41. Ayah minta maaf

22.8K 2.7K 167
                                    

"Alooo!
Bonbon hadil di bab ini untuk menghibul onty, uncle cemua!"
(,,>﹏<,,)

"Celamat membaca jangan lupa tekan bintang Cebelum membaca onty, uncle! Cupaya penulic cemangat tulic kicah aku!"⸜(。˃ ᵕ ˂ )⸝
.
.
.
.
.
.
Happy reading!
.
.
.
Enjoy!♡
.
.
.
.
.
.
TYPO TANDAI!
.
.
.
.
.
Dominic dengan tergesa-gesa memasuki sebuah rumah sakit kecil yang terletak di pinggiran desa. Vilanya memang berada di dekat kaki bukit jauh dari pusat keramaian. Tadi memang ia sempat mampir ke sana. Namun penjaga vilanya mengatakan bahwa tuan muda kecil mereka di bawa ke rumah sakit kecil semacam klinik yang ada di desa.

Mereka sebenarnya ingin membawa Bonnie ke rumah sakit adik tuan besarnya yang lebih besar dan terletak di pusat kota namun mereka takut masalah belum selesai dan itu membahayakan tuan muda kecil mereka.

Clek. pintu ruangan itu terbuka nampak disana Dominic dengan wajah sedikit kacau memasuki ruang di mana putranya terbaring.

"Tuan besar!" Maria berdiri dan menghampiri Dominic. " Tuan muda kecil menjadi demam tinggi sejak di bawa kemari, dia tidak mau makan dan selalu bertanya tentang anda dan kakak-kakaknya." Maria lantas menjelaskan perihal sakitnya Bonnie.

"Dia nampaknya terlalu merindukan kami. Keluarlah, kemasi barang-barangnya, kita akan pindah ke rumah sakit Devan." Perintahnya pada Maria.

"Baik..." Maria lantas menuruti perintah tuan besarnya. Ia keluar dari ruangan dan meninggalkan kedua ayah dan anak itu sendiri.

Dominic menghampiri putranya yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Pria tampan itu mencium tangan gemuk sang putra yang nampak mungil dalam genggamanya. " Maafkan daddy boy.." Air matanya kembali menetes. Dominic menyesal tidak mengenali putra kandungnya sendiri walau ia memberi Bonnie kasih sayang yang bahkan melebihi kakak-kakaknya yang lain, namun penyesalan di masa lalu membuat hatinya kian sesak.

Entah kenapa ketika Bonnie mencium bau yang familiar. Harum tubuh sang ayah. Balita gembul itu lekas membuka matanya perlahan.

Terlihat di balik iris ke cokelatannya sang ayah sedang menggenggam tanganya dengan wajah menuduk dan air mata yang sesekali menetes

Mata lucunya membulat, "Daddy napa nangic? Bonbon hana cakit bukana mati." Bocah gembul itu berucap dengan polos. Bonnie tadi tertidur namun saat ia terlelap Bonnie mulai mencium bau tubuh daddynya. Bonnie rindu ayahnya yang keren! makannya bocah gembul itu dengan cepat membuka mata. Namun kenapa ayahnya malah menangis?

Dominic memeluk tubuh mungil itu tanpa menyakiti tanganya yang sedang diinfus. " Maaf maafkan daddy maaf.." Ulangnya.

Melihat ayahnya yang keren dan jarang menangis membuat balita tiga tahun itu sedikit kebingungan. Apa seseorang telah menyakiti daddynya. Kenapa daddynya menangis apa ada orang jahat?

Pipinya mulai menggembung, air mata sudah mengenang di kedua mata bulatnya yang menggemaskan. "Huwaaaa!" Balita itu mulai menangis keras karena berpikir bahwa ada yang menyakiti Dominic.

"Eh?" Dominic terbengong melihat putra bungsunya menangis. "Kenapa putra daddy menangis apa ada yang membuatmu sakit?"

Balita itu tidak menjawab pertanyaanya, Bonnie malah bertanya hal lain. "Daddy mana olang jahatna hic. Nanti Bonbon pukul pala na Huwaaa!"

Dominic mulai tersenyum geli pria itu akhirnya mulai paham apa yang dimaksud putra kecilnya. Balita itu pasti berpikir bahwa seseorang telah menyakiti Dominic makanya ia menangis keras.

Dominic memeluk buntalan bulat itu dengan lembut. " Tenanglah tidak ada yang menyakiti daddy.."

"Tluc napa daddy nangic hic!" Balita itu memandang Dominic dengan mata berair

BONNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang