𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟒𝟒

538 107 23
                                    


***

New York city, kota terpadat di Amerika Serikat dan merupakan salah satu wilayah metropolitan yang terpadat di dunia. Sebuah kota global terdepan yang memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, riset, mode, penelitian dan hiburan dunia. Dan kota tersebut menjadi tempat perjalanan bisnis ayah [Name] kali ini.

Drt

Drt

Drt

[Name] menatap ke arah tas nya yang ia letakkan di atas nakas, di dalam tas tersebut ponsel miliknya tak berhenti berdering.

"Kau ingin mengangkatnya dulu?" tanya sang terapis yang tengah menanganinya.

"Apa boleh?"

[Name] bertanya balik dan setelah mendapat anggukan, ia pun segera meraih tasnya lalu merogoh ponselnya. Beberapa panggilan tak terjawab dari Minwoo membuatnya mengerutkan keningnya.

Ia yang baru saja ingin menelepon balik pemuda itu tidak jadi lantaran Minwoo kembali meneleponnya lebih dulu, "Halo." angkat [Name].

"[Name] kau dimana? Kau sibuk? Apa sekarang aku mengganggu?" tanya pemuda itu diseberang sana, ia terdengar terburu-buru.

"Yaampun, Minwoo. Calm down. Aku sibuk, kau mengganggu tau! Aku sedang menjalani terapi hari ini." balas [Name].

"Aku minta maaf. Tapi sungguh, aku sedang terdesak dan butuh bantuanmu sekarang juga."

"Bantuan? Seperti apa?"

"League of street— Ayah memutuskan untuk menghentikannya."

"Lalu apa kaitannya denganku?" tanyanya, "Oh ayolah, Minwoo! Kau tidak bermaksud untuk memintaku agar menghentikan Ayah mu melakukannya, kan? Kau bercanda?"

"Ck! Bukan itu. Dengarkan aku— aku hanya ingin kau meminta Ayah mu untuk meyakinkan Ayah ku agar memberikan wewenangnya padaku terkait pemangku kepentingan di JR Pharmaceuticals."

"Yoon Minwoo! Sungguh aku tidak mengerti. Kenapa pula Ayah ku yang harus membujuk Ayah mu?"

"Hwang [Name]! Kau mungkin tidak tahu jika Ayah ku dan Ayah mu bekerja sama membeli saham di JR Pharmaceuticals. Ayah mu melakukannya setelah insiden kau kecelakaan saat balapan." ujar Minwoo panjang lebar di seberang sana, "Intinya sekarangAyah mu dan Ayah ku ingin melibas league of street melalui perusahaan farmasi itu."

Mendengar itu membuat [Name] menggigit ujung kukunya, ia terlihat berpikir sejenak, "Argh! Baiklah. Aku akan coba bicara pada Ayah nanti. Tapi, aku tidak bisa pastikan beliau akan setuju." ucapnya di angguki Minwoo di seberang sana. "Ku tutup, ya? Aku harus melanjutkan terapi ku." ucapnya kemudian mematikan sambungan teleponnya karena sang ibu kini menatapnya sembari bersedekap dada.

"Kau sudah selesai dengan terapimu, [Name]?" tanya ibu.

Gadis itu tersenyum canggung, "Belum, Ibu. Kami baru saja akan mulai." balasnya.

Ibu berjalan mendekat ke arah [Name] lalu tersenyum, "Baiklah. Lakukan dengan baik, jangan sampai Ibu menyita ponselmu itu. Ini demi kebaikanmu, nak." ucap ibu kemudian meninggalkan putrinya bersama sang terapis.

[Name] hanya memandangi kepergian ibunya lalu melanjutkan sesi terapi nya yang sempat tertunda itu.

•••

"Thank you so much." ucap [Name] tersenyum setelah roti yang dipesannya sudah selesai.

Gadis itu baru saja selesai melakukan terapinya dan berencana akan menikmati sebuah camilan di salah satu bangku yang tersedia di taman yang kebetulan terletak tak jauh dari rumah sakit tempatnya menjalani terapi.

𝐖𝐢𝐧𝐝 𝐁𝐫𝐞𝐚𝐤𝐞𝐫 ft. 𝐹𝑒𝑚𝑅𝑒𝑎𝑑𝑒𝑟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang