53. Keinginan absurd si gembul

18.2K 2.3K 172
                                    

Halooo! gimana kabar kalian?

Btw aku baru libur 3 hari dah pada tantrum wkwkwk kelamaan yak maaf penulis cuman manusia biasa yang kadang sibuk juga hiks!

Jangan lupa tekan bintang dulu sebelum membaca!♡♡♡

Typo tandai!
.
.
.
.
.
Dominic memandang adiknya dengan tatapan datar, pria tampan itu duduk dengan gaya angkuh sambil memandang Devan yang terduduk bersama wanita di depannya. Secara tak kasat mata juga Dominic bisa merasakan bahwa ada aura merah muda di antara keduanya.

"Jadi kalian sudah saling kenal?" ujar Dominic dengan nada yang terkesan malas.

Devan mengangguk kaku, Ana juga sesekali tersenyum canggung.

"Lalu apa ini bunga darimu? yang sengaja kau titipkan pada putraku?" Dominic menunjuk rangkaian bunga mawar besar yang berada di atas meja. Ayah tampan itu hanya sedikit menduga karena tingkah adiknya dan guru putranya yang nampak canggung. Mungkin memang ada sesuatu di antara mereka berdua yang secara tidak sengaja Dominic lewatkan.

Devan gugup, apakah keponakannya yang imut itu telah membongkar tentang kesepakatan mereka berdua? hingga sang kakak, Dominic memandang dirinya dengan tatapan sedikit curiga?

Devan lantas memandang balita gembul di pangkuan Dominic yang asik bersembunyi di balik ketiak sang ayah, kebiasaan si gendut bila merasa takut.

Bonnie memang sengaja menenggelamkan diri di sana karena takut dengan papanya. Padahal Bonnie sudah berusaha patuh dengan tidak mengatakan hal yang sesungguhnya. Tapi balita itu rasa bahwa ia akan kena marah, makanya Bonnie bersembunyi di balik tubuh daddynya.

Sambil mengemut pacifier Bonnie nampak asik dengan dunianya sendiri mengabaikan papanya yang memandang punggung penuh lipatan lemaknya dengan tatapan curiga.

Devan menghela nafas sebelum mengangguk kaku seraya tersenyum canggung. "Maaf, tapi sebenarnya memang aku yang memberi bunga itu..."

Ungkapan tersebut membuat wanita di sebelahnya nampak kaget. "Ah jadi anda yang memberikan bunga?"

"Ana se--sebenarnya aku tertarik padamu tidak maksudku aku menyukaimu.." Devan lagi-lagi menggaruk belakang kepalanya canggung kata-katanya nampak gagap.

Mendengar pengakuan Devan pada guru putranya Dominic berdehem, adiknya cupu sekali menyuruh anaknya yang imut memberikan bunga, seharusnya berikan saja sendiri tak perlu menyuruh bayinya yang lucu!

Dominic melirik ke arah guru putranya yang nampak malu-malu. Sepertinya mereka berdua memang sama-sama memiliki perasaan.

"Nona jika memang kau juga menyukai adikku langsung saja menikah, aku takut dia akan melajang seumur hidup bila tak segera menikah," Ejek Dominic ke arah Devan.

Devan seketika ingin mengumpat ke arah kakaknya namun kata-katanya tercekat di tenggorokan. Devan ingat bahwa ia harus menjaga image di depan Ana kalau tidak image dokter penuh kewibawaannya akan jatuh.

Ana tertawa mendengarkan pertengkaran kedua saudara itu, " um, sebenarnya saya juga cukup menyukai anda...," ujar guru muda itu dengan malu-malu.

"Eh, benarkah?" Mata Devan menatap tak percaya ke arah Ana, Mereka memang sudah hampir beberapa bulan melakukan pendekatan dan Devan baru tahu bahwa guru dari keponakannya juga menaruh rasa terhadapnya.

"Um..." Ana mengangguk.

Dominic merotasikan matanya ke atas ia malas menyaksikan tingkah dua sejoli yang sedang dilanda mabuk cinta itu. Apa Dominic hanya seekor nyamuk?

"Daddy meleka bicala apa cih Bonbon tidak mengelti?" Dominic menoleh ke arah sang putra.

"Anak bayi dilarang mendengarkan percakapan orang dewasa..." Bonnie cemberut ketika mendengar hal itu.

BONNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang