𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟏𝟑

1K 171 31
                                    


***

Hari minggu telah tiba, [name] yang baru saja turun dari kamarnya untuk mengambil buah dipanggil sang Ayah.

"Kemari, nak."

[Name] menoleh lalu berjalan ke arah sang ayah, ia kemudian duduk di samping ayahnya yang menepuk sofa.

"Ada apa, ayah?" tanya [name].

"Temani ayah nonton balapan." ucapnya dengan pandangan yang sudah terfokus mengarah ke benda lebar persegi empat itu.

Ayah [name] sedang menonton tayangan sepeda balap, "Lihat! Itu kru favorit ayah sekarang, Light Cavalry." ucapnya menunjuk sekumpulan pemuda yang tengah disorot kamera itu.

"Terus?"

"Kau tahu, nak. Pendiri nya seumuran denganmu, lho. Ayah tadi mendengar MC menyebut umurnya." ujarnya antusias, [name] hanya memutar jengah bola matanya.

"Namanya Ow—"

[Name] berdiri, "Ayah, [name] benar-benar tidak punya waktu untuk ini sekarang. Besok aku ada uas, kita menonton bersama lain kali saja, ya." ujarnya memotong kalimat sang ayah.

"Baiklah. Semangat uas nya besok, anak ayah." teriaknya.

Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Ayah nya memang terkadang kekanak-kanakkan, tapi ia justru bersyukur karena mempunyai orang tua yang berbanding terbalik dengan orang tua Jahyun.

Mereka mendukung apapun yang [name] ingin lakukan dan tak pernah memaksakan kehendak mereka pada gadis itu.

"Ibu sudah memotong buah untukmu." ucap ibu [name] menunjuk sepiring buah yang sudah ia potong.

Gadis itu tersenyum, "Terimakasih, ibu." ucapnya kemudian mengambil piring itu, lalu ia hendak berbalik ke kamarnya.

"[Name]?" panggil sang ibu membuat langkah gadis itu terhenti.

"Kau dan Jahyun jarang terlihat bersama. Kalian baik-baik saja, kan?" tanya sang ibu diangguki [Name], "Lalu kenapa?" tanyanya lagi.

"Akhir-akhir ini Jahyun terus belajar. Nilainya turun dan itu membuat bibi marah padanya. Sepeda Jahyun bahkan di rantai, itu sebabnya [name] meminta ayah untuk mengantar [name] lagi ke sekolah." balasnya.

Ibu [name] menghela napasnya, ia sudah tidak heran lagi dengan sikap ibu Jahyun, "Dia terlalu berambisi." ucapnya mengomentari sikap ibu Jahyun.

•••

Hari ujian pun tiba, [name] terus memandangi punggung Jahyun yang sedari tadi menatap bukunya. Akhir-akhir ini mereka memang jarang mengobrol.

Hingga akhirnya pak guru Na Seongchun berjalan memasuki kelas, "Semuanya, diam! Masukin semua barang kalian ke tas, kecuali alat tulis." ucapnya.

Sret

Semua murid berbisik-bisik, merasa tidak siap dengan ujian hari ini.

"Tahu kan, nasib kalian kalau ketahuan nyontek? Khususnya yang ganteng~ hati-hati." lanjutnya bersiap untuk membagikan kertas ujian.

"Hah? Ada apa ganteng?" tanyanya sesaat melihat Jahyun mengangkat tangannya.

"Ujian hari ini... boleh saya kerjakan sekaligus semuanya?" tanya Jahyun membuat semua temannya menatap ke arahnya tidak percaya.

[Name] yang melihat itu juga mengangkat tangannya, "Apa aku juga boleh mengerjakan sekaligus?" tanya gadis itu membuat Jahyun menoleh ke arahnya, [name] yang ditatap hanya tersenyum padanya.

Pak guru Na Seongchun terlihat mengangguk kemudian membawa kedua muridnya itu menghadap salah satu guru untuk meminta izin. Setelah mendapat izin [name] dan Jahyun pun mengikuti ujian di ruangan berbeda dengan teman kelasnya yang lain.

𝐖𝐢𝐧𝐝 𝐁𝐫𝐞𝐚𝐤𝐞𝐫 ft. 𝐹𝑒𝑚𝑅𝑒𝑎𝑑𝑒𝑟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang