mengomel dan sibuk menggerutu.

"Apakah kau perlu bertanya? Kau membahayakan adikmu!"

"Tapikan...," kata-katanya tercekat karena tatapan tajam dari Dominic. "Baiklah..." Ace tertunduk lesu dan mulai melangkah menuju pintu keluar. Ace tidak bisa pergi balapan kali ini, sungguh menyedihkan!

Melihat sang kakak keluar pintu, Bonnie dengan inisiatifnya sendiri mulai berjalan dan berdiri menghadap tembok seperti hukumannya yang lalu-lalu ketika berbuat ia nakal.

"Putra daddy sedang apa?" Dominic bertanya saat melihat putra gembulnya berdiri menghadap tembok.

"Menjalani hukuman cepelti biacana," Balita itu berkata sambil tetap mempertahankan pose menghadap tembok. Kepalanya menunduk dan bahunya tampak turun dengan lesu.

"Kemarilah putra daddy tidak akan dihukum kali ini."

Bonnie menoleh melihat ke arah sang ayah. "Wah celiuc Bonbon tidak dihukum daddy?"

"Tidak, kemarilah atau daddy berubah pikiran." Dominic menepuk pahanya menyuruh Bonnie untuk duduk di pangkuan.

Mahluk gembul itu kemudian dengan cepat menghampiri sang ayah dan naik ke pangkuan Dominic.

"Daddy hanya khawatir..." Dominic mencium rambut lebat itu.

"khawatil napa daddy? kan Bonbon baik-baik caja." Bonnie memandang Dominic dengan tatapan polos khas anak-anak.

"Tentu saja khawatir kalau kau dimakan buaya atau terluka bagaimana?"

"Eh, jadi mommy buaya makan olang? Bonbon pikil meleka makan cayul..."

Dominic menyugar rambutnya ke belakang seraya merotasikan matanya ke atas mendengar penuturan sang putra. Daddy tampan itu kemudian membalikkan tubuh berlemak putranya menghadapnya.

"Dengar, Simba, piranha dan buaya itu makan daging termasuk dagingmu ini. Jadi harus hati-hati." Dominic mencubit pelan, lipatan lemak di tangan gembul itu.

Mata Bonnie melebar, ia terbelalak lucu memandang sang ayah dengan tatapan terkejut. "Bonbon tidak puna daging Bonbon kuluc!" Balita itu mulai menggeleng brutal. Pokoknya Bonnie adalah balita kurus yang hanya punya tulang saja, mungkin itulah perinsipnya Bonnie.

Tetapi facta di lapangan membuktikan bahwa semua hanya angan-angannya saja.

Dominic menghela nafas, ayah keren itu seketika akan merasa cepat mati bila terus meladeni ungkapan absurd sang putra.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya ketika matahari pagi telah terbit Bonnie telah bersiap-siap pergi ke sekolah seperti biasanya. Bocah gembil itu bahkan terlihat membawa banyak barang, hari ini onty Maria membuatkan banyak kue kering lucu untuk Bonnie dan balita itu rasa ia dapat membaginya dengan teman-temannya di sekolah!

BONNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang