16 ; Awal dari sebuah akhir (1)

711 122 0
                                    

Sunoo sedang menunggu jawaban dari Heeseung tapi pria itu tampaknya hanya ingin berdiam saja.

"Jadi dari mana Anda bisa begitu yakin?"

"Entahlah, tapi mungkin karena dia sahabat saya jadi saya merasa dia Alpha yang baik."

"Sahabat? Sebuah penilaian yang sangat subjektif."

Sunoo merengut mendengar jawaban itu. Sebenarnya bukan hal aneh jika seseorang yang berasal dari Keluarga Aesier sangat terikat dengan perasaan yang kuat pada orang-orang yang mereka sayang.

Kebiasaan cenderung membela mati-matian dan mengabaikan meskipun orang yang mereka cintai membuat kesalahan adalah kelemahan terbesar yang selalu ingin disembunyikan oleh Keluarga Aesier.

Hal ini berkebalikan bagi Sunoo.
Perspektif dirinya yang merupakan seorang Aiden sangatlah berbeda. Penilaian objektif adalah hal yang sangat penting untuk menentukan apakah orang itu layak dijadikan sekutu atau tidak.

Tidak.
Bahkan tanpa berkaitan dengan keluarga pun, Sunoo telah menjadi orang yang sangat objektif.

"Lagi pula, Alpha baik mana yang memberikan tunangannya hukuman mati." Sunoo bergumam tanpa sadar.

"Siapa yang di hukum?"

"Ah, tidak. S-saya hanya berharap dia benar-benar Alpha yang baik." Ucap Sunoo mencoba mencari alasan.

"Percayalah pada saya. Anda bisa mengandalkan nya." Heeseung tersenyum pada Sunoo lalu mengulurkan tangannya.

"Mari, Grand Duke Parveen ingin bertemu dengan Anda."

Sunoo mengangguk.
Ia dan Heeseung berjalan menuju kursi Ayahnya. Grand Duke Parveen masih bersama Keluarga Kerajaan.

Sunoo dan Heeseung memberi hormat lalu duduk bersama mereka.

"Sunoo, di mana Kakak mu?"

Grand Duke Parveen bertanya pada putranya. Ia khawatir karena saat upacara tadi bukan Jay yang menjadi pasangan Sunoo.

"Kakak sepertinya bersama Olivia. Bisakah saya meminta waktu Ayah untuk membicarakan ini setelah pesta selesai?"

Parveen mengangguk mengerti.

"Ya, kamu bisa menemui ku di ruang kerja nanti."

Kini Raja juga ingin mengajak bicara calon menantunya.

"Sunoo, kamu tampak berubah sejak terakhir kali aku melihatmu ya. Kamu tampak lebih bersinar." Puji Sang Raja.

"Terimakasih atas pujiannya, Yang Mulia." Sunoo tersenyum ramah.

Raja mengangguk lalu memperhatikan calon menantunya. Benar-benar berbeda dengan rumor yang ia dengar.

Pria kecil di hadapannya ini tampak sangat lemah. Rasanya angin musim semi bisa menerbangkannya begitu saja.

Tapi ketika melihat lebih dalam, omega di hadapannya ini membuktikan bahwa dirinya tidak selemah itu. Dia memiliki hati dan tekad yang kuat.

ia memang baru saja mendapat anugerah kekuatan, tapi itu hanyalah sebuah bonus. Calon menantunya ini telah kuat jauh sebelum anugerah itu datang.

Sangat cocok untuk menjadi pendamping putra nya di masa depan.

"Kenapa tidak meminta Putra Mahkota menjadi pendamping mu, hm?"

Rasa penasaran Raja tidak dapat dihindari. Apalagi saat melihat wajah sedih putranya sepanjang pesta.

"Ah, i-itu....." Sunoo bingung harus menjelaskan bagaimana. Ia tidak bisa langsung mengatakan bahwa Putra Mahkota tidak membalas suratnya kan?

"Saya telah membicarakan hal ini dengan Putra Mahkota, Yang Mulia." Heeseung menyela pembicaraan.

Sunghoon terkejut dan menatap Heeseung seperti meminta penjelasan. Sahabatnya itu hanya menatap balik seperti menenangkan.

Sunghoon mengerti. Pasti ada hal aneh yang telah terjadi.

"Benarkah itu Putra Mahkota?" Tanya Raja pada putra satu-satunya yang sangat ia sayangi.

"Ya, itu benar Ayah."

Raja menghela nafas panjang.

"Untuk kali ini Ayah akan memberikan izin. Tapi setelahnya tidak. Yang menjadi tunangan Sunoo adalah dirimu. Bukan Grand Duke Aesier. Kamu harus mulai mengenal bagaimana sifat dari calon pendamping mu ini dan berhenti bermain permainan tidak berguna."

"Iya Ayah. Maafkan saya."

Sunoo merasa tidak enak hati melihat Sunghoon di marahi oleh Raja. Tapi juga ia tak bisa apa-apa. Salah Sunghoon sendiri tidak membalas surat dari Sunoo, bukan?

"Untuk itu Sunoo akan pindah ke Istana bulan depan." Ucap Ratu mencoba untuk menghentikan suasana tidak enak ini.

"Secepat itu?" Sunoo menjawab dengan sedikit tidak terima. Ia kira akan mendapatkan lebih banyak waktu untuk bersama keluarganya.

Selain itu, Sunoo masih belum menyiapkan rencana yang matang untuk membatalkan pertunangannya. Masuk ke dalam istana tanpa persiapan apapun sama saja mendekatkan kematian padanya.

"Maafkan aku, sayang. Tapi tradisi kita memang seperti itu."

Ratu mengelus kepala Sunoo dengan lembut. Ia merasa bersalah karena harus menjauhkan anak manis ini dari kediamannya.

Pasti sulit untuk berpisah dengan tempat dimana Sunoo tumbuh.

"Apakah tidak bisa di undur, Yang Mulia Ratu? Setidaknya satu atau dua bulan?" Sunoo mencoba memohon.

Ratu dengan ragu menatap suaminya.
Tanpa di duga, Raja memberikan anggukan untuk menyetujui permintaan Sunoo.

"Dua bulan. Kamu bisa bersiap selama itu."

Senyum tanpa sadar mengembang di wajah Sunoo. Sebuah senyuman yang bisa menghangatkan hati semua orang layaknya musim panas.

Tentu saja,
Bisa di tebak dua orang yang kini terdiam tak bergerak karena terpesona.

Sunghoon dan Heeseung.
Sang Putra Mahkota dan Grand Duke Aesier.

"Cantik." Batin mereka.

Praangg.... Praangg.....

"G-grand Duke Muda, t-tolong hentikhh..."

Suara orang tercekik terdengar menggelegar. Semua tamu memusatkan perhatian mereka pada pintu utama.

Sunghoon dan Heeseung segera mengeluarkan pedang mereka dan berdiri di depan Sunoo.

"Aku akan membunuh mu.... Kim Sunoo...."

-TBC-

F A T E [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang